Senin, 21 Maret 2011

Masa Dewasa dini (19-40 thn)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia didalam kehidupannya pasti mengalami perubahan fisik emosional yang mungkin tidak kita sadari secara langsung yaitu, dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, masa usia lanjut; dengan banyak tahapan yang mungkin pasti dilalui, dari segi jasmani maupun rohani banyak perubahan yang mungkin tidak kita sadari betapa banyak masa- masa yang harus kita lalui, beberapa masa tersulit yang harus kita jalankan yaitu masa remaja, yang biasanya dimulai dari usia belasan tahun dan diakhiri dengan perubahan masa dewasa emosional yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.
Hal itu dipandang sebagai perkembangan proses psiko-sosial yang terjadi seumur hidup Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya-periang berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Itu hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan, kesulitan di sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya. Dengan alasan itulah maka penulis mengangkat topic ini karena ternyata pada Masa dewasa ini mungkin kita harus berinteraksi dengan masyarakat umum atau usia dewasa lainnya.masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, seseorang dituntut untuk memulai kehidupannya memerankan peran ganda seperti peran sebagai suami/isteri dan peran dalam dunia kerja (berkarir)
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian masa dewasa dini
2. Mengetahui ciri - ciri fisik masa dewasa dini.
3. Bagaimana aspek psikologi Masa dewasa Dini
4. Bagaimana Aspek social pada masa dewasa dini.
Selain itu tujuan pembuatan Makalah ini adalah untuk mendapatkan nilai tugas kelompok dari mata kuliah ANTRHOPOBIOLOGI.
C. METODE PENULISAN
Metode yang penulis pakai dalam membuat makalah ini adalah metode Literature yang mengunakan sumber dari majalah artikel dan lain lain.
D. SUMBER MAKALAH
Penulis mendapatkan sumber dari berbagai buku dan artikel artikel yang didapat dari internet. Terlampir pada daftar pustaka.


BAB II
MASA DEWASA DINI (19 – 40)

A. Pengertian Masa Dewasa Dini
Masa dewasa dini adalah Masa dewasa dini biasanya dimulai sejak usia 18 tahun sampai dengan kira-kira usia 40 tahun dan biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi. Pada masa ini, individu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis tertentu bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap perubahan tersebut.
B. Ciri – ciri masa dewasa dini
Masa dewasa dini adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, seseorang dituntut untuk memulai kehidupannya memerankan peran ganda seperti peran sebagai suami/isteri dan peran dalam dunia kerja (berkarir).
Masa dewasa dini dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk bisa mandiri. Di bawah ini ada 10 ciri-ciri masa dewasa dini yaitu;
1) Masa Pengaturan (settle down)
Jika anak laki-laki dan wanita mencapai usia dewasa secara sah, hari-hari kebebasan mereka telah berakhir dan saatnya telah tiba untuk menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa.
Penjajakan terlalu singkat, bisa mengakibatkan ketidakpuasan seperti dalam memilih pekerjaan atau pasangan. Hal ini terjadi baik pada laki-laki ataupun perempuan. Wanita muda mencoba berbagai pekerjaan sebelum dia dapat menentukan apakah nantinya dia itu pas untuk berumah tangga atau sebagai seorang wanita karier
2) Masa Usia Produktif
Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini adalah masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup, menikah, dan berproduksi/menghasilkan anak. Pada masa ini organ reproduksi sangat produktif dalam menghasilkan individu baru (anak).
3) Masa Bermasalah
Masa dewasa dini dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya (perkawinan VS pekerjaan). Jika ia tidak bisa mengatasinya maka akan menimbulkan masalah. Ada 3 faktor yang membuat masa ini begitu rumit yaitu;
Pertama, individu tersebut kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi dirinya dan tidak bisa menyesuaikan dengan babak/peran baru tersebut.
Kedua, karena kurang persiapan maka ia kaget dengan 2 peran/lebih yang harus diembannya secara serempak.
Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau siapapun dalam menyelesaikan masalah.
4) Masa Ketegangan Emosional
Ketika seseorang berumur duapuluhan (sebelum 30-an), kondisi emosionalnya tidak terkendali. Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Ia juga khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru sebagai orang tua. Maka kebanyakan akan tidak terkendali dan berakhir pada stress bahkan bunuh diri. Namun, ketika sudah berumur 30-an, seseorang akan cenderung stabil dan tenang dalam emosi.
5) Masa Keterasingan Sosial
Masa dewasa dini adalah masa dimana seseorang mengalami “krisis isolas”, ia terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial. Kegiatan social dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan dengan teman-teman sebaya juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir.
6) Masa Komitmen
Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen. Ia mulai membentuk pola hidup, tanggungjawab, dan komitmen baru.
7) Masa Ketergantungan
Pada awal masa dewasa dini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih punya ketergantungan pada orang tua atau organisasi/instnasi yang mengikatnya.
8) Masa Perubahan Nilai
Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa dini berubah karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai dipandang dengan kaca mata orang dewasa. Nilai-nilai yang berubah ini dapat meningkatkan kesadaran positif. Alasan kenapa seseorang berubah nilia-nilainya dalam kehidupan karena agar dapat diterima oleh kelompoknya yaitu dengan cara mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati. Pada masa ini juga seseorang akan lebih menerima/berpedoman pada nilai konvensional dalam hal keyakinan. Egosentrisme akan berubah menjadi social ketika ia sudah menikah. Contohnya : Orang dewasa yang menganggap sekolah itu suatu kewajiban yang tidak berguna kini sadar akan pendidikan sebagai sarana untuk meraih keberhasilan sosial, karier, kepuasan kepribadian. Akibatnya banyak yang semula putus sekolah memutuskan untuk belajar kembali menyelesaikon pendidikan mereka.

9) Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru
Ketika seseorang sudah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih bertanggungjawab karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda. (peran sebagai orang tua dan sebagai pekerja.
10) Masa Kreatif
Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas untuk berbuat apa yang diinginkan. Namun kreatifitas tergantung pada minat, potensi, dan kesempatan.





C. ALAT REPRODUKSI MANUSIA 19 – 40 tahun ( sempurna)
Alat Reproduksi wanita.



Dibedakan menjadi organ kelamin luar dan organ kelamin dalam.
 Organ reproduksi luar terdiri dari :
1. Vagina merupakan saluran yang menghubungkan organ uterus dengan tubuh bagian luar. Berfungsi sebagai organ kopulasi dan saluran persalinan keluarnya bayi sehingga sering disebut dengan liang peranakan. Di dalam vagina ditemukan selaput dara.
2. Vulva merupakan suatu celah yang terdapat di bagian luar dan terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Labium mayor merupakan sepasang bibir besar yang terletak di bagian luas dan membatasi vulva.
b. Labium minor merupakan sepasang bibir kecil yang terletak di bagian dalam dan membatasi vulva .

 Organ reproduksi dalam terdiri dari :
1. Ovarium merupakan organ utama pada wanita. Berjumlah sepasang dan terletak di dalam rongga perut pada daerah pinggang sebelah kiri dan kanan. Berfungsi untuk menghasilkan sel ovum dan hormon wanita seperti :
a. Estrogen yang berfungsi untuk mempertahankan sifat sekunder pada wanita, serta juga membantu dalam prosers pematangan sel ovum.
b. Progesterone yang berfungsi dalam memelihara masa kehamilan.

2. Fimbriae merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di bagian pangkal ovarium berdekatan dengan ujung saluran oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah matang yang dikeluarkan oleh ovarium.
3. Infundibulum merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk corong/membesar dan berdekatan dengan fimbriae. Berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh fimbriae.
4. Tuba fallopi merupakan saluran memanjang setelah infundibulum yang bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya.
5. Oviduct merupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba fallopi. Berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya.
6. Uterus merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk seperti buah pir dengan bagian bawah yang mengecil. Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio. Tipe uterus pada manusia adalah simpleks yaitu dengan satu ruangan yang hanya untuk satu janin. Uterus mempunyai 3 macam lapisan dinding yaitu :
Perimetrium yaitu lapisanyang terluar yang berfungsi sebagai pelindung uterus.
Miometrium yaitu lapisan yang kaya akan sel otot dan berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan melebar dan kembali ke bentuk semula setiap bulannya.
Endometrium merupakan lapisan terdalam yang kaya akan sel darah merah. Bila tidak terjadi pembuahanmaka dinding endometrium inilah yang akan meluruh bersamaan dengan sel ovum matang.
7. Cervix merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina.
8. Saluran vagina merupakan saluran lanjutan dari cervic dan sampai pada vagina.
9. Klitoris merupakan tonjolan kecil yang terletak di depan vulva. (Klentit)




ALAT REPRODUKSI PRIA



Dibedakan menjadi organ kelamin luar dan organ kelamin dalam.
 Organ reproduksi luar terdiri dari :
1. Penis merupakan organ kopulasi yaitu hubungan antara alat kelamin jantan dan betina untuk memindahkan semen ke dalam organ reproduksi betina. Penis diselimuti oleh selaput tipis yang nantinya akan dioperasi pada saat dikhitan/sunat.
2. Scrotum merupakan selaput pembungkus testis yang merupakan pelindung testis serta mengatur suhu yang sesuai bagi spermatozoa.

 Organ reproduksi dalam terdiri dari :
1. Testis merupakan kelenjar kelamin yang berjumlah sepasang dan akan menghasilkan sel-sel sperma serta hormone testosterone. Dalam testis banyak terdapat saluran halus yang disebut tubulus seminiferus.
2. Epididimis merupakan saluran panjang yang berkelok yang keluar dari testis. Berfungsi untuk menyimpan sperma sementara dan mematangkan sperma.
3. Vas deferens merupakan saluran panjang dan lurus yang mengarah ke atas dan
4. Saluran ejakulasi merupakan saluran yang pendek dana menghubungkan vesikula seminalis dengan urethra.
5. Urethra merupakan saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi dan terdapat di penis.
6. Vesikula seminalis merupakan tempat untuk menampung sperma sehingga disebut dengan kantung semen, berjumlah sepasang. Menghasilkan getah berwarna kekuningan yang kaya akan nutrisi bagi sperma dan bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran reproduksi wanita.
7. Kelenjar Prostat merupakan kelenjar yang terbesar dan menghasilkan getah putih yang bersifat asam.
8. Kelenjar Cowper’s/Cowpery/Bulbourethra merupakan kelenjar yang menghasilkan getah berupa lender yang bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran urethra.

D. PERKEMBANGAN FISIK MASA DEWASA DINI

Perkembangan fisik pada masa dewasa dini merupakan puncak kemampuan fisik dan juga awal penurunan kemampuan fisik.
 Puncak kemampuan fisik dapat dilihat pada para atlet yang Sekitar usia 21, sebagian besar fungsi fisik telah berkembang sempurna.
Sebagian besar perasaan tajam, penglihatan sempurna, ketahanan terhadap rasa sakit dan temperatur. Tapi dapat terjadi penurunan kemampuan dengan secara gradual, terutama pada individu yang sering berada di lingkungan bising.
 Penurunan kemampuan fisik terkait dengan kesehatan, gaya hidup, kebisaan merokok, minum-minuman keras, penggunaan obat-obatan terlarang.
Kesehatan dan gaya hidup yang baik di masa dewasa dini adalah awal kepuasan hidup pada masa tua.
Terdapat beberapa hal yang menjadi indirect effect (factor tak langsung) yang berpengaruh terhadap kesehatan seperti income, pendidikan dan etnik.
Gender juga terkait dengan status kesehatan. Penyakit perempuan (penyakit sistem reproduksi, kanker payudara). Penyakit laki-laki (kanker prostat). Beberapa penyakit lain tampak lebih menonjol pada salah satu gender, misal perempuan (osteoporosis) dan pada laki-laki (kanker paru-paru).
Angka harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki karena adanya genetic protection ( kromosom X dan efek menguntungkan dari hormon estrogen terhadap kesehatan cardiovascular).
Perempuan lebih sering sakit, pergi ke dokter dan minum obat dibandingkon laki¬laki. Juga lebih sering dirawat di rumah sakit (terutama karena operasi yang berkaitan dengan sistem reproduksi). Tetapi, jika laki-laki dirawat di rumah sakit, bisanya waktu lebih lama daripada perempuan dan masalah kesehatan mereka jauh lebih kronis dan mengancam kehidupan.
Perempuan lebih banyak tahu tentang kesehatan, berpikir dan melakukan sesuatu untuk mencegah sakit, memiliki kesadaran lebih tinggi tentang simptom, dan lebih banyak membicarakan kekhawatiran mereka tentang kondisi kesehatan. Sedangkan laki-laki memandang bahwa sakit merupakan kondisi yang tidak "maskulin" sehingga mereka tidak mengakui jika berada dalam kondisi tidak sehat.























BAB III
TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA DINI


A. TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA DINI
Pada masa dewasa dini, banyak sekali harapan-harapan yang ditujukan masyakat pada mereka yang memang berada pada masa ini. Banyak sekali tugas-tugas yang harus dikembangkan, dan tingkat penguasaan tugas-tugas ini akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka ketika sudah berusia setengah baya.
Tugas perkembangan masa dewasa dini meliputi:
1. Pekerjaan
Seorang individu diharapkan sudah mendapatkan suatu pekerjaan yang layak ketika ia berada pada masa dewasa dini sehingga ia bisa dianggap mampu dan mempunyai peran atau posisi dalam masyarakat.
2. Pengakuan Sosial
Masa ini adalah masa dimana seseorang ingin mendapatkan legalitas dan pengakuan dari masyarakat/kelompok sekitarnya. Ia menerima tanggungjawab sebagai warga Negara dan akan bergabung dengan komunitas social yang cocok dengannya.
3. Keluarga
Pada masa ini seseorang mulai mencari dan memilih pasangan hidup yang cocok, lalu menikah, mempunyai anak, kemudian membina rumah tangga. Ia mempunyai peran baru yaitu sebagai orang tua.
Pada hal tertentu yang dapat memudahkan penguasaan tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa dini adalah:
1. Efisiensi Fisik
Puncak efisiensi fisik dicapai pada usia pertengahan dua puluhan. Secara fisik orang mampu menghadapi dan mengatasi masalah-mosolah yang selain sukar juga paling banyak jumlahnya dalam periode ini.
2. Kemampuan Motorik
Dalam belajar mempelajari keterampilan motorik yang baru, orang usia 20-an lebih mampu daripada mereka yang berusia mendekati usia 40-an.
3. Kemampuan Mental
Kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru, misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analagis, dan berpikir kreatif, mencapai puncak usia 20-an, kemudian sedikit demi sedikit menurun

4. Motivasi
Apabila remaja mencapai usia dewasa secara hukum usia 21 tahun, mereka berkeinginan kuat untuk dianggap sebagai orang dewasa yang mandiri oleh kelompok sosial mereka. Hal ini menjadi motivasi bagi orang-orang muda ini untuk menguasai tugas perkembangan yang diperlukan agar dianggap mandiri.
5. Model Peran
Remaja yang bekerja setelah menamatkan sekolah lanjutan mempunyai model peran untuk diteladani dan akan dicontoh setiap perilakunya.
B. PERUBAHAN MINAT PADA MASA DEWASA DINI
Seiring dengan bertambahnya tugas dan tanggungjawab yang harus diemban seseorang ketika ia sudah menginjak masa dewasa dini, seseorang akan mengalami pergeseran bahkan pengurangan bobot minat/keinginan terhadap sesuatu. Hal ini disebabkan karena minat yang sudah ada pada dirinya sejak masa kanak-kanak atau remaja terkadang sudah tidak sesuai lagi dengan perannya sebagai orang dewasa selain itu juga bisa disebabkan oleh minat yang tidak lagi memberi kepuasan seperti semula.
Masa dewasa dini tidak selalu menghilangkan minat seseorang tetapi juga dapat membuat bobot pada minat yang dimiliki seseorang bergeser. Ketika usia bertambah, orang biasanya tidak memperoleh minat baru kecuali bila ia mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan minat itu.

Ada 3 jenis minat yang dapat dianggap sebagai cirri orang dewasa, antara lain:
 Minat Pribadi; meliputi penampilan, pakaian & perhiasan, status, symbol kedewasaan, uang dan agama.
Ketika sudah dewasa banyak terjadi perubahan penampilan yang dialami seseorang seiring dengan perubahan fisiknya. Ia mulai bisa memanfaatkan penampilan tersebut dan berusaha untuk memperbaiki penampilan. Hal ini dikarenakan kesadaran bahwa penampilan yang menarik adalah potensi besar dalam meningkatkan pergaulan. Minat untuk meningkatkan penampilan mulai berkurang menjelang umur 30-an ketika ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangga terasa kuat.
Walaupun usia semakin bertambah namun minat terhadap pakaian dan perhiasan juga ikut bertambah. Hal ini berhubungan dengan prestise dan nilai seseorang dalam pergaulan.
Status adalah tanda-tanda tertentu yang membedakan seseorang dengan orang lain. Symbol status dapat berupa mobil, rumah dan harta benda laiinya yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya status seseorang dan dipandang sebagai bukti keberhasilan ekonomi. Orang dewasa dini biasanya berusaha menaikkan statusnya dengan cara memiliki simbol-simbol status seperti yang diterangkan di atas.
Orang-orang dewasa beranggapan bahwa uang dapat memenuhi kebutuhan hidup saat ini. Maka ia akan berusaha untuk memiliki banyak uang.
 Minat Rekreasional;
Pada masa remaja bahkan kanak-kanak, orang berekreasi hanya sekedar ikut-ikutan atau diajak orang lain/keluarga dan hanya berfungsi untuk bermain. Namun pada masa dewasa apalagi jika sudah menjadi orang tua, orientasi dari rekreasi tersebut adalah untuk menghilangkan kepenatan setelah lama bekerja.
Rekreasi bisa berupa berbincang-bincang, bertamasya, berolahraga, hiburan, atau sekedar menyalurkan hobi.
1. Berbincang-bincang
Berbincang-bincang dengan mereka yang memiliki minat yang sama merupakan pengisi waktu yang disenangi, baik oleh pria maupun wanita. Kegiatan ini sangat populer di antara wanita yang sudah berkeluarga karena tugas-tugas mereka memaksa mereka tinggal di rumah sepanjang hari. Percakapon dengan dunia luar dilakukan lewat telepon karena mereka juga harus mengawasi anak¬-anak mereka yang masih kecil. Pria berbincang-bincang dengan teman-teman mereka di luar rumah, di tempat pekerjaan atau di tempat-tempat pertemuan, di bar atau di tempat rekreasi.

2. Berdansa
Berdansa salah satu bentuk rekreasi yang di senangi para remaja, hanya sekali-kali saja dapat dilakukan oleh apabila mereka sudah dewasa. Hal ini disebabkan karena tanggungjawab keluarga dan pekerjaan yang harus dipikulnya

3. Olah raga dan permainan
Partisipasi aktif dalam berbagai bentuk olahraga semakin berkurang pada masa kedewasaan, karena keadaan memang kurang memungkinkan dari segi waktu dan dana dibanding dulu semasa mereka masih bersekolah. Partisipasi pasif terhadap olah raga semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Permainan strategi yang menuntut ketrampilan dari permainan yang ingin menang, misalnyo bridge, lebih menarik orang dewasa kelas menengah dan atas.

4. Menjamu
Budget terbatas dan tanggungjawab keluarga membatasi frekuensi jamu¬menjamu antar orang-orang muda. Orang dewasa yang belum berkeluarga pun relatif kurang menjamu dan apabila mereka menjamu biasanya tidak dilakukan di rumah.

5. Hobi
Orang-orang muda umumnya tidak punya hobi sebelum keadaan keuangan memberikan waktu cukup untuk kegiatan ini. Namun ada yang justru mempunyai hobi karena pekerjaan mereka membosankan atau mengecewakan dan hobi menjadi semacam kompensasi.
Hobi mencakup antara lain kegiatan seperti masak, berkebun, melukis, menjahit, merajut, merenda, membuat dan mereparasi perabotan, mengambil foto dan mencetaknya, main alat musik, mengumpulkan aneka ragam benda.



 Minat Sosial
Seperti telah dijelaskan di awal bahwa masa dewasa dini adalah masa keterasingan sosial dimana seseorang (suami/isteri) akan merasa sepi karena mereka kehilangan masa pergaulan yang menyenangkan ketika remaja. Umumnya pergaulan dan kegiatan mereka lebih terpusat pada keluarga. Peran anggota keluarga menggantikan peran teman. Mereka harus bisa mencari penyelesaiannya dan berupaya untuk menjalin tali persahabatan baru dengan lingkungan barunya.
Namun pada akhir tigapuluhan atau pertengahan empatpuluhan, mereka sudah mempunyai banyak teman karean umumnya minat social mereka sudah berkembang dan stabil.
Pada masa dewasa, minat pribadi akan semakin berkurang dan minat sosial akan semakin bertambah.
C. PENYESUAIAN PERAN SEKS PADA DEWASA DINI

Wanita sulit untuk memainkan peran lain yang lebih memuaskan karna adanya peran seks tradisional. Banyak gadis remaja ingin berperan sebagai seorang ibu dan istri yang baik kalau mereka dewasa nanti. Tapi, setelah dewasa, mereka tidak mau menjadi istri atau ibu sesuai pengertian tradisional, yaitu tunduk kepada suami, mengabdikan sebagian besar waktu untuk tugas kerumahtanggaan, dan hanya memiliki sedikit minat dan kegiaton luar.

Banyak wanita muda mengharapkan perkawinan atas dasar hak. Hal ini bukan didasarkan atas impian belaka, tapi berdasarkan kesadaran bahwa telah terjadi perubahan yang mencolok dalam pola kehidupan orang dewasa. Sebagai contoh, para isteri sering bekerja sompai suaminya menyelesaikan studinya atau telah mapan dalam suatu bisnis atau mereka cari kerja agar mereka memperoleh berbagai mocam lambang status yang diinginkan yang tidak dapat dibeli andaikan istri tidak ikut bekerja. Yang paling penting dari semuanya itu adalah para wanita muda sadar akan hilangnya "standar ganda" tidak hanya dalam perilaku seksual dan moral saja, tapi juga dalam kohidupan sosial, bisnis dan profesi.




 Konsep Peran Seks dewasa
1. Konsep Tradisional
Pola perilaku tertentu tidak memperhitungkan minat dan kemampuan perorangan. Menekankan superioritas maskulin dan tidak dapat mentolerir setiap sifat yang memberi kesan kewanitaan atau pekerjaan yang dianggap 'pekerjaan wanita".
• Pria
Di luar rumah pria menduduki posisi yang berwewenong dan berprestise dalam masyarakat dan dunia bisnis. Di rumah ia pencari nafkah, pembuot keputusan, penasehat, dan tokoh yang mendisiplinkon anak-anak, dan model maskulinitas bagi putera-puteranya.

• Wanita:
Baik di rumah maupun di luar, peran wanita beorientasi pada orang lain. Maksudnya, wanita mendapatkon kepuasaan lewat pengabdian pada orang lain. Ia tidak diharapkan bekerja di luar rumah, kecuali ketika keadaan finansial memaksanya, dan apabila ini terjadi ia melakukan pekerjaan di bidang, pelayanan seperti sebagai perawat, guru atau sekretaris.
2. Konsep Egalitarian (Persamaan Derajat)
Menekankan individualitas dan persamaan derajat antara pria dan wanita. Suatu peran harus mendatangkan kepuason pribadi dan tidak dinyatakan cocok hanya bagi jenis kelamin tertentu saja.
• Pria:
Di rumah maupun di luar rumah pria bekerja sama dengan wanita sebagai rekan. Ia tidak merasa "dijajah isteri" apabila ia memperlakukan istrinya sebagai rekan yang sederajat. Begitu pula ia tidak merasa malu jika isterinya mempunyai pekerjaan yang lebih berprestise atau berpenghasilan lebih besar dari dia.
• Wanita:
Di rumah maupun di luarnya wanita mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan potensinya. Ia tidak merasa bersalah apabila ia memanfaatkan kemampuannya untuk kepuasan dirinya meskipun ini berarti ia harus mengupah orang lain untuk mengatur rumah tangga dan mengasuh anak.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah mengalami masa kanak-kanak dan remaja yang panjang, seorang individu akan mengalami masa dimana ia telah menyelesaikan pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk berkecimpung dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
Masa dewasa dini biasanya dimulai sejak usia 18 tahun sampai dengan kira-kira usia 40 tahun dan biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi. Pada masa ini, individu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis tertentu bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap perubahan tersebut.
Masa dewasa dini adalah masa terpanjang setelah masa kanak-kanak dan masa remaja. Masa ini adalah masa dimana seseorang harus melepaskan ketergantungannya dari orang tua dan mulai belajar madiri karena ia sudah mempunyai peran dan tugas-tugasnya yang baru.
Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa dini jika tidak dioptimalkan dengan baik akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri di masa yang akan datang. Perubahan minat, mobilitas sosial, dan penyesuaian peran seks pada masa ini juga sangat berpengaruh bagi tiap individu.

B. SARAN

Masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru seperti, peran suami/istri, orang tua, dan pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Penyesuaian diri ini menjadikan periode ini suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup seseorang. Periode ini sangat sulit sebab sejauh ini sebagian besar anak mempunyai orang tua, guru, teman atau orang-orang lain yang bersedia menolong mereka mengadakan penyesuaian diri. Sekarang, sebagai orang dewasa, mereka diharapkan mengadakan penyesuaian diri secara mandiri. Apabila mereka menemui kesulitan-kesulitan yang sukar diatasi, mereka ragu-ragu untuk minta pertolongan dan nasehat orang lain karena enggan kalau-kalau dianggap "belum dewasa".
Karena itulah Penulis memberi beberapa saran untuk para orang tua yang memiliki anak yang memasuki masa dewasa dini untuk tetap memantau mereka dan memberi mereka kepercayaan dan teladan.









DAFTAR PUSTAKA

1. Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga. 1980.
2. : http://images.google.co.id/images?gbv=2&hl=id&q=hormon

Anak Hiperaktif

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan karunia yang luar biasa dari Allah. Syukur tiada henti pasti dilakukan oleh segenap orang tua yang bertakwa kepada Allah. Melalui anak, Allah telah memberikan kepercayaan kepada hambanya dengan menitipkan amanat kepada kedua orang tua. Anak juga merupakan buah cinta dalam pernikahan. Akan tetapi takdir tidak dapat kita hindari. Jika Allah sudah berkehendak, pastilah akan terjadi. Tidak semua anak yang dilahirkan secara sempurna, baik kesehatannya, maupun akal pikirannya. Dari sisi takwa, sebenarnya bagaimanapun kondisi anak yang dilahirkan, orang tua harus menerimanya dengan penuh rasa syukur. Jika anak terlahir dalam kondisi sakit/kelainan, berarti Allah menguji kesabaran kita. Jika kita berhasil menjaga kesabaran, pasti keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah semakin meningkat.
Saat ini, telah banyak berbagai macam jenis penyakit/kelainan yang dapat kita temukan pada anak. Salah satunya adalah kelainan hiperaktif. Pemahaman yang lebih mendalam mengenai kelainan ini dirasa perlu agar kita dapat menerima segala kondisi anak dan dapat mananganinya dengan bijaksana.

B. TUJUAN PENULISAN
Gangguan Hiperaktif merupakan salah satu kelainan yang sering dijumpai pada perilaku anak. Dalam tahun terakhir ini gangguan hiperaktif menjadi masalah yang menjadi sorotan dan menjadi perhatian utama dikalangan medis maupun dimasyarakat umum. Untuk itu penulis membuat makalah ini dengan tujuan:
1. Untuk memberikan pengetahuan dasar mengenai gejala-gejala dan ciri -ciri hiperaktif
2. Untuk memberikan pengetahuan mengenai faktor penyebab hiperaktif.
3. Untuk memberikan pengetahuan mengenai cara penanggulangan hiperaktif.
Selain itu makalah ini juga ditulis untuk mendapatkan nilai dari tugas kelompok mata kuliah PENGANTAR NEUROSAINS.
C. METODE PENULISAN
Metode yang penulis pakai dalam membuat makalah ini adalah metode Literature yang mengunakan sumber dari majalah, artikel dan lain lain.

D. SUMBER MAKALAH
Penulis mendapatkan sumber dari berbagai macam majalah kesehatan dan artikel artikel yang didapat dari internet ataupun dari buku.

BAB II
HIPERAKTIF

A. Definisi Hiperaktif
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya Mengatasi Problem Anak Sehari-hari mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah: Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya. Pengertian hiperaktif sendiri adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif. anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai anak -anak lain seusia mereka karena perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain.
Pola perhatian anak terhadap suatu hal diklasifikasikan menjadi 2 kelompok:
1. Kelompok yang paling berat adalah over eklusif dimana seorang anak terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya tanpa memperdulikan hal yang lain secara ekstreem. Pola ini disebut Autisme.
2. Kelompok dengan derajat sedang terjadi fokus perhatian anak mudah teralihkan. Perhatian hanya bertahan beberapa saat saja oleh suatu rangsangan lain yang mungkin tidak adekuat. Hal ini yang disebut kesulitan perhatian atau ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder)
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Banyak sekali istilah untuk kondisi seperti ini antara lain:
1. Minimal brain dysfunction syndrom
2. Minimal Brain Disorder (KETIDAKBERESAN KECIL DI OTAK)
3. Minimal Brain damage ( KERUSAKAN KECIL DI OTAK )
4. Hyperkinesis ( TERLALU BANYAK GERAK/AKTIF)

B. Gejala Anak Hiperaktif
Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah dikenal di tengah dunia medis sejak sekitar tahun 1900. Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul istilah Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). Untuk mengetahui gangguan hiperaktif harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak yaitu:
1. Inatensi
Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain. Ketidakmampuan memusatkan perhatian pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran. Anak yang menderita ADHD akan mudah sekali teralih perhatiannya karena bunyi bunyian, gerakan, bau bauan dan pikiran, tetapi dapat memusat pikirannya dengan baik jika ada yang menarik perhatiannya.
2. Hiperaktif.
Anak yang tidak bisa diam, maka ini menunjukkan adanya gejala-gejala hiperaktif. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan, ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana ke mari, bahkan memanjat-manjat dan sulit tidur.Di samping itu ia cendrung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
3. Impulsif.
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar.
- anak tidak sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan.
- anak tidak sabar menunggu giliran, seperti antri.
Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya. Selain ketiga gejala diatas , untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan diatas sudah menetap minimal 6 bulan dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun.
C. Ciri Khusus Anak ADHD
Ciri-ciri khusus anak yang mengalami ADHD diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Pada Bayi
a. Sensitif terhadap suara dan cahaya
b. sering menangis, menjerit dan sulit untuk diam.
c. Serinng terbangun dan sulit untuk tidur
d. Sulit makan atau minum susus baik dari botol ataupun ASI
e. tidak bisa ditenangkan atau digendong dan menolak untuk disayang.
f. Membenturkan kepala, memukul kepala, dan menjatuhkan kepala ke belakang.
2. Pada Anak 2-4 tahun
a. Anak tampak clumsy canggung
b. impulsif
c. sering mengalami kecelakaan atau jatuh
d. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
e. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
f. sering menyakiti diri sendiri
g. suka menentang.

3. Pada Anak 4- 7 tahun
a. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
b. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
c. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
d. Sering terlalu banyak bicara.
e. Sering sulit menunggu giliran
f. Sering memotong atau menyela pembicaraan.
g. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).

D. Tipe Hiperaktif
Attention Deficit/hyperactivity disorder (ADHD) adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda. Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka sangat sulit sekali memusatkan perhatiannya pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran atau melakukan permainan, mereka juga seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsif
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif tetapi mereka juga tidak bisa memusatkan perhatiannya. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak anak kecil.
3. Tipe Gabungan
Pada Tipe gabungan ini mereka sangat mudah sekali terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini.
E. Faktor Penyebab Hiperaktif
Hingga saat ini penyebab pasti dan patologi ADHD masih belum terungkap dengan jelas. ADHD merupakan suatu kelainan yang bersifat multu faktorial. Banyak faktor yang dianggap sebagai penyebab gangguan ini. Beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:
1. Faktor Genetik
Faktor genetik tampaknya sangat memegang peranan yang sangat besar akibat terjadinya gangguan perilaku ADHD. Penelitian yang dilakukan menermukan bahwa hiperaktifitas yang terjadi pada seorang anak selalu disertai dengan adanya riwayat gangguan yang sama dalam keluarga . Orangtua dan saudara penderita ADHD mengalami resiko 2 – 8 kali lebih mudah terjadi ADHD. Keterlibatan genetik dan kromosom memang masih belum diketahui secara pasti.
Beberapa gen yang berkaitan dengan dopamine dan produksi serotonin, termasuk DRD4,DAT, DBH, 5-HTT dan 5 – HTR1B, banyak dikaitkan dengan ADHD. Penderita ADHD dengan gangguan saluran cerna juga serinng dikaitkan dengan penerimaan reaksi makanan tertentu. Ada teori yang menyatakan bahwa salisilat mempunyai efek yang kurang baik terhadap tingkah laku anak atau bahwa gula merupakan substansi yang merangsang hiperaktivitas pada anak.
2. Faktor Neurologik
Penelitian menunjukan, anak hiperaktif lebih banyak disebabkan karena gangguan fungsi otak akibat sulit saat kelahiran, penyakit berat, cedera otak. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
Penelitian lain juga menunjukan perbandingan antara gambar otak anak yang mengalami gangguan ADHD dengan gambaran otak anak normal. Drai gambar tersebut dapat dilihat bahwa anak dengan gangguan ADHD memiliki gambaran otak yang lebih simetris dibandingkan anak normal yang pada umumnya memiliki otak kanan lebih besar dibandingkan otak kiri.



3. Faktor Lingkungan
Racun atau limbah pada lingkungan sekitar bisa menyebabkan hiperaktif terutama keracunan timah hitam (banyak terdapat pada asap knalpot berwarna hitam kendaraan bermotor yang menggunakan solar).
4. Faktor Kultural dan Psikososial
a. Pemanjaan.
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
b. Kurang disiplin dan pengawasan.
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya.
c. Orientasi kesenangan.
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri. Anak yang mempunyai orientasi kesenangan ingin memuaskan kebutuhan atau keinginan sendiri.
F. Diagnosa Hiperaktif
Diagnosa hiperaktif tidak hanya dibuat hanya berdasarkan informasi sepihak dari orang tua saja tetapi setidaknya informasi dari sekolah serta penderita harus melakukan pemeriksaan meskipun saat pemeriksaan penderita tidak menunjukan tanda tanda hiperaktif, dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi saat pemeriksaan dan kemungkinan hal lain yang mungkin menjadi pemicu terjadinya hiperaktivitas.
Pada beberapa kasus memerlukan pemeriksaan psikometrik dan evaluasi pendidikan , dan hingga saat ini belum ada suatu standar pemeriksaan psikologis untuk hiperaktivitas. Ini berarti pemeriksaan klinis haruslah diperhatikan dengan sangat teliti meskipun belum ditemukan hubungan yang jelas antara jenis yang dilakukan dengan proses terjadinya hiperaktifitas.
Pada saat mendiagnosa terkadang kita perlu memperhatikan kondisi lain yang hampir sama dengan ADHD. Pastikan bahwa anak telah diperiksa kesehatannya oleh dokter sebelum kita mendiagnosa anak tersebut.
1. Alergi Asma dab problem dengan pernapasan : Kesulitan bernapas dapat menggangu konsentrasi si anak dan merupakan salah satu tanda ADHD.
2. Diabetes / Hypoglycemia : Kondisi sangat erat hubungannya dengan kadar gula dalam darah yang bias menyebabkan perubahan perhatian dan aktivitas.
3. Problem Penglihatan atau pendengaran : Ketidak mampuan dalam melihat dan mendengar dapat menimbulkan persoalan tingkah laku.
4. Anemia : dapat menyebabkan problema dan impulsive
5. Keracunan timah : menyebakan hiperaktif
6. Problem dengan susunan syaraf : misalnya epilepsy
7. Problem kejiwaan : Kadang kadang gejala stress , perasaan bosan belajar, depresi.
8. Problem dengan Tiroid : berdampak pada tidur, emosi dan aktifitas.





BAB III
PENANGGULANGAN HIPERAKTIf

A. PENGARUH HIPERAKTIF
Kita mengetahui bahwa ADHD membawa pengaruh kepada setiap aspek kehidupan anak. Anak anak yang menderita ADHD seringkali kesulitan dalam memahami iinstruksi, mengingat tugas dan bermain dengan baik dengan saudara sekandung atau mengingat peraturan peraturan. Bagi sebagian anak ADHD akan sulit berteman, karena kondisi-kondisi ini membuat mereka sulit bergaul.
B. PENANGANAN HIPERAKTIF
Melihat penyebab ADHD yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori penyebabnya, maka tentunya banyak sekali terapi atau cara dalam penanganannya sesuai dengan landasan teori penyebabnya.
Ada satu hal yang perlu diketahui, bahwa tak ada penyembuhan ADHD, tetapi Ada tiga cara menguranginya: Terapi/Obat, Lingkungan dan perubahan tingkah laku.
1. Dengan Terapi
a. Terapi Medikasi atau Farmakologi
Adalah penanganan dengan menggunakan obat- obatan. Terapi ini hendaknya hanya sebagai penunjang dan sebagai kontrol terhadap kemungkinan timbulnya impuls impils hiperaktif yang tidak terkendali. Sebelum digunakannya obat ini diagnosa ADHD haruslah ditegakkan lebih dahulu dan pendekatan terapiokkupasi lainnya secara stimulan juga harus dilaksanakan.

b. Terapi Nutrisi
Adalah penanganan penderita diantaranya adalah keseimbangan diet karbonhidrat, penanganan gangguan pencernaan (Intestinal Permeability or Leaky gut Syndrome), penanganan alergi makanan atau reaksi simpang makanan lainnya.
c. Terapi Biomedis
Beberapa terapi biomedis dilakukan dengan suplemen nutrisi, defisiensi mineral, essential Fatty Acids, gangguan metabolisme asam amino dan toksisitas Logam berat. Terapi yang pernah diberikan terhadap penderita ADHD adalah terapi EEG Biofeed back, terapi herbal, pengobatan homeopatik dan pengobatan tradisional Cina seperti akupuntur.
d. Terapi bermain
Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan keterampilan, kemampuan gerak , minat dan terbiasa dengan suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan beraktivitas dan bekerja saat dewasa.
2. DENGAN OBAT
a. Stimulan merupakan jenis obat yang paling banyak dipergunakan untuk ADHD. Dalam kelompok ini terdapat Adderal/E, DextroStat/E, dan Ritalin/E. Stimulan bereaksi cepat dan berefek sampinng ringan dan bias memberikan energi bagi mental anak dalam memusatkan perhatian.
b. TCA ( Tri cyclic Antideppressant) sangat efektif dalam mengatasi suasana hati karena merupakan jenis anti depresi, namun TCA bekerja lebih lambat dan beresiko dalam penggunaannya.
c. Catapress (Clinidine) dulunya dipergunakan untuk pengobatan darah tinggi, bisa dipergunakan untuk penderita ADHD hiperaktif dan impulsive tetapi belum mendapatkan persetujuan dari FDA.
3. LINGKUNGAN
a. Rumah: hal- hal yang perlu diperhatikan dirumah seperti pengaturan waktu, ruangan untuk melakukan aktivitas , dan mungkin tempat untuk anak jika ingin menyendiri.
b. Sekolah: Hal hal yang perlu diperhatikan disekolah seperti ruang kelas, kerjasama dan perhatian guru. Misalnya dengan membuatkan kartu yang berisi kegiatana anak dalam satu hari beserta keterangan apakah ia sudah melakukannya dengan baik.
c. Teman: hal hal yang perlu diperhatikan dengan teman seperti mengawasi permaianannya, misalnya mencari tahu apa yang akan ia mainkan dan berapa jumlah temannya. Untuk menghindari agar anak berpasangan bawa teman tiga orang atau berjumlah ganjil. Ajarkan kemampuan yang belum dikenal.
4. PERUBAHAN TINGKAH LAKU
Ada tiga langkah untuk mengubah tingkah laku :
a. Uraikan masalah dengan cara positif : jangan menyebutkan persoalannya, tetapi kita katakana apa yang kita inginkan, berikan contoh kelakuan yang baik.
b. Tentukan tujuan yang dapat dicapai dan ketika anda menguraikan masalah dengan cara positif sebenarnya anda sudah menentukan tujuan yang ingin dicapai.
c. Bekerjalah sesuai dengan tujuan dan anak dengan ADHD akan memberikan reaksi jika diberi penghargaan , pujian, atau hadiah. Berikan pujian sesering mungkin meski dia tidak mencapai tujuan yang kita inginkan.




BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hiperaktif adalah kondisi terjadinya gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) pada anak. Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Faktor-faktor penyebab dari hiperaktif itu sendiri adalah faktor genetik (gen), faktor neurologik (cedera otak), faktor lingkungan (racun/limbah), serta faktor kultural dan psikososial (pemanjaan, kurang disiplin dan pengawasan, serta orientasi kesenangan).
Banyak hal yang bisa dilakukan dalam penanggulangan anak hiperaktif, terutama adalah mengenali kondisi hiperaktif serta telaten dalam melatihnya. Kesabaran selalu diperlukan dalam menjalani kehidupan ini. Manusia hanya dapat berusaha sedangkan hasilnya hanya ditentukan oleh Allah.
B. SARAN
Untuk mengatasi gejala gangguan perkembangan dan perilaku pada penderita ADHD yang sudah ada dapat dilakukan dengan terapi okupasi. Ada beberapa terapii okupasi untuk memperbaiki gangguan perkembangan dan perilaku pada anak yang mulai dikenalkan oleh beberapa ahli perkembangan dan peilaku anak di dunia, diantaranya adalah sensory integration (AYRES), snoezelen, neurodevelopment, treatment (BOBATH), modifukasi perilaku, terapi bermain dan terapi okupasi lainnya
Terapi yang diterapkan terhadap penderita ADHD haruslah bersifat holistic dan menyeluruh. Penangana ini hendaknya melibatkan multi disiplin ilmu yang dilakukan antara dokter, orang tua, guru dan lingkungan yang berpengaruh terhadap penderita secara bersama-sama. Penanganan ideal harus dilakukan terapi stimulasi dan terapi secara terpada guna menjamin keberhasilan terapi.
Kita iuga mengetahui Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan anak. Ada beberapa saran yang bisa dijadikan pedoman dalam menangani masalah anak hiperaktif :
1. PERIKSALAH. Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif.
2. PAHAMILAH sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologis.
3. LATIH kefokusannya. Jangan tekan dia, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas.
4. TELATENLAH. Jika dia telah "betah" untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf.
5. BANGKITKAN kepercayaan dirinya. Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.
6. KENALI arah minatnya. Jika anak bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan dari keaktifan dia. Yang paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya secara dini.
7. MINTA dia bicara. Anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri. Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat diterima kelompoknya.
Penulis meyarankan agar pembaca dapat mencari informasi terbaru yang sebanyak-banyaknya mengenai hiperaktif ini karena pengetahuan mengenai hiperaktif tidak hanya mengacu pada makalah ini semata, tetapi juga banyak sumber-sumber lain yang dapat dicari melalui buku-buku referensi atau laman-laman pada internet. Banyak juga tips-tips yang dapat ditemukan pada sumber-sumber lain.




DAFTAR PUSTAKA

1. http://docs.docstoc.com/orig/1616240/b90dce1f-63ad-4ea9-8ac8-498246e12899.pdf
2. http://www.hikarikids.com/artikel-perilaku%20hiperaktif.html
3. http://www.dwifajar.co.cc/index.php/home/35-anak-dan-remaja/60-mengenal-a-membimbing-anak-hiperaktif-.pdf
4. http://www.kesulitanbelajar.org powered by joomla!

Tahapan Moral Kohlberg

Bab I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengalaman hidup yang dilalui oleh seorang anak, sejak masa pembentukannya memiliki pengaruh yang amat besar sekali dalam hidupnya, terlebih lagi untuk masa depannya. Hal tersebut semakin berpengaruh tatkala dia mencapai kematangan secara psikologi, yang tidak mungkin dicapai kecuali dengan kebebasan yang penuh dan pembentukan jiwa yang mandiri.
Melihat fenomena diatas, maka orangtua atau pendidik memiliki peran penting dan efektif dalam pendidikan moral dan agama anak, karena pendidikan moral ini memberikan pengaruh yang jelas kuat dalam membentuk kepribadiannya.
Memberikan pendidikan moral sejak usia dini dapat memberikan pengaruh yang positif dalam mencerahkan kepribadian dan membentuk perilakunya. Oleh karena itu penulis memilih pembahasan ini, agar setiap orangtua dan pendidik dapat mencetak anak cerdas yang berahlakulkarimah, karena nasib bangsa ini ada ditangan anak anak kita saat ini yang akan menjadi generasi penerus bangsa.

B. TUJUAN
Tujuan Penulis menulis makalah ini adalah :
1. Menjelaskan definisi dari moral.
2. Menjelaskan tentang tahapan tahapan moral.
3. Bagaimanakah cara pengembangan kemampuan Moral.
4. Menjelaskan kaitan Moral dengan Pendidikan Anak usia Dini.
Selain itu tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mendapatkan nilai kelompok dari mata kuliah Fisiologis Anak usia Dini.


C. Metode Penulisan
Metode yang penulis pakai dalam membuat makalah ini adalah metode Literature yang mengunakan sumber dari majalah artikel dan lain lain.

D. SUMBER MAKALAH
Penulis mendapatkan sumber dari berbagai buku dan artikel artikel yang didapat dari internet. Terlampir pada daftar pustaka.


Bab II
TAHAPAN TAHAPAN MORAL

A. DEFINISI MORAL
Moral adalah Sikap perilaku seseorang yang didasari oleh norma - norma hukum yang berada dilingkungan tempat dia hidup. Jadi seseorang dapat dikatakan memiliki moral adalah ketika seseorang sudah hidup dengan mentaati hukum - hukum yang berlaku di tempat dia hidup.
Ahlak adalah sikap perilaku seseorang yang didasari oleh hukum – hukum agama Islam yang dianutnya.
Sedangkan Menurut Lawrence Kohlberg. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya.

B. TAHAPAN TAHAPAN MORAL
Menurut Kohlberg ada 6 tahapan perkembangan moral yang dapat teridentifikasi, hal ini didasarkan pada teorinya yang berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis,. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya.
 Enam Tahapan Moral Menurut Kohlberg :
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal


 Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan:

 Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi
( Apa untungnya buat saya?)
 Tingkat 2 (Konvensional)
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
( Sikap anak baik)
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
( Moralitas hukum dan aturan)
 Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal
( Principled conscience)

Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.

C. TINGKATAN DALAM ENAM TAHAPAN MORAL
 Tingkat Pra Konvensional
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris.
Dalam Tingkat Pra konvensional ini terdapat dua tahapan moral yaitu :
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi ( Apa untungnya buat saya?)


1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis otoriterisme.
2. Orientasi minat pribadi ( Apa untungnya buat saya?)

Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu.” Dalam tahap dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.

 Tingkat Konvensional
Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat.

Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral yaitu :
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (sikap anak baik)
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial ( Moralitas hukum dan aturan)





3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (sikap anak baik)
Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden rule. Keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip ini. Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap ini; 'mereka bermaksud baik…'.
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial ( Moralitas hukum dan aturan)
Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum, maka secara ia salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang baik.
 Tingkat Pasca Konvensional
Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat ‘hakekat diri mendahului orang lain’ ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional.


Tingkat Pasca konvensional terdiri dari tahap kelima dan keenam yaitu :
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal ( Principled conscience)

5. Orientasi kontrak sosial
Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut - 'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan dengan itu, hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang. Hal tersebut diperoleh melalui keputusan mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini, pemerintahan yang demokratis tampak berlandaskan pada penalaran tahap lima.
6. Prinsip etika universal ( Principled conscience)
Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moral deontis. Keputusan dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis secara kondisional (lihat imperatif kategoris dari Immanuel Kant). Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama (lihat veil of ignorance dari John Rawls). Tindakan yang diambil adalah hasil konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil; seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya.





Bab III
RUANG LINGKUP TAHAPAN MORAL ANAK USIA DINI


A. DFINISI
Ruang lingkup tahapan / pola perkembangan moral anak diantaranya adalah tahapan kejiwaan manusia dalam menginternalisasikan nilai nilai moral kepada dirinya sendiri, mempersonalisasikan dan mengembangannya dalam pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip serta dalam mematuhi , melaksanakan/menentukan pilihan menyikapi/menilai atau melakukan tindakan nilai moral.

Menurut Kohlberg, perkembangan moral anak usia prasekolah berada pada level atau tingkatan yang paling dasar, yaitu penalaran yang pra konvensional. Pada tingkatan ini anak belum menunjukan internalisasi nilai nilai moral, pertimbangan moralnya didasarkan pada akibat akibat yang bersifat fisik atau hedonistik.
 Pada Tingkat Pra konvensional, ada tahapan moral ke 1 yaitu Orientasi hukuman / kepatuhan. Menurut Kohlberg, tahapan ini didominasi oleh penalaran moral yang semata semata mengacu pada kepatuhan atau hukuman hukuman oleh figur – figure yang berkuasa.
Contohnya adalah dalam kehidupan anak sehari hari, sering kita menemukan kasus dimana seorang anak mampu mencegah temannya yang akan berbuat yang dilarang oleh gurunya atau orang yang lebih tua dari dirinya dengan penekanan bahwa hal itu akan dilaporkan kepada orang tersebut.
 Pada Tingkat Pra konvensional, tahapan moral ke 2 yaitu Orientasi Minat pribadi. Menurut Kohlberg, pada tahap ini acuan moral anak masih terhadap peristiwa- peristiwa eksternal fisik. Maksudnya adalah suatu tindakan akan dianggap benar apabila tindakan itu dilakukan karena adanya tuntutan eksternal dalam memenuhi kepuasan kebutuhan dirinya atau kebutuhan seseorang yang dekat dengan dirinya.
Contohnya: Seorang anak akan mau disuruh oleh orangtuanya ke warung untuk membeli obat apabila ia juga dibelikan permen.
Dengan demikian perkembangan penalaran moral pada tahap ini masih bersifat apa yang menguntungkan buat diri anak tersebut.



B. Perkembangan Moral Anak ditinjau dari Ilmu Agama
Secara umum, perkembangan nilai moral dan keagamaan pada anak Taman kanak kanak identik dengan pemahaman keberadan Tuhan. Jadi sebagai seorang guru Taman kanak kanak diharapkan bisa memahami dan menyesuaikan metode pengajaran untuk mengenalkan anak anak dengan tuhannya.
Contoh umun dalam mengenalkan Tuhan dengan anak anak adalah dengan memberitahukan : “Jika anak anak sakit, anak anak dapat berdoa kepada Tuhan untuk meminta disembuhkan. Begitu juga jika anak anak menginginkan sesuatu, anak anak dapat meminta kepada Tuhan, karena Tuhan adalah Pemilik seluruh isi alam ini.”

C. Pengembangan Kemampuan Moral
1. Apresiasi orangtua sebagai Tauladan
Pengaruh keteladan pada masa pembentukan lebih efektif dibandingan dengan nasihat atau ceramah. Seorang anak lebih membutuhkan ketauladadan, dan ia akan mencontoh dari orang tua atau lingkungan terdekatnya, karena dia memang memiliki kecenderungan untuk mencontoh atau mengikuti.
2. Pola Asuh yang demokratis
Dengan menerapkan pola asuh yang bersifat demokratis anak diberikan kepercayaan untuk menentukan pilihanya dengan catatan anak tersebut harus dapat bertanggung jawab dengan pilihannya tersebut. Sikap ini bisa membuat anak merasa dipercaya sehingga menimbulkan perasaan bertanggung jawab dalam dirinya.
3. Mengenalkan perbedaan dan menghargai perbedaan.
Seorang anak harus dikenalkan bahwa setiap manusia itu berbeda, setiap individu memiliki perbedaan yang unik dalam berbagai hal, begitu juga dengan perbedaan pendapat. Ajarilah anak untuk bisa mengharigai setiap perbedaan dan menerima perbedaan itu.
4. Melatih kedisiplinan anak untuk hidup teratur.
Ajarilah anak untuk melakukan kebiasaan baik secara teratur, misalnya biasakan anak untuk bangun pagi, hal ini bisa membuat anak menjadi anak yang disiplin.
5. Tanamkan sikap berani mengakui kesalahan.
Ajari anak untuk berani melakukan hal yang benar, untuk jangan takut mengakui kesalahannya.


BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Moral adalah Sikap perilaku seseorang yang didasari oleh norma - norma hukum yang berada dilingkungan tempat dia hidup. Jadi seseorang dapat dikatakan memiliki moral adalah ketika seseorang sudah hidup dengan mentaati hukum - hukum yang berlaku di tempat dia hidup.
Ahlak adalah sikap perilaku seseorang yang didasari oleh hukum – hukum agama Islam yang dianutnya.
Sedangkan Menurut Lawrence Kohlberg. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya.
Menurut Kohlberg ada 6 tahapan perkembangan moral yang dapat teridentifikasi, hal ini didasarkan pada teorinya yang berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis,. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya.
 Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan:

 Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi
( Apa untungnya buat saya?)
 Tingkat 2 (Konvensional)
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
( Sikap anak baik)

4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
( Moralitas hukum dan aturan)
 Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal
( Principled conscience)

B. SARAN
Ada banyak cara atau metode untuk mengembangan kemampuan moral anak usia dini salah satunya adalah dengan cara :
1. Latihan hidup tertib dan teratur
2. Aturan dalam melakukan sosialisasi
3. Menanamkan sikap tenggang rasa dan tanggung jawab
4. Merangsang sikap berani dan bangga dan bersyukur.
5. Latihan pengendalian Emosi.
6. Melatih anak untuk bersikap mandiri

DAFTAR PUSTAKA

1. Misbah, Syaikh Akram. 25 Cara Mencetak anak Tangguh. Pustaka Alkautsar, 2005
2. Suhairi, Ade . Strategi pengembangan Moral( Diklat). Tahun 2009.
3. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
4. www.Perkembanganmoral.com

Minggu, 20 Maret 2011

(petikan Cerpen Wanita yang menangis tanpa air mata)

“Ternyata persepsi kita begitu berbeda dalam memandang atau mempersepsipkan suatu kebahagiaan, aku g bisa bahagia atas sesuatu yang membuat kamu bahagia, dan aku juga tidak memaksakan kebahagiaanku, juga bisa membuat kamu bahagia, tapi kalau boleh jujur aku hanya heran …. Kok bisa ya kita masih sama sama….?” (petikan Cerpen Wanita yang menangis tanpa air mata)

“Mungkin aku memang tidaklah special atau penting bagi semua orang, tapi apakah aku salah kalau aku berpikir seharusnya ada 1 orang yang menganggap aku spesial dan penting?!” (petikan Cerpen Wanita yang menangis tanpa air mata)

Peran Masyarakat dalam PAUD

Peran Masyarakat Pada
Pendidikan Anak Usia Dini


A. Pengertian PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan Anak Usia Dini Sangat Penting
Mengapa Pada Anak usia dini diperlukan sebuah rancangan pendidikan? Hal in karena pada anak usia Dini adalah masa kritis ( Masa golden age) dimana sel sel neuron perlu diberikan stimulasi agar lebih banyak menghasilkan sel sel otak lebih banyak. Masa perkembangan anak Usia Dini :
• 3 – 6 bulan anak biasanya sudah bisa menegakan kepala,
• 12 – 16 bulan anak sudah bisa berjalan sendiri,
• 24 – 36 bulan anak sudah bisa membuka baju dengan kancing tanpa bantuan,
• 3 – 4 Tahun anak sudah pandai menggambar dalam berbagai bentuk,
• 5 – 6 Tahun anak sudah lebih kreatif yakni dapat menari alunan musik.

Selain itu pada Usia Anak Dini tersimpan 8 potensi kecerdasan anak yaitu : Kesembilan potensi kecerdasan anak merupakan tolak ukur dari perkembangan anak memasuki usia sekolah. Kedelapan potensi kecerdasan anak itu adalah :
1. kecerdasan linguistic verbal
2. kecerdasan matematic
3. kecerdasan visual-parsial
4. kecerdasan musikal
5. kecedasan kinestetik
6. kecerdasan itnterpersonal
7. kecerdasan naturalis
8. kecerdasan spiritual.

Ketentuan Tentang PAUD
Berdasarkan Pasal 28 UU No. 20 Tahun 2003
• Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang Sekolah Dasar
• Pendidikan Anak Usia Dini Diselenggarakan melalui Jalur Formal Nonformal dan Informal.
• Jalur PAUD
Jalur Formal Jalur Non Formal Jalur Informal
Taman Kanak kanak Kelompok bermain Pendidikan Keluarga
Radhatul Athfal Taman Penitipan Anak Pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan
Bentuk lain yang sejenis Bentuk lain yang sejenis


B. Peran Mastarakat Dalam Pelaksanaan PAUD.
Kita begitu miris sekali betapa technologi modern ternyata belum bisa memberi manfaat atau efek yang positif pada anak anak. Seperti yang kita ketahui bahwa perkembangan dan pertumbuhan anak zaman sekarang ini lebih banyak di pengaruhi oleh Televisi, dimana tak ada filter yang bisa menyaring secara efektif hal hal yang baik untuk anak.
Kita juga bisa membedakan bahwa di lingkungan pedesaan dengan lingkungan perkotaan terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hal pendidikan. Dimana di Perkotaan Anak anak usia dini sudah banyak yang tersentuh oleh pendidikan untuk anak usia dini.
Melihat dari perkembangan anak yang memerlukan perhatian khusus oleh orang tua, Pendidikan Anak Usia Dini perlu tersosialisasikan kepada masyarakat, agar visi Paud dapat tercapai sebelum anak tersebut masuk kesekolah dasar.

VISI dan MISI PAUD
• Visi adalah terwujudnya anak yang cerdas, sehat, ceria, dan berakhlak mulia serta memiliki kesiapan fisik maupun mental dalam memasuki pendidikan lebi lanjut.

• Misi adalah :
- Meningkatkan perluasan dan pemerataan akses layanan PAUD.
- Mengembangkan model percontohan PAUD sesuai dengan standard kualitas nasional.
- Melakukan koordinasi dengan sektor terkait dalam rangka pengembangan PAUD.
- Melakukan pengendalian dan penjaminan MUTU PAUD.
- Memberikan layanan yang prima.

Masyarakat yang peduli dengan anak anak akan sangat antusias sekali untuk bahu membahu dalam mengembangkan kualitas PAUD. Untuk daerah Bekasi sendiri PAUD hampir menyentuh pelosok desa. Meski PAUD yang didirikan masyarat masih berada dalam jalur nonformal namun sudah menggunakan KURIKULUM dengan menu generik.

Strategi masyarakat dalam mendirikan PAUD
• Memegang prinsip dari oleh dan untuk masyarakat, sehingga masyarakat dapat dilibatkan sejak identifikasi kebutuhan , merancang program , melaksakannya dan mengawasinya.
• Fleksibel yakni baik tempat waktu , maupun saran ayang digunakan. Yang paling penting aman dan tidak mengganggu waktu tudur siang Anak.
• Tidak harus dimulai dari nol, bisa dengan mengembangkan fasilitas yang sudah ada seperti, Posyandu, BKB, SPS, Majelis Ta’lim.
• Yang Mudah , Murah, tetapi harus bermutu. Yaitu PAUD nonformal bukan berart gedung yang megah dan berfasilitas lengkap tetapi menjadi satu tolak ukur dimana anak merasa diperhatikan, diberi kesempatan, diberikan kebebasab mengungkapkan kemampuannya, didengar isi hatinya tanpa ada paksaan/ancaman/tekanan terhadap dirinya serta mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan Usianya.

Dalam penyelenggaraanya sendiri PAUD nonformal diharuskan tidak kaku, maksudnya jika sudah ada keinginan dari masyarakat untuk mendirikan PAUD segeralah untuk memulainya meskipun belum mendapatkan ijin. Untuk sementara waktu sebelum dibuat KURIKULUM, maka bisa menggunakan kurikulum dengan Menu generik . Sambil berjalan, penilik PLS/PAUD memantau , membina, dan mengarahkan hingga mendapatkan ijin operasional. Sehingga dalam jangka waktu minimal 6 bulan setelah program berjalan, PAUD sudah mendapatkan ijin dari Dinas Pendidikan .

Syarat Mendapatkan ijin mendirikan PAUD (minimal) :
• Ada Yang bertanggung jawab sebagai penyelenggara.
• Ada anak yang akan dilayani.
• Ada tenaga Pendidik.
• Mempunyai tempat untuk menjalankan program pendidikan.
• Ada Dana untuk kelangsungan PAUD.
• Mempunyai program pembelajaran yang jelas.
• Memiliki kurikulum yang jelas.
• Didukung oleh masyarakat sekitar.
• Untuk Taman Pengasuhan Anak ditambah syarta tambahan yakni adanya pengasuh atau perawat yang bertanggung jawab dalam merawat anak termasuk kesehatan dan gizi anak.

Demikianlah peran masyarakat dalam Pendidikan Anak Usia Dini.

Prinsip prinsip perkembangan

Prinsip Prinsip Perkembangan

Pengertian Perkembangan
Objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Para Ahli psikologi juga tertarik akan masalah seberapa jauhkah perkembangan manusia tadi dipengaruhi oleh perkembangan masyarakatnya.
Terdapat nilai ilmiah dan nilai praktis dalam mengetahui bentuk pola perkembangan. Nilai nilai tersebut adalah :
1. Pengetahuan tentang Pola perkembangan pada manusia, bisa membantu para ahli mengetahui apa yang diharapkan orang tua dari anak anak pada usia tertentu. Hal ini berfungsi untuk menghindari harapan yang terlalu banyak dari diri anak anak yang mungkin tidak bisa berkembang dengan baik atau seperti yang diharapkan oleh orang tuanya. Dan juga menghindari orang tua yang kurang berharap terhadap anak anak mereka karena bisa mengurangi rangsangan untuk mengembangkan kemampuannya.
2. Setelah para Ahli mampu mengetahui apa yang diharapkan oleh orang tua terhadap anak anak mereka, maka ini memungkinkan para Ahli untuk menyusun sebuah pedoman dalam bentuk skala Tinggi – Berat, skala Usia – Berat, skala Usia – Tinggi, Skala Usia – Mental, dan skala perkembangan sosial atau emotional. Pedoman ini bisa berfungsi sebagai standar perkembangan anak, apakah anak tersebut mengalami perkembangan secara normal atau tidak. Karena pada dasarnya perkembangan untuk semua anak normal hampir memiliki kesamaan.
3. Disaat para Ahli telah memiliki pedoman yang tepat tentang pola perkembangan pada anak, maka para ahli mampu memberikan bimbingan dan pelajaran disaat yang tepat.
4. Mengetahui pola normal perkembangan anak bisa membantu guru atau orang tua untuk mempersiapkan anak terhadap perubahan yang terjadi pada anak tersebut.



Prinsip prinsip perkembangan meliputi 10 faktor, yaitu:

I. Perkembangan melibatkan perubahan
Maksud dari perkembangan yang melibatkan perubahan adalah perkembangan itu menuju pada suatu proses yang sempurna dan tidak dapat begitu saja diulang kembali. Perkembangan ini berhubungan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif. Perubahan kualitatif adalah peningkatan ukuran dan struktur, sedangkan perubahan kuantitatif dapat didefenisikan sebagai deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Sedang pertumbuhan hanya berkaitan dengan perubahan kualitatif.
Tujuan perubahan perkembangan adalah realisasi diri atau pencapaian kemampuan genetik, yaitu upaya untuk menjadi orang yang terbaik secara fisik dan mental (Aktualisasi-diri, Maslow).
Jenis Perubahan dalam perkembangan :
1. Perubahan ukuran meliputi : perubahn fisik dalam tinggi, berat , mental.
2. Perubahan Proporsi maksudnya anak anak bukanlah miniatur ornag dewasa dalam proporsi fifiknya, dan mereka juga tidak memiliki miniatur mental orang dewasa.
3. Hilangnya ciri lama, misalnya kelenjar Thymus setelah pubertas.
4. mendapatkan ciri baru, meliputi ciri fisik yang baru seperti gigi tetap dan karateristik.
Sikap anak terhadap Perubahan biasanya sebagian besar dari mereka menanggapi hal itu dengan bahagia, dan ini sangat berkebalikan dengan orang dewasa yang takut ketika proses kdewasaan itu dimulai.
Faktor yang mempengaruhi perubahan menjadi menyenangkan atau tidak:
1.Kesadaran anak pada perubahan itu sendiri.
2. Bagaimana perubahan mempengaruhi perubahan mereka.
3. Sikap sosial terhadap perubahan mempengaruhi anak anak.
4. Sikap sosial tentang penampilan mereka.
5. Sikap budaya bagaimana cara mereka meperlakukan anak anak.



II. Perkembnagan Awal lebih Kritis
Perkembangan awal menjadi lebih kritis karena pada masa ini ( masa kanak kanak ) merupakan gambaran awal manusia sebagai seorang manusia tempat dimana sifat yang buruk dan kebaikannya yang tertentu dapa t berkembang dengan jelas dalam mewujudkan dirinya.
Kondisi yang mempengaruhi dasar awal :
1.Hubungan antarpribadi yang menyenangkan
Hubungan antar keluarga dapat membuat anak menjadi terbuka dan mampu berorientasi dengan orang lain.
2. Keadaan Emosi
Dengan adanya pemuasan emosional yang baik dapat memdorong perkembangan kepribadian.
3.Metode melatih anak
Dengan Melatih anak sejak dini oleh orang tua yang demokratif dapat membuat anak menyesuaikan dirinya lebih baik.
4.Peran yang Dini
Anak pertama akan terlhat lebih memiliki peran yang penting sebagai kakak.
5.Struktur Keluarga dimasa Kanak kanak.
Latar belakang keluarga sangat mempengaruhi karakter yang akan timbul pada anak tersebut.
6.Rangsangan Lingkungan
Lingkungan dengan rangsangan yang baik dapat mendorong perkembangan sosial yang baik.

Faktor faktor yang menyebabkan dasar awal sangat penting:
1. Karena hasil belajar dan pengalaman semakin memainkan peran dominan dalam perkembangan.
2. Karena dasar awal cepat berkembang menjadi pola kebiasaan, hal ini akan berpengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian pribadi dan sosial anak itu.
3. bertentangandengan keyakinan populer, anak anak tidak melepaskan ciri bawaan mereka yang tidak disukai.
4. kadang adakalanya ada perubahan yang terjadi dalam apa yang diajarkan.


III. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan belajar
1. Kematangan.
Proses kematangan intrinsik adalah terbukanya karateristik yang secara potensial ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu.
Dalam Fungsi filogenetik (fungsi umum Ras) misalnya merangkak, duduk, dan berjalan perkembangan berasal dari proses kematangan. Berbeda dengan fungsi ontogenetik(Fungsi Khas) misalnya berenang , naik sepeda, dan semua itu haris dilakukan dengan latihan.
2. Belajar
Belajar adalah perkembangan dari latihan dan usaha. Dengan belajar anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan. Akan tetapi mereka harus memiliki kesempatan untuk belajar.
3. Interaksi antara kematangan dan belajar.
Perkembangan sangat tergantung pada interaksi antara warisan yang diturukan dengan faktor sosial budaya dan lingkungan.
Pengaruh antar Hubungan Kematangan dan Belajar :
- Variasi Pola Perkembangan : Bilamana perkembangan manusia hanya disebabkan oleh kematangan seperti halnya pada beberapa jenis hewan.
- Kematangan membatasi perkembangan : karena adanya batasan warisan maka anak tidak dapat melampaui titik yang telah ditentukan walaupun dengan proses belajar.
- Batas kematangan Jarang dicapai : ketika mereka telah mencapai batas kematangan yang sementara kadang mereka diangap sudah mencapai kematangan sehingga mereka hanya sedikit belajar.
- Hilangnya kesempatan belajar membatasi perkembangan. : seandainya lingkungan tidak mendukung dan memberikan kesempatan belajat maka anak akan kehilanganuntuk mencapai potensinya.
- Rangsangan diperlukan untuk perkembangan yang Purna : mereka harus diberi rangsangan untuk dapat mengembangkan kemampuannya.
- Keefektifan belajar tergantung pada ketepatan waktu : merka harus dalam keadaan mental yang siap untuk belajar sebelum mereka belajar.
4. Pentingnya kesediaan untuk belajar.
Sebelum anak anak dilatih atau diajarkan untuk belajar sesuatu mereka harus disiapkan mentalnya dan kondisinya untuk belajar, karena bila mereka belum siap untuk belajar, maka usaha mengajarkan anak akan menjadi sia sia. Ada beberapa kriteria untuk menenetukan anak siap belajar, yaitu :
- Minat Belajar : mereka akan menunjukan keinginan untuk belajar sendiri
- Minat yang bertahan : Ketika anak anak siap belajar mereka akan tetap teguh pendirian walaupun mengalami hambatan dan rintangan.
- Kemajuan : Dengan berlatih anak anak yang telah belajar akan menunjukan kemajuan walaupun secara perlahan lahan.

IV. Pola Perkembangan Dapat diramalkan
Setiap mahluk hidup akan memiliki pola perkembangan yang normal dan khas untuk setiap spesiesnya. Manusia misalnya pola perkembangannya dapat diramalkan dari seorang bayi yang belajar merangkak lalu bisa berjalan.
1. Beberapa Pola dapat diramalkan
Ada dua hukum rangkaian pengarahan perkembangan, yaitu :
- Hukum Cephalocaudal : perkembnagan menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki.
- Hukum Promixomidal : Perkembangan bergerak dari yang dekat ke yang jauh keluar dari sumbu pusat tubuh menuju keujung ujungnya.
Menurut study longitudinal mengenai kecerdasan telah mengungkapkan bahwa pola perkembangan mental dapat diramalkan seperti halnya pola perkembangan fisik.
2. Kondisi yang mempengaruhi Pola perkembangan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan yaitu :
- Faktor lingkungan atau fisik : dapat mengubah pola perkembangan yang seharusnya berjalan dengan normal.
- Faktor Psikologis : Gangguan emosional seperti kehilangan orangtua atau broken home .
- Rangsangan secara fisik/mental : rangsangan yang positif bisa mempercepat perkembangan anak dalam segala bidang.
3. Pentingnya meramalkan perkembangan
Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anak tersebut telah mengikuti pola perkembangan yang normal atau tidak.
Secara Teoritis, informasi demikian penting karena dapat memberikan dasar bagi perkembangan disegala bidang.
V. Pola Perkembangan memiliki karateristik yang dapat diramalkan
Pola perkembangan bukan saja yang dapat diramalkan, tetapi ia juga mempunyai karakteristis yang dapat diramalkan. Dibawah ini terdapat karakteristik yang dapat diramalkan.
- Ukuran kematangan : Bisa meramalkan keadaan fisik seseorang ketika dewasa nanti.
- Perencanaan pendidikan : Bisa mengarahkan kemana minat atau bakat anak tersebut ketika dewasa.
- Persiapan untuk tahap berikutnya : pada setiap tahapan anak dapat di persiapkan ke tahap yang berikutnya.
- Perencanaan pekerjaan : Agar orangtua dapat mengarahkan pendidikan apa yang tepat untuk pekerjaannya dimasa mendatang.
- Adopsi : Bisa untuk memilih bayi yang akan diadopsi.
1. Kesamaan dalam Pola Perkembangan
Setiap anak akan memiliki pola perkembangan yang sama dari satu tahap ketahap yang berikutnya. Seperti bayi yang berdiri sebelum berjalan.
2. Perkembangan Bergerak dari Tanggapan yang Khusus ke Tanggapan yang umum
Dalam semua aspek perkembangan baik motorik(fisik) ataupun secara mental (Psikis) respons anak pada mulanya bersifat umum. Contohnya adalah sebelum bisa berbicara bayi akan belajar untuk mengoceh terlebih dahulu.
3. Perkembangan Berlangsung Secara Berkesinambungan
Ini berarti perubahan atau fungsi organisme itu berlangsung secara bertahap beraturan . misalnya pada seorang anak yang harus bisa duduk dan merangkak sebelum akhirnya ia bisa berdiri.
4. Berbagai Bidang Berkembang dengan Kecepatan yang Berbeda.
Meskipun perkembangan berbagai ciri fisik dan mental berlangsung secara berkesinambungan hal ini tidak berarti bahwa sama untuk semua organisme.
Ada perbedaan kecepatan dalam proses perkembangan. Misalnya untuk seorang bayi, tidak semua bayi yang berusia 1 tahun itu bisa berjalan, dan tidak semua anak diatas usia 2 tahun bisa lancar berbicara.
5. Ada Korelasi dalam Perkembangan
Ada suatu keyakinan dalam masyarakat kita bahwa alam itu mengimbangi ketidak sempurnaan yang terdapat dalam tubuh manusia, misalnya ada seorang gadis cantik dengan otak yang bodoh. Ini berarti tidak ditemukan hubungan negatif antara fisik dan mental. Maksudnya tidak semua fisik yang tidak sempurna maka secara mental juga terbelakang.


VI. Terdapat Perbedaan Individu dalam Perkembangan.

Setiap individu meskipun memilik kesamaan dalam pola perkembangan, tidak berarti bahwa mereka memiliki tempo yang sama dalam mencapai suatu proses kematangannya diusia yang sama.
1. Penyebab Perbedaan
Menurut Debzhansky “ Setiap orang memang berbeda secara biologis dan genetik antara satu sama lain “
- Perkembangan Fisik : tergantung pada potensi keturunan atau faktor genetik
- Perkembangan Kecerdasan : tergantung pada keturunan, kesempatan belajar.
- Perkembangan Kepribadian : tergantung pada keturunan dan faktor lingkungan sosial intern dan ekstern.
2. Konsistensi Pola
Kecepatan perkembangan anak anak memang berbeda dan semua anak memiliki konsistensi perkembnagan tertentu. Ini berarti bahwa setiap anak mempunyai ciri khas miliknya yang dikendalikan oleh kombinasi unik dari warisan keturunannya dan faktor lingkungan.
3. Nilai Praktis Perbedaan Individu
Bila secara teoritis kita bisa mengetahui bahwa perkembangan anak berbeda, maka secara praktis ini lebih penting untuk menghilangkan sebuah stigma bagi para orang tua yang terkadang beranggapan bahwa anak anak yang memilik usia yang sama akan memiliki kemampuan yang sama juga.
Alasan Mengapa Begitu Penting Mengetahui bahwa Perkembangan berbeda beda yaitu :
- Harapan Yang berbeda : Diusia yang sama tidak dapat diharapkan akan memiliki kemampuan atau sifat yang sama.
- Dasar Invidualitas : dapat menolong anak yang sedikit berbeda dalam suatu kelompok agar dapat mengikuti pelajaran.
- Pendidikan anak harus bersifat perseorangan. : Tidak semua anak akan merespon dengan positif terhadap rangsangan yang diberikan.
- Meramal adalah Sulit : Tidak semua reaksi yang diharapkan akan sama dan tidak bsa diramalkan dalam menghadapi suatu kejadian atau peristiwa.

VII. Periode Pola Perkembangan
Bijou mengusulkan bahwa periode pada perkembangan tidak ditandai dengan usia tetapi dengan kejadian biologis dan perubahan dalam perilaku seseorag.
1. Periode Keseimbangan dan Ketidakseimbangan
Dalam Pola perkembangan terdapat dua periode :
- Keseimbangan : bila anak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya.
- Ketidakseimbangan : Bila anak tidak mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Akibatnya anak sulit untuk di tangani.
Lima Periode Perkembangan yang utama yaitu :
- Pralahir ( dari Zigot hingga lahir) : Perkembnagan akan terjadi dengan sangat cepat ketika lahir terutama secara biologis.
- Masa Neonatus ( Lahir sampai 10- 14 hari) : masa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan pada masa ini pertumbuhan berhenti untuk sementara.
- Masa Bayi ( 12 Minggu sampai 2 Tahun ) : Adanya tahapan belajar untuk lebih mandiri.
- Masa Kanak kanak ( 2 Tahun sampai masa Remaja) : terbagi menjadi 2 yaitu masa kanak kanak ( 2 – 6 tahun) dan masa akhir kanak kanak (6 – 13 Tahun )
- Masa Puber ( 11 – 16 Tahun ) : Peride menuju masa remaja yang ditandai denga perubahan secara psikis dan fisik.

2. Perilaku normal Lawan Perilaku “ bermasalah”
Terkadang perilaku normal yang dilakukan oleh anak anak sering diartikan sebagai perilaku yang bermasalah oleh para orang dewasa hanya karena mereka tidak sesuai dengan standar yang dipikirkan oleh orang dewasa
Perilaku “ bermasalah” timbul karena penyesuaian yang harus dilakukan anak anak terhadap lingkungan yang baru.
3. Pentingnya Periode Perkembangan
Periode perkembangan sangat penting karena dengan mengetahui perode perkembangan anak dapat dilatih dengan ketentuan belajar yang direncanakan sesuai dengan pola karateristik.
VIII. Pada setiap Periode Perkembangan terdapat harapan sosial
Menurut Havighurst Harapan sosial dikenal sebagai “Tugas Perkembangan dan mendefinisikannya sebagai tugas yang timbul pada atau sekitar periode kehidupan individu tertentu.
1. Tujuan dari Tugas Perkembangan adalah :
- Sebagai pedoman untuk para orangtua dan guru untuk megetahui apa yang harus dipelajari anak pada usia tertentu.
- Sebagai motivasi anak untuk belajar .
- Dapat menunjukan apa yang orang tua harapkan dari mereka dimasa mendatang.
2. Faktor yang mempengaruhi penguasaan Tugas Perkembangan:
Bantuan dalam menguasai :
- Perkembangan fisik yang dipercepat.
- Kekuatan dan energi.
- Kecerdasan diatas rata rata
- Lingkungan yang memberikan kesempatan untuk belajar.
- Bimbingan belajar dari Orang tua dan Guru.
- Motivasi yabf kuat untuk belajar.
- Kreativitas
Hambatan dalam menguasai :
- Kelambatan secara psikis dan fisik
- Kesehatan yang buruk
- Cacat tubuh
- Tak ada kesempatan untuk belajar.
- Tidak ada motivasi belajar.
- Rasa takut untuk berbeda.

3. Pentingnya Penguasaan tugas Perkembangan.
Hal ini penting karena kita bisa mengantisipasi keadaan yang terjadi pada anak anak apabila mereka tidak dapat melakukan tugas perkembnagan dengan baik. Karena akan banyak sekali hal yang serius yang terjadi pada anak apabila mereka tidak dapat melakukan tugas perkembangan dengan baik.


IX. Setiap Bidang Perkembangan mengandung bahaya yang potensial.
Meskipun pola perkembangan bergerak normal, ini tidak memungkiri akan terjadinya perubahan pola perkembanganyang mengandung bahaya potensial karena dapat membawa kemunduran. Ada dua faktor yang mempengaruhi perubahan pola perkembangan yaitu: Ekstern dan Intern.
Pentingnya Peringatan awal adanya bahaya bisa mengantisipasi atau memungkinkan mereka yang bertanggung jawab terhadap anak tersebut memberikan langkah atau bimbingan yang tepat untuk menghindarinya.

X. Kebahagiaan Bervariasi pada Berbagai Periode Perkembangan
Memang pada umumnya masa anak anak adalah masa yang paling membagiakan, tetapi ternyata tidak semua orang mengalami hal yang membahagiakan dimasa kanak kanak. Ada beberapa yang bahkan tidak ingin kembali menjadi anak anak, karena pengalaman yang tidak menyenangkan dimasa itu.
1. Periode Kebahagian dan Ketidakbahagian
- Masa bayi : masa yang membahagiakan terbesar sepanjang hidup.
- Masa kanak kanak : Bisa membahagiakan atau tidak tergantung oleh keadaan lingkungan baik didalam maupun diluar.
- Akhir masa kanak kanak : Masa paling bahagia sepanjang hidup karena ketika memiliki masalah yang tidak menyenangkan sudah dapat menghindarinya.
- Masa puber : Masa paling tidak menyenangkan.

2. Esensi Kebahagiaan
- Penerimaan : penerimaan oleh lingkungan ataupun terhadap diri sendiri.
- Kasih sayang : Semakin mereka diterima akan semakin besar kasih sayang yang mereka peroleh.
- Prestasi : perasaan bahagia bila bisa menjadi sesuatu yang menonjol didalam suatu kelompok.
3. Pentingnya Kebahagiaan.
Kebahagiaan sangat berperan penting dalam mempengaruhi pola perkembangan yang dapat membuat anak tidak menunjukan kemampuannya dalam melakukan apa saja.

KONSEP DASAR PAUD

SEJARAH DAN MAKNA PAUD


1. Sejarah Lahirnya PAUD
PAUD pada Abad ke – 18, menurut :
- Martin Luther ( 1483-1546) :” Anak Laki laki harus diberi pendidikan Formal (membaca menulis dan berhitung) karena merupakan tulang punggung keluarga yang harus menghidupi , mendidik membimbing dan mengarahkan anak anaknya.
- JH. Pestalozzi ( 1747-1827) : Pentingnya kemerdekaan dan kebebasan pada anak agar dapat belajar dan berpikir secara optimal.

PAUD pada Abad ke – 19, menurut :
- FW Froebbel (1782-1852) : mendirikan “Kindergarten” yang berarti Taman Anak di jerman.
- Robert Owen ( 1771-1850) : Mendirikan sekolah anak ( Infant school) di Amerika serikat menekankan agar anak belajar dari benda benda kongrit.

PAUD pada Abad ke –20 :
- Terjadinya Revolusi Industri telah mengubah cara berfikir masyarakat yang dogmatis menjadi Empiris dan Rasional.
- John Dewey (1859-1952) Amerika : Pendidikan merupakan proses kehidupan itu sendiri dan bukan semata mata mempersiapkan anak untuk hidup dimasa yang akan mendatang.

2. Makna PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting untuk diterapkan agar dapat mencetak generasi generasi bangsa yang berkualitas. Selain itu karena pada usia dini begitu banyak sekali permasalahan yang bersifat ekstern ataupun intern yang terjadi pada masa PAUD.
Pendidikan anak Usia Dini adalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk memberi pengaruh positif pada anak usia dini. Memberi pengaruh positif bisa juga dilakukan dengan dua cara pendekatan , yaitu :
- Dengan Rangsangan ( Paham Behaviorisme ) dimana tingkah laku anak anak di bentuk oleh Guru atau pendidik.
- Dengan pemberian kesempatan ( Paham Konstruksisme) dimana Tingkah laku anak dibentuk oleh diri mereka sendiri.

Jadi,Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keerampilan pada anak. Selain itu PAUD juga merupakan salah satu bentuk penyelenggarakaan pendidikan yang menitik beratkan, pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosial emosi , bahasa dan komunikasi.
Landasan dasar untuk Pendidikan anak usia Dini adalah :
- Landasan Yuridis :
• Pembukaan UUD 1945
• Hak Asasi Manusia ( Pasal 28 B ayat 2 )
• UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Bagian ketjuh PAUD ( pasal 28)
• UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 (Pasal 4 dan Pasal 9)
• World Fit For Children.
• Deklarasi dakar Tahun 2002 tentang pendidikan Untuk semua
- Landasan Empiris :
• Berdasarkan sensus penduduk tahun 2003 , diperkirakan jumlah anak usia dini di indonesia 26.17 juta jiwa, dan baru sekitar 7.16 juta yang mendapatkan PAUD.
• Rendahnya kualitas SDM
• Terpuruknya kualitas Pendidikan disegala bidang.
- Landasa Keilmuan :
• Sudut pandang Neurologi yaitu Kecerdasan otak bayi yang harus dioptimalkan
• Sudut Pandang Psikologis yaitu 1. Golden Age (0-5 thn), 2. Masa Adaptasi ( 0-1 tahun), 3. Masa Peka ( 2-6 Tahun), 4. Masa Eksplorasi 5. Masa Trotzalter I / Masa Membnagkang (3-6 Tahun)
• Sudut Pandang Padagosis yaitu Aliran Nativisme, Empirisme, Konvergensi.
- Agama :
• Berahlak Mulia
• Investasi Akhirat
- Ekonomi :
• Investasi masa depan
• Mampu bersaing dimasa yang akan mendatang.

Untuk mengembangkan Pengertian dari Pendidikan Anak Usia Dini berdasarkan struktur kelembagaan, terdapat 5 kategori, yaitu :
- Pendidikan Prasekolah : Pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar yang diselenggarakan dijalur pendidikan sekolah dan luar sekolah.
- Taman Kanak kanak : salah satu bentuk pendidikan Prasekolah yang terdapat dijalur pendidikan sekolah yang menyediakan Pendidikan Anak Usia Dini, bagi anak usia 4 tahun hingga memasuki Sekolah Dasar.
- Kelompok Bermain : salah satu bentuk pendidikan Prasekolah yang terdapat diluar jalur pendidikan sekolah yang menyediakan Pendidikan Anak Usia Dini, bagi anak usia 3 tahun hingga memasuki Sekolah Dasar.
- Tempat Penitipan Anak : salah satu bentuk pendidikan Prasekolah yang terdapat diluar jalur pendidikan sekolah yang menyediakan Pendidikan Anak Usia Dini, bagi anak usia 3 tahun hingga memasuki Sekolah Dasar
- Sekolah Dasar Kelas Awal : Merupakan bagian Integral dari pelaksanaan Pendidikan dasar pada kelas awal yang bertujuan mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat.





TUJUAN, FUNGSI DAN
PRINSIP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


1. Tujuan PAUD
Setelah kita mengetahui pengertian dari Pendidikan Anak Usia Dini, kita dapat menarik sebuah kesimpulan betapa PAUD itu sangat penting karena Anak selain sebagai penentu kehidupan pada Masa yang akan datang , pada usia tersebut juga adalah saat yang tepat untuk pemberian stimulasi untuk perkembangan mereka.
Sehingga kita dapat memberikan Pendidikan anak usia Dini agar dapat mengintervensi anak lebih dini untuk meberikan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan potensi potensi yang tersembunyi (Hidden Potency) yaitu dimensi perkembangan anak ( Bahasa, Intelektual , Emosi, Sosial, motorik, Konsep Diri,Minat dan bakat ). Juga dapat melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi yang dimiliki anak.
Selain itu kita juga bisa mengklasifikasi anak usia dini dalam beberapa kelompok, yaitu :
- Kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun
- Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan., yaitu
• Masa Infant/bayi ( lahir – 12 bulan)
• Masa Todller/Batita ( 1 – 3 Tahun)
• Masa Preschool /Prasekolah ( 3 – 6 tahun)
• Masa Awal SD ( 6 – 8 Tahun )


2. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
Telah dibahas pada pembahasan diatas tentang tujuan diberikannya Pendidikan Anak Usia dini yang sangat penting sekali bagi perkembangan dan pertumbuhan anak.
Selain itu Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting karena berfungsi sebagai :
- Fungsi Adaptasi : dapat berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan serta menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri.
- Fungsi Sosial : dapat melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, baik intern maupun ekstern.
- Fungsi Pengembangan : dapat mengembangkan potensi-potensi yang tersembunyi dalam diri anak.
- Fungsi Bermain : Dapat memberikan kesempatan anak untuk bermain sambil belajar.

3. Prinsip Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini.

Ada beberapa Prinsip prinsip Pada Anak Usia Dini, yaitu :
A. Prinsip Pengamatan
Yaitu melalui penglihatan anak dapat dirangsang dengan cara engamati sesuatu sehingga mereka akan dapat mengoptimalkan perkembangan otak mereka hingga bisa untuk memahami dan membedakan sesuatu.
B. Prinsip Peragaan
Pada dasarnya prinsip ini hampir sama dengan prinsip pengamatan , persamaannya terletak pada pengembangan yang terletak di Indera Mata. Peragaan sendiri mengandung arti bahwa segala aspek pengetahuan atau informasi yang dipandang sebagai abstrak seperti pesan moral yang harus dicontohkan oleh pendidik.
C. Prinsip Bermain sambil Belajar
Bermain sambil belajar adalah sebuah aktivitas yang diransang secara terprogram yang mengandung esensi dan tujuan yang jelas. Ini agar anak tidak merasa bosan atau tertekan saat belajar.
D. Prinsip Otoaktivitas
Jadi segala aktivitas yang dilakukan anak adalah murni muncul atas dorongan dari dalam diri mereka sendiri.
E. Prinsip Kebebasan
Prinsip ini berfungsi untuk memberikan anak memilih dan beraktivitas seseuai dengan yang mereka inginkan tetapi tetap sesuai pada peraturan jalur pendidikan.

F. Prinsip Keterkaitan dan Keterpadanan.
Setiap anak memiliki berbagai jenis dan ragam potensi yang saling berkaitan dalam membentuk kepribadian anak itu sendiri. Keterkaitan antara potensi yang satu dengan potensi yang lainnya adalah anugrah yang diberikan Tuhan mengingat Sqal dan Qalbu adalah yang membedakan manusia dengan binatang dan makhluk lainnya.