Senin, 21 Maret 2011

Tahapan Moral Kohlberg

Bab I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengalaman hidup yang dilalui oleh seorang anak, sejak masa pembentukannya memiliki pengaruh yang amat besar sekali dalam hidupnya, terlebih lagi untuk masa depannya. Hal tersebut semakin berpengaruh tatkala dia mencapai kematangan secara psikologi, yang tidak mungkin dicapai kecuali dengan kebebasan yang penuh dan pembentukan jiwa yang mandiri.
Melihat fenomena diatas, maka orangtua atau pendidik memiliki peran penting dan efektif dalam pendidikan moral dan agama anak, karena pendidikan moral ini memberikan pengaruh yang jelas kuat dalam membentuk kepribadiannya.
Memberikan pendidikan moral sejak usia dini dapat memberikan pengaruh yang positif dalam mencerahkan kepribadian dan membentuk perilakunya. Oleh karena itu penulis memilih pembahasan ini, agar setiap orangtua dan pendidik dapat mencetak anak cerdas yang berahlakulkarimah, karena nasib bangsa ini ada ditangan anak anak kita saat ini yang akan menjadi generasi penerus bangsa.

B. TUJUAN
Tujuan Penulis menulis makalah ini adalah :
1. Menjelaskan definisi dari moral.
2. Menjelaskan tentang tahapan tahapan moral.
3. Bagaimanakah cara pengembangan kemampuan Moral.
4. Menjelaskan kaitan Moral dengan Pendidikan Anak usia Dini.
Selain itu tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mendapatkan nilai kelompok dari mata kuliah Fisiologis Anak usia Dini.


C. Metode Penulisan
Metode yang penulis pakai dalam membuat makalah ini adalah metode Literature yang mengunakan sumber dari majalah artikel dan lain lain.

D. SUMBER MAKALAH
Penulis mendapatkan sumber dari berbagai buku dan artikel artikel yang didapat dari internet. Terlampir pada daftar pustaka.


Bab II
TAHAPAN TAHAPAN MORAL

A. DEFINISI MORAL
Moral adalah Sikap perilaku seseorang yang didasari oleh norma - norma hukum yang berada dilingkungan tempat dia hidup. Jadi seseorang dapat dikatakan memiliki moral adalah ketika seseorang sudah hidup dengan mentaati hukum - hukum yang berlaku di tempat dia hidup.
Ahlak adalah sikap perilaku seseorang yang didasari oleh hukum – hukum agama Islam yang dianutnya.
Sedangkan Menurut Lawrence Kohlberg. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya.

B. TAHAPAN TAHAPAN MORAL
Menurut Kohlberg ada 6 tahapan perkembangan moral yang dapat teridentifikasi, hal ini didasarkan pada teorinya yang berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis,. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya.
 Enam Tahapan Moral Menurut Kohlberg :
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal


 Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan:

 Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi
( Apa untungnya buat saya?)
 Tingkat 2 (Konvensional)
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
( Sikap anak baik)
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
( Moralitas hukum dan aturan)
 Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal
( Principled conscience)

Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.

C. TINGKATAN DALAM ENAM TAHAPAN MORAL
 Tingkat Pra Konvensional
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris.
Dalam Tingkat Pra konvensional ini terdapat dua tahapan moral yaitu :
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi ( Apa untungnya buat saya?)


1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis otoriterisme.
2. Orientasi minat pribadi ( Apa untungnya buat saya?)

Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu.” Dalam tahap dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.

 Tingkat Konvensional
Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat.

Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral yaitu :
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (sikap anak baik)
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial ( Moralitas hukum dan aturan)





3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (sikap anak baik)
Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden rule. Keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip ini. Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap ini; 'mereka bermaksud baik…'.
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial ( Moralitas hukum dan aturan)
Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum, maka secara ia salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang baik.
 Tingkat Pasca Konvensional
Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat ‘hakekat diri mendahului orang lain’ ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional.


Tingkat Pasca konvensional terdiri dari tahap kelima dan keenam yaitu :
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal ( Principled conscience)

5. Orientasi kontrak sosial
Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut - 'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan dengan itu, hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang. Hal tersebut diperoleh melalui keputusan mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini, pemerintahan yang demokratis tampak berlandaskan pada penalaran tahap lima.
6. Prinsip etika universal ( Principled conscience)
Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moral deontis. Keputusan dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis secara kondisional (lihat imperatif kategoris dari Immanuel Kant). Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama (lihat veil of ignorance dari John Rawls). Tindakan yang diambil adalah hasil konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil; seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya.





Bab III
RUANG LINGKUP TAHAPAN MORAL ANAK USIA DINI


A. DFINISI
Ruang lingkup tahapan / pola perkembangan moral anak diantaranya adalah tahapan kejiwaan manusia dalam menginternalisasikan nilai nilai moral kepada dirinya sendiri, mempersonalisasikan dan mengembangannya dalam pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip serta dalam mematuhi , melaksanakan/menentukan pilihan menyikapi/menilai atau melakukan tindakan nilai moral.

Menurut Kohlberg, perkembangan moral anak usia prasekolah berada pada level atau tingkatan yang paling dasar, yaitu penalaran yang pra konvensional. Pada tingkatan ini anak belum menunjukan internalisasi nilai nilai moral, pertimbangan moralnya didasarkan pada akibat akibat yang bersifat fisik atau hedonistik.
 Pada Tingkat Pra konvensional, ada tahapan moral ke 1 yaitu Orientasi hukuman / kepatuhan. Menurut Kohlberg, tahapan ini didominasi oleh penalaran moral yang semata semata mengacu pada kepatuhan atau hukuman hukuman oleh figur – figure yang berkuasa.
Contohnya adalah dalam kehidupan anak sehari hari, sering kita menemukan kasus dimana seorang anak mampu mencegah temannya yang akan berbuat yang dilarang oleh gurunya atau orang yang lebih tua dari dirinya dengan penekanan bahwa hal itu akan dilaporkan kepada orang tersebut.
 Pada Tingkat Pra konvensional, tahapan moral ke 2 yaitu Orientasi Minat pribadi. Menurut Kohlberg, pada tahap ini acuan moral anak masih terhadap peristiwa- peristiwa eksternal fisik. Maksudnya adalah suatu tindakan akan dianggap benar apabila tindakan itu dilakukan karena adanya tuntutan eksternal dalam memenuhi kepuasan kebutuhan dirinya atau kebutuhan seseorang yang dekat dengan dirinya.
Contohnya: Seorang anak akan mau disuruh oleh orangtuanya ke warung untuk membeli obat apabila ia juga dibelikan permen.
Dengan demikian perkembangan penalaran moral pada tahap ini masih bersifat apa yang menguntungkan buat diri anak tersebut.



B. Perkembangan Moral Anak ditinjau dari Ilmu Agama
Secara umum, perkembangan nilai moral dan keagamaan pada anak Taman kanak kanak identik dengan pemahaman keberadan Tuhan. Jadi sebagai seorang guru Taman kanak kanak diharapkan bisa memahami dan menyesuaikan metode pengajaran untuk mengenalkan anak anak dengan tuhannya.
Contoh umun dalam mengenalkan Tuhan dengan anak anak adalah dengan memberitahukan : “Jika anak anak sakit, anak anak dapat berdoa kepada Tuhan untuk meminta disembuhkan. Begitu juga jika anak anak menginginkan sesuatu, anak anak dapat meminta kepada Tuhan, karena Tuhan adalah Pemilik seluruh isi alam ini.”

C. Pengembangan Kemampuan Moral
1. Apresiasi orangtua sebagai Tauladan
Pengaruh keteladan pada masa pembentukan lebih efektif dibandingan dengan nasihat atau ceramah. Seorang anak lebih membutuhkan ketauladadan, dan ia akan mencontoh dari orang tua atau lingkungan terdekatnya, karena dia memang memiliki kecenderungan untuk mencontoh atau mengikuti.
2. Pola Asuh yang demokratis
Dengan menerapkan pola asuh yang bersifat demokratis anak diberikan kepercayaan untuk menentukan pilihanya dengan catatan anak tersebut harus dapat bertanggung jawab dengan pilihannya tersebut. Sikap ini bisa membuat anak merasa dipercaya sehingga menimbulkan perasaan bertanggung jawab dalam dirinya.
3. Mengenalkan perbedaan dan menghargai perbedaan.
Seorang anak harus dikenalkan bahwa setiap manusia itu berbeda, setiap individu memiliki perbedaan yang unik dalam berbagai hal, begitu juga dengan perbedaan pendapat. Ajarilah anak untuk bisa mengharigai setiap perbedaan dan menerima perbedaan itu.
4. Melatih kedisiplinan anak untuk hidup teratur.
Ajarilah anak untuk melakukan kebiasaan baik secara teratur, misalnya biasakan anak untuk bangun pagi, hal ini bisa membuat anak menjadi anak yang disiplin.
5. Tanamkan sikap berani mengakui kesalahan.
Ajari anak untuk berani melakukan hal yang benar, untuk jangan takut mengakui kesalahannya.


BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Moral adalah Sikap perilaku seseorang yang didasari oleh norma - norma hukum yang berada dilingkungan tempat dia hidup. Jadi seseorang dapat dikatakan memiliki moral adalah ketika seseorang sudah hidup dengan mentaati hukum - hukum yang berlaku di tempat dia hidup.
Ahlak adalah sikap perilaku seseorang yang didasari oleh hukum – hukum agama Islam yang dianutnya.
Sedangkan Menurut Lawrence Kohlberg. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya.
Menurut Kohlberg ada 6 tahapan perkembangan moral yang dapat teridentifikasi, hal ini didasarkan pada teorinya yang berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis,. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya.
 Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan:

 Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi
( Apa untungnya buat saya?)
 Tingkat 2 (Konvensional)
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
( Sikap anak baik)

4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
( Moralitas hukum dan aturan)
 Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal
( Principled conscience)

B. SARAN
Ada banyak cara atau metode untuk mengembangan kemampuan moral anak usia dini salah satunya adalah dengan cara :
1. Latihan hidup tertib dan teratur
2. Aturan dalam melakukan sosialisasi
3. Menanamkan sikap tenggang rasa dan tanggung jawab
4. Merangsang sikap berani dan bangga dan bersyukur.
5. Latihan pengendalian Emosi.
6. Melatih anak untuk bersikap mandiri

DAFTAR PUSTAKA

1. Misbah, Syaikh Akram. 25 Cara Mencetak anak Tangguh. Pustaka Alkautsar, 2005
2. Suhairi, Ade . Strategi pengembangan Moral( Diklat). Tahun 2009.
3. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
4. www.Perkembanganmoral.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar