Selasa, 19 April 2011

Pandangan Psikologi tentang gaya belajar anak

Belajar adalah suatu proses. Artinya kegiatan belajar terjadi secara dinamis dan terus-menerus yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan (knowledge) atau perilaku (behavior).
Dua anak yang tumbuh dalam kondisi dan lingkungan yang sama dan meskipun mendapat perlakuan yang sama, belum tentu akan memiliki pemahanan, pemikiran dan pandangan yang sama terhadap dunia sekitarnya. Masing-masing memiliki cara pandang sendiri terhadap setiap peristiwa yang dilihat dan dialaminya. Cara pandang inilah yang kita kenal sebagai “Gaya Belajar”.
Belajar sebenarnya mengandung arti bagaimana kita menerima informasi dari dunia sekitar kita dan bagaimana kita memproses dan menggunakan informasi tersebut. Mengingat setiap individu memiliki keunikan tersendiri dan tidak pernah ada dua orang yang memiliki pengalaman hidup yang sama persis, hampir dipastikan bahwa “Gaya Belajar” masing-masing orang berbeda satu dengan yang lain. Namun, di tengah segala keragaman “Gaya Belajar” tersebut, banyak ahli mencoba menggunakan klasifikasi atau pengelompokan “Gaya Belajar” untuk memudahkan kita semua, khususnya para guru, dalam menjalankan tugas pendidikan dengan lebih strategis.

Selain itu juga gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).
Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pebelajar. Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan (Nunan, 1991: 168).
Keanekaragaman Gaya belajar mahasiswa perlu diketahui pada awal permulaannya diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani. Hal ini akan memudahkan bagi pembelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Pembelajar akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan pembelajar dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat. Meningkatkan kemampuan intelegensinya (Kolb 1984 ), yang sangat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan mahasiswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar.
Belajar di bidang formal tidak selalu menyenangkan. Apalagi jika belajar dengan terpaksa . Menghadapi keterpaksaan untuk belajar jelas bukan hal yang menyenangkan. Tidak akan mudah bagi seseorang untuk berkonsentrasi belajar jika ia merasa terpaksa. Oleh karena itu, diperlukan jalan bagaimana agar belajar menjadi hal yang menyenangkan, atau …. walaupun tetap terpaksa, tapi dapat menjadi lebih mudah dan efektif.
Para ahli di bidang pendidikan mencoba mengembangkan teori mengenai gaya belajar sebagai cara untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang mudah dan menyenangkan. Sebagaimana kita ketahui, belajar membutuhkan konsentrasi. Situasi dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar. Jika kita mengenali gaya belajar, maka kita dapat mengelola pembelajaran pada kondisi apa, dimana, kapan dan bagaimana cara pembelajaran yang baik dan efektif.

Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan . Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah.
Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat kita menjadi lebih pandai. Tapi dengan mengenali gaya belajar, kita akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Anda tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat optimal.

B. Macam-macam Gaya Belajar berdasarkan pandangan Psikologis
 Gaya Belajar Menurut David Kolb
Tanpa disadari dan direncanakan sebelumnya, setiap anak memiliki cara belajarnya sendiri. Mencoba mengenali “Gaya Belajar” anak, dan tentunya setelah guru mengenali “Gaya Belajar”nya sendiri, akan membuat proses belajar-mengajar jauh lebih efektif.Dari sekian banyak teori atau temuan mengenai “Gaya Belajar”, dalam kesempatan ini akan membahas sebuah model yang dikemukakan oleh David Kolb (Styles of Learning Inventory, 1981).
David Kolb mengemukakan adanya empat kutub (a-d) kecenderungan seseorang dalam proses belajar, kutub-kutub tersebut antara lain:
a). Kutub Perasaan/FEELING (Concrete Experience)
Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Dalam proses belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang dihadapinya.
b) Kutub Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization)
Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Dalam proses belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta mengembangkan teori dan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
c) Kutub Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation)
Anak belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Dalam proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk opini/pendapat.
d) Kutub Tindakan/DOING (Active Experimentation)
Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Dalam proses belajar, anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya.
Menurut Kolb, tidak ada individu yang gaya belajarnya secara mutlak didominasi oleh salah satu saja dari kutub tadi. Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari dua kutub dan membentuk satu kecenderungan atau orientasi belajar.
Empat kutub di atas membentuk empat kombinasi gaya belajar.
Pada model di atas, empat kombinasi gaya belajar diwakili oleh angka 1 hingga 4, dengan penjelasan seperti di bawah ini:
1. Gaya Divergir
Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching). Anak dengan tipe Diverger unggul dalam melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah “mengamati” dan bukan “bertindak”. Anak seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide (brainstorming), biasanya juga menyukai isu budaya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi. (Vigotsky)
2. Gaya Assimillator
Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching). Anak dengan tipe Assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe ini kurang perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak, mereka juga cenderung lebih teoritis. (Piaget)
3. Gaya Converger
Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak dengan tipe Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antar pribadi. (Ausubel)
4. Gaya Accomodator.
Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak dengan tipe Accommodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi / dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan / informasi) dibanding analisa teknis. (Guilford)
Menyimak berbagai gaya belajar di atas, sebagai guru perlu kiranya kita tetap sensitif terhadap strategi belajar kita sendiri, yang mungkin sama atau sama sekali berbeda dengan orientasi belajar peserta didik di kelas. Perbedaan itu dapat menimbulkan kesulitan dalam kegiatan belajar-mengajar (dalam interaksi, komunikasi, kerjasama, dan penilaian).
Jika mengajar kita pahami sebagai kesempatan membantu peserta didik untuk belajar, maka kita harus berusaha membantu mereka memahami “Style of Learning”nya, dengan tujuan meningkatkan segi-segi yang kuat dan memperbaiki sisi-sisi yang lemah dari padanya.
 Gaya menurut Bobbi DePorter bersama Mike Hernacki didalam bukunya ”Quantum Learning”
Gaya belajar ada 3 dengan Karakteristik sebagai berikut :
1. Visual (Belajar dengan cara melihat)
Gaya, Belajar melalui pengamatan: mengamati peragaan.
Membaca, Menyukai deskripsi, sehingga seringkali ditengah-tengah membaca berhenti untuk membayangkan apa yang dibacanya.
Mengeja, Mengenali huruf melalui rangkaian kata yang tertulis ,
Menulis, Hasil tulisan cenderung baik, terbaca jekas dan rapi.
Ingatan, Ingat muka lupa nama, selalu menulis apa saja.
Imajinasi, Memiliki imajinasi kuat dengan melihat detil dari gambar yang ada. Distraktibilitas, Lebih mudah terpecah perhatiannya jika ada gambar.
Pemecahan, Menulis semua hal yang dipikirkan dalam suatu daftar.
Respons terhadap periode kosong aktivitas, Jalan-jalan melihat sesuatu yang dapat dilihat. Respon untuk situasi baru, Melihat sekeliling dengan mengamati struktur.
Emosi, Mudah menangis dan marah, tampil ekspresif,
Komunikasi, Tenang tak banyak bicara panjang, tak sabaran mendengar, lebih banyak mengamati. Penampilan, Rapi, paduan warna senada, dan suka urutan.
Respon terhadap seni, Apresiasi terhadap seni apa saja yang dilihatnya secara mendalam dengan detil dan komponen, daripada karya secara keseluruhan.

2. Auditori (Belajar dengan cara Mendengar)
Gaya, belajar melalui instruksi dari orang lain, Membaca, Menikmati percakapan dan tidak memperdulikan ilustrasi yang ada, Mengeja, Menggunakan pendekatan melalui bunyi kata, Menulis, Hasil tulisan cenderung tipis, seadanya.
Ingatan, ingat nama lupa muka,ingatan melaui pengulangan.
Imajinasi, Tak mengutamakan detil, lebih berpikir mengandalkan pendengaran.
Distraktibilitas(Mudah terpecah perhatiannya dengan suara.)
Pemecahan yaitu Pemecahan masalah melalui lisan.
Respons terhadap periode kosong aktivitas dengan ngobrol atau bicara sendiri.
Respon untuk situasi baru, Bicara tentang pro dan kontra.
Emosi, Berteriak kalau bahagia, mudah meledak tapi cepat reda, emosi tergambar jelas melalui perubahan besarnya nada suara, dan tinggi rendahnya nada.
Komunikasi, Senang mendengar dan cenderung repetitif dalam menjelaskan.
Penampilan, Tak memperhatikan harmonisasi paduan warna dalam penampilan.
Respon terhadap seni, Lebih memilih musik. Kurang tertarik seni visual, namun siap berdiskusi sebagai karya secara keseluruhan,tidak berbicara secara detil dan komponen yang dilihatnya.
3. Kinestetik (Belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Gaya, Belajar melalui melakukan sesuatu secara langsung.
Membaca, Lebih memiliki bacaan yang sejak awal sudah menunjukkan adanya aksi. Mengeja, Sulit mengeja sehingga cenderung menulis kata untuk memastikannya. Menulis, Hasil tulisan “nembus” dan ada tekanan kuat pada alat tulis sehingga menjadi sangat jelas terbaca.
Ingatan, Lebih ingat apa yang sudah dilakukan, daripada apa yang baru saja dilihat atau dikatakan. Imajinasi, Imajinasi tak terlalu penting, lebih mengutamakan tindakan/kegiatan. Distraktibilitas, Perhatian terpecah melalui pendengaran
Pemecahan, Pemecahan masalah melalui kegiatan fisik dan aktivitas.
Respons terhadap periode kosong aktivitas yaitu dengan mencari kegiatan fisik bergerak. Respon untuk situasi baru, Mencoba segala sesuatu dengan meraba, merasakan dan memanipulasi. Emosi, Melompat-lompat kalau gembira, memeluk, menepuk, dan gerakan tubuh keseluruhan sebagai luapan emosi.
Komunikasi, Menggunakan gerakan kalau bicara, kurang mampu mendengar dengan baik.
Penampilan, Rapi, namun cepat berantakan karena aktivitas yang dilakukan
Respon terhadap seni, Respons terhadap musik melalui gerakan. Lebih memiliki patung, melukis yang melibatkan aktivitas gerakan.
 Gaya belajar menurut Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning. Gaya belajar menurut Dave Meier dikenal dengan sebutan pendekatan SAVI
1. Belajar ”Somatis”
”Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam psikosomatis). Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.
2. Belajar ”Auditori”
Belajar Auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran. Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari seseorang mampu membuat beberapa area penting didalam otak menjadi aktif.
3. Belajar ”Visual”
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lain. Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat ”melihat” apa yang sedang dibicarakan seseorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer dan lain-lain. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata.
4. Belajar ”Intelektual”
Kata ”Intelektual” menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenung suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. ”Intelektual” adalah bagian dari merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna.
Intelektual (menurut Dave meier) adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk ”berfikir”, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosiaonal dan intuitif tubuh untuk membuat makana baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman diharapkan menjadi kearifan.

 Gaya Belajar menurut Depdiknas (Tujuh Gaya Belajar Efektif)
Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Berikut adalah tujuh gaya belajar yang mungkin bisa kita ambil :
1. Bermain dengan kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.
2. Bermain dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiaop kali muncuil jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil yang paling akhirnya atau kesimpulan.
3. Bermain dengan gambar.
Anda sementar orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu. Jika Anda termasuk kelompok ini, tak salah bila Anda mencoba mengikutinya.
4. Bermain dengan musik.
Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara menginat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergelitik bagaimana lagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.
5. Bermain dengan bergerak.
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.
6. Bermain dengan bersosialisasi.
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.
7. Bermain dengan Kesendirian.
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.

Jumat, 15 April 2011

Ungkapan cinta dari lubuk hati seorang ibu ( yang gagal)

Saya tak pernah merasa sudah menjadi ibu yang baik untuk anak saya, semakin saya berusaha menjadi seorang ibu yang baik, maka saat itulah saya sungguh menyadari betapa jauh diri saya dari sosok ibu yang baik...

Saya terkadang sulit mengimplementasikan ilmu yang saya pelajari pada kehidupan nyata, ya khususnya untuk anak saya tercinta yang bernama Jihan yang saat ini 23 maret 2011 usianya sudah 4 tahun.

Sungguh dari lubuk hati saya yang paling dalam saya ingin sekali bisa melihat perkembangannya..... dari yang tidak bisa menjadi bisa.... tapi keadaan saya yang harus mengajar dan kuliah dari pagi hingga sore tak memungkinkah itu semua.
tapi saya pernah membaca suatu artikel bahwa kualitas pertemuan adalah yang terpenting..tapi yang menyedihkannya saya tak pernah menggunakan waktu itu dengan sebaik baiknya.

Saya selalu menebus kesalahan saya dengan membelikan segala keperluan dia yang dibutuhkan ataupun yang tidak dibutuhkan... tapi semakin saya membelikan jihan barang, maka saya semakin menangisi ini, karena setiap barang yang saya belikan adalah tebusan kesalahan saya dan semakin banyak barang yang saya belikan itu menandakan begitu banyak kesalahan yang telah saya buat...
Merampas Hak nya untuk kasih sayang yang harus ia dapatkan..

terkadang karena terlalu lelah dan tugas saya banyak, saya bahkan tak sempat untuk menemaninya tidur ( karena harus didepan komputer sampai malam ). saya sedih... dan menangis dalam hati... yang membuat saya bisa menjalani ini hanya 1 " Jihan... sungguh yang mama lakukan ini semua hanya untuk kamu, dan demi kebaikan kamu dimasa depan ...."

Apabila aku pulang cepat dari mengajar dan tidak langsung kuliah maka dia akan dengan amat senang memelukku dan selalu berkata " Mama... mama jangan pergi lagi ya? aku kan kangen sama mama..."
padahal 2 jam lgi aku harus pergi kuliah...
oh ini dilema...
atau ketika 1 minggu penuh aku selalu pulang jam 7 malam, maka ia berkata
" Mama... kenapa mama kerja terus sih.... aku kan jadi gak ketemu sama mama..."

Tiba tiba aku merindukan masa masa ketika aku hanya jadi ibu rumah tangga saja, tak bekerja dan tak perlu sekolah lagi... dan pastinya punya waktu yang banyak untuk melihatnya berkembang menjadi sosok anak yang Sholeh

sayang waktu tak pernah bisa kembali... saya menangisi pilihan saya menjadi ibu yang bekerja.... tapi saya tak ingin menyesalinya...


pernah ada suatu kejadian yang membuat saya semakin yakin kalau saya bukan ibu yang baik.suatu ketika saya baru saja pulang kerumah, tiba tiba jihan mendekati saya dan berkata " mama.... mama boleh kok marahin aku..."
aku sedikit kaget ketika ia berkata begitu, tapi ketika aku masuk kamar dan melihat lemari bajunya berantakan aku baru sadar ia berfikir kalau aku akan memarahi dia karena dia telah melakukan suatu kesalahan, mengacak ngacak lemari baju hingga baju berceceran dimana mana....
sungguh aku sedih...apakah aku begitu menakutkan dimatanya....

Jihan... mama sayang kamu... mama tak pernah ingin kamu jadi anak yang baik karena Jihan takut sama mama...

Saya memang belum bisa jadi ibu yang baik... tapi percayalah Jihan mama akan berusaha jadi mama yang baik....

Untuk Jihan:

ibu tuliskan isi hati dalam sebuah puisi
hanya sederhana, sama sekali tak indah.

tapi tahukah, Nak?
ini tentang cinta...
cinta abadi yang kan selalu mengalir
memenuhi jiwa kalian yang kadang kan meringkih

ini cinta ibu, Nak...
dia selalu dapat menguatkan hatimu

... meski kelak ibu tak dapat menemani.


Bekasi, 23 maret 2011
Aku yang telah gagal menjadi ibu yang baik untukmu





Selasa, 05 April 2011

Ketika Seseorang pergi meninggalkan.................................

Datang.......
kemudian pergi......
lalu kembali lagi...
dan pergi lagi..

Saya pikir itu adalah hal yang lumrah dalam kehidupan ini, setiap orang boleh datang sesuka hati mereka ketempat yang mereka sukai ( luas ) dan seseorang juga berhak pergi meninggalkan sesuatu yang tidak mereka sukai, yang mereka benci, bahkan sekalipun harus meninggalkan Seseorang yang mereka cintai....

Ketika seseorang pergi meninggalkan sesuatu dalam bentuk apapun, bahkan seseorang sekalipun... sesungguhnya seseorang itu tidak pernah benar benar pergi meninggalkan sesuatu ataupun seseorang yang ditinggalkannya....

Ada.... suatu tapak tilas, jejak jejak langkah masa lalu yang ditinggalkan seseorang yang pergi meninggalkan....apakah itu nanti akan menjadi sebuah kenangan baik ataupun menjadi sebuah kenangan buruk.....
semua tergantung dari seseorang yang pergi meninggalkannya...

Saya pikir tak ada seorangpun yang mau pergi meninggalkan sesuatu ataupun seseorang dengan meninggalkan kesan yang tidak baik....
bukan... ini bukan dimaksudkan supaya seseorang yang pergi meninggalkan sesuatu ataupun seseorang ini agar dikenang... atau tujuan riya
tetapi hal yang seharusnya/ yang wajib dilakukan ( meninggalkan kesan baik) memang harus dilakukan, ini menjaga untuk menghindari fitnah.

Tetapi.... sebenarnya apa masalahnya ketika seseorang pergi meninggalkan sesuatu ataupun seseorang???

Tidak pernah menjadi masalah ketika seseorang pergi meninggalkan sesuatu ataupun seseorang!!! Bahkan dengan alasan yang sangat jujur meski terasa sangat mengecewakan bagi sesuatu ataupun seeorang yang ditinggalkannya itu....

Yang menjadi suatu masalah itu bukan KENAPA seseorang itu pergi meninggalkan sesuatu ataupun seseorang? Tapi BAGAIMANA CARA seseorang itu pergi meninggalkan...
Bukankah HARIMAU MATI MENINGGALKAN BELANG, DAN MANUSIA PERGI MENINGGALKAN SEBUAH NAMA.....


lalu terlepas dari alasan kenapa seseorang pergi meninggalan sesuatu ataupun seseorang?
bagaimana dengan tangung jawab yang ditinggalkannya...
tanggungjawab moral terhadap dirinya sendiri bukan kepada manusia... tapi nanti kepada Allah SWT....

Bukankah sangat disayangkan sekali seorang yang baik dengan segala jasa jasanya dan kerendahan hatinya yang bermoral berakhlak baik...harus pergi meninggalkan kesan yang tidak baik hanya karena salah caranya..

ini seperti pepatah mengatakan KARENA NILA SETITIK RUSAK SUSU SEBELANGA....
Menyedihkan......


tak alasan apapun yang bisa bisa dijadikan landasan sebuah kebenaran atas suatu hal yang tidak pantas dilakukan....
terlebih untuk orang orang yang mengetahui hakikat kebenaran itu sendiri.

Saya teringat ucapan dosen saya yang mengatakan
" setiap manusia memiliki hati nurani yang berfungsi untuk memberitahukan hal yang benar... dan ketika seseorang berbuat salah maka sesungguhnya dia tahu telah melakukan kesalahan... tetapi rasa egoisitasya yang tinggi membutakan itu semua... dia bisa saja tersenyum dalam kesalahannya ... tetapi sesungguhnya hatinya menangisi kesalahannya....."

saya tidak tahu apakah ini bermanfaat.....


untuk seseorang yang pergi meninggalkan dan untuk orang orang yang ditinggalkannya
Dalam sebuah kesunyian


bekasi 6 april 2011

Karakteristik kognitif anak usia dini 3-5 tahun

KARAKTERISTIK KOGNITIF ANAK USIA 3-6 TAHUN



A. Berpikir secara simbolik
Anak Usia 3-5 Tahun, adalah anak pada masa Pra operasional Kongkrit, artinya bahwa mereka memilik kemampuan menghadirkan secra mental atau simbolis objek kongrit atau nyata, tindakan, dan peristiwa. Mereka hanya percaya pada kinerja konkret objek bukan gagasan.

B. Memahami kelestarian Bilangan
Kelestarian adalah kemampuan untuk memahami bahwa zat zat dan benda benda itu tetap sama terlepas dari perubahan bentuk atau perubahan susunan dalam ruang.

C. Berpikir Semi Logis.
Pemikiran dan penalaran anak anak pada usia ini adalah semi logis karena penalaran logika mereka terbatas.Anak anak usia 3 – 5 tahun tidak mampu mengingat lebih dari pada satu hubungan dalam suatu waktu.

Karakteristik kognitif anak usia 3-6 tahun
1. Anak dapat menyebut bilangan tanpa salah 1-10.
2. Anak dapat menghubungkan lambang bilangan dengan benda (1-10)
3. Anak dapat menentukan penyebab bau bauan.
4. Anak dapat menentukan penyebab rasa.
5. Anak dapat memecahkan masalah sederhana berdasarkan hubungan sebab akibat.
6. Anak dapat merumuskan hipotesa ( jika...... maka...)
7. Anak dapat melakukan operasi hitung.
8. Anak dapat mengestimasi jumlah berkurang atau bertambah.
9. Anak dapat mengestimasi hasil pemanasan ( gula mencair, air mendidih )
10. Anak dapat mengestimasi hasil pendinginan ( air membeku)
11. Anak dapat menunjukan posisi benda ( di atas, di bawah, di depan, di belakang)
12. Anak dapat mengelompokan benda ( berdasarkan, bentuk dan warna)
13. Anak dapat menyebutkan 4 –7 bentuk benda ( Bujur sangkar, persegi, segitiga, lingkaran )
14. Anak dapat membedakan besar-kecil, panjang pendek, berat-ringan.
15. Anak dapat mengelompokan lebih dari 5 warna.
16. Anak dapat membedakan Luas dan sempit.
17. Anak dapat menjelaskan tentang sebuah kejadian.
18. Anak dapat mengetahui bagian bagian huruf.
19. Anak dapat menyelesaikan puzle (4 – 7 keping)
20. Anak bisa menyebutkan kegunaan benda , misalnya apa gunanya piring?
21. Anak bisa membedakan konsep penuh dan kosong.
22. Anak bisa menyebutkan nama hari, dan nama bulan dalam 1 tahun.
23. Anak dapat menyebutkan macam macam alat transportasi.
24. Anak dapat mengenal berbagai macam Profesi.
25. Anak dapat membedakan Pagi, siang, sore, dan malam hari.
26. Anak dapat mampu memadankan bentuk benda dengan objek nyata, misal bentuk persegi sama dengan bentuk televisi.
27. Anak dapat mampu mengetahui dan menyebutkan usianya.
28. Sengaja menumpuk kotak atau gelang sesuai dengan ukurannya.
29. Anak dapat membedakan berat benda dengan timbangan.
30. Anak dapat mengisi dan menyebutkan isi wadah.
31. Anak dapat meniru pola dengan menggunakan berbagai media.
32. Anak dapat mengungkapkan asal mula sesuatu.
33. Anak dapat menyusun balok membentuk sebuah bangunan.
34. Anak dapat meronce secara terpola.
35. Anak dapat mencari jejak jalan pada gambar.

Membaca dan Psikolinguistik

Bab I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Membaca merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan untuk mendukung kemampuan berbahasa. Syarat seorang bisa membaca adalah pemahaman atas tulisan yang digambarkan melalui beberapa symbol. Symbol tersebut harus dikenali terlebih dahulu bentuk terkait dengan penulisan dan kemudian bagaimana pelafalannya. Sehingga hal yang perlu diketahui sebelum membaca adalah tulisan, grafem dan fonem, serta elemen.
Meskipun kemampuan membaca bukalnlah suatu hal kodrati. Dalam arti seseorang tidak harus bisa membaca untuk mempertahankan hidupnya.Tetapi bagaimanapun itu, membaca merupakan suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa dan dipelajari oleh anak.

B.TUJUAN
Membaca adalah suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa dan dipelajari oleh anak. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum mengajarkan membaca pada anak. Penulis akan menjelaskan tentang beberapa tahapan dalam membaca yaitu :
1. tahap tahap perkembangan membaca
2. Menjelaskan kemampuan dan tanda tanda kesiapan membaca
3. menjelaskan faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
Namun, sebelumnya penulis juga akan menjelaskan tentang sejarah tulisan yang kemudian membuat seseorang harus menterjemahkan simbol simbol tersebut dengan cara membacanya.
Selain itu makalah ini di buat juga untuk memperoleh nilai kelompok dari Tugas mata kuliah PSIKOLINGUISTIK.

C. METODE PENULISAN
Metode yang penulis pakai dalam membuat makalah ini adalah metode Literature yang mengunakan sumber dari majalah artikel dan lain lain.

D. SUMBER MAKALAH
Penulis mendapatkan sumber dari berbagai macam buku yang berhubungan dengan keaksaraan juga artikel artikel yang didapat dari internet .

BAB II
SEJARAH TULISAN


A. SEJARAH TULISAN
1. Cuneiform
Huruf alfabetis yang sekarang kita kenal telah melalui beberapa perkembangan. Tulisan awalnya dapat ditelusuri ke tahun 3100 sebelum masehi pada bangsa sumeria yang hidup di Mesopotamia purba diantara sungai tigris dan Euphrates ( soenjono ;wolf dkk). Mereka menggunakan cuneiform yaitu gambar yang melambangkan benda atau konsep dan digoreskan pada tanah liat. Bentuk cuneiform sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi makin abstrak, menjauh dari perwujudan benda tersebut Lihat gambar.

ini adalah Cuineform.
Sementara itu di mesir system tulisan yang dikembangkan adalah gambar yang dikenal sebagai hieroglyph, dan di Cina dikembangkan ideologram yaitu gambar gambar yang menyimbulkan objek, kemudian ideologram ini berkembang kembali menajdi logo gram yaitu wujud simbol yang mewakili masing masing kata.
2. Syllabary
Perkembangan selanjutnya adalah syllabary, yang mewakili sebuah suku kata. Contoh yang bisa kita lihat adalah tulisan bahasa jepang dan bahasa Jawa.

3. Alphabet
Perkembangan terakhir adalah huruf alphabet. Asal-usul sumber huruf alafabet yang kita kenal sekarang masih banyak menjadi perdebatan, yaitu masuk ke Italia dari Akadia atau Etrusca. Tulisan dalam huruf alphabet berubah-rubah arahnya, dimulai dari kanan ke kiri hingga menjadi dari kiri ke kanan pada abad ke 7. Penyebaran alphabet Latin ini seiring dengan kekuasaaan kerajaaan Romawi. Alfabet Latin ini pun dikenal di Indonesia karena dibawa oleh Belanda.

B. GRAFEM DAN FONEM
Grafem adalah satuan unit terkecil sebagai pembeda dalam sebuah sistem aksara (huruf). Satu grafem dapat dipetakan tepat pada satu fonem, meskipun cukup banyak sistem ejaan yang memetakan beberapa grafem untuk satu fonem (misalnya grafem dan untuk fonem /ŋ/) atau sebaliknya, satu grafem untuk beberapa fonem (misalnya grafem untuk fonem /e/ dan /ə/). Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti atau makna (Gleason,1961: 9). Bisa juga diartikan sebagai lafalan/pengucapan.
Suatu system tulisan yang ideal adalah jika satu fonem diwakili oleh satu grafem. Pada bahasa Indonesia EYD secara keseluruhan sudah baik walaupun masih ada dua grafem yang mewakili satu fonem, yaitu untuk fonem (/ŋ/). Dalam kaitannya dengan membaca, korelasi antara grafem dan fonem memegang peranan penting karena makin besar korelasinya maka makin bisa dipastikan dapat memudahkan orang untuk membaca.

C. ELEMEN PADA HURUF
Huruf alphabet latin yang kita kenal sebenarnya mempunyai elemen unik pada setiap hurufnya sehingga bisa dibedakan antara satu sama lain. Misalnya pada huruf p, q, b, dan d sama-sama terdapat elemen garis dan setengah lingkaran. Yang membedakan hanyalah letak setengah lingkaran pada garis. Namun terkadang bentuk huruf tidak selalu sama, yang paling jelas adalah perbedaan bentuk huruf kecil dan huruf capital contoh A dan a, E dan e, G dan g. Selain itu juga perbedaan gaya tulisan, seperti :
A A A A
B B B B
Namun itu hanyalah gaya yang tidak akan mengubah bunyi ataupun arti dari huruf tersebut.















BAB III
MEMBACA

A. DEFINISI MEMBACA
1. Menurut Andersron dkk :
“ suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan.”
2. Menurut Hari ( 1970: 3)
“ Membaca merupakan interprestasi yang bermakna dari simbol verbal yang tertulis /tercetak”
Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali atau penafsiaran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf , kata, ungkapan, frase, kalimat, dan wacana dan menghubungkannya denganbunyi dan maknanya.
Jadi Kesimpulannya Membaca adalah kemampuan bahasa tulis yang bersifat reseptif , yaitu kemampuan yang meliputi kegiatan kompleks dan melibatkan keterampilan. Jadi kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan dari maksud bacaan.

B.TAHAPAN DALAM MEMBACA
Ada 4 tahapan dalam berbahasa yang hingga sampai saat ini masih diangap benar, yaitu :
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. membaca
4. Menulis
Dua tahap pertama adalah bahasa lisan, sedangkan dua tahap terakhir adalah bahasa tulisan. Tahap tahap yang dimunculkan dalam psikolinguistik sebelum lahir ini ternyata merupakan landasan psikolinguistik yang kuat, karena ternyata dari apa yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya, bahwa kompherensi lebih dahulu dari pada produksi. Maksudnya adalah bahwa dalam tahapan bahasa anak terlebih dahulu menangkap atau memahami apa yang orang lain katakan sebelum ia bisa berkata seperti apa yang kita katakan.
Anak mulai berbahasa dengan mendengarkan terlebih dahulu baru kemudian membaca dan menulis. Tetapi dua tahapan terkahir ini bukanlah merupakan persyaratan hidup, karena tanpa membaca dan menulis manusia masih bisa mempertahan kan hidupnya. Namun demikian dalam pandangan masyarkat modern, membaca (dan menulis) merupakan bagian yang tidak dapat dikesampingkan, karena tanpa dua kemampuan ini, kita hanya akan terbatas pada apa yang ada disekitar kita saja. Oleh sebab itu manusia modern umumnya bisa membaca dan menulis.
Dalam membaca ada dua tahapan, yaitu :
1. Tahapan Pemula
2. Tahapan Lanjut

1. TAHAPAN PEMULA
Dalam tahap ini yang perlu dicapai adalah dari tidak bisa membaca jadi bisa membaca. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah keteraturan bentuk dan pola gabungan huruf. Untuk keteraturan bentuk dan pola gabungan huruf diperlukan kemampuan anak dari segi psikologi dan neurologis.

Sebelum mengajarkan membaca pada anak, dasar dasar kemampuan membaca atau kesiapan membaca perlu dikuasai oleh anak.
1.1 Psikologi
a. Kemampuan Membedakan auditoral
Dari segi psikologinya anak perlu mengembangkan kemampuan kognitifnya dalam membedakan bentuk sehingga diperlukan bekal atensi dan motivasi. Anak anak harus belajar memahami suara suara umum dilinngkungan mereka dan mampu membedakan suara suara tersebut. Mereka harus memahami kosep volume, rangkaian, tekanan , tempo, pengulangan dan kontras huruf dalam alfabet. Terutama suara suara yang dihasilkan konsonan awal dalam kata. ( Mis: suara huruf D dan suara T, huruf M dan N )
Beberapa contoh kegiatan untuk membedakan auditoral misalnya : guru bisa meminta anak anak untuk memberi nama sesuatu yang dimulai dengan suara yang sama dengan namanya.

b. Kemampuan diskriminasi Visual
Anak anak harus bisa belajar memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar gambar pada foto, lukisan dan pantomim. Mereka harus belajar mengidentifikasi bentuk , warna warna dasar, menggabungkan objek objek berdasarkan warna, bentuk atau ukuran.
Beberapa contoh kegiatan ini misalnya: guru bisa meminta menyalin bentuk bentuk geometris seperti lingkaran , bujur sangkar, segitig dan busur.

c. Kemampuan membuat hubungan suara dengan simbol
Pada akhirnya anak harus bisa mengkaitkan huruf besar dan huruf kecil dengan nama mereka dan dengan suara yang mereka representasikan. Ia harus tahu bahwa d disebut de dan menetapkan suara pada awal kata ”daging ”

d. Kemampuan perseptual Motoris
Mereka harus melatih kemampuan ini dengan cara menyusun puzzle sederhana, lukisan dengan tangan , membentuk tanah lihat dan keamampuan yang berhubungan dengan motorik halus. Hal ini perlu untuk menyalin huruf dan kata untuk menulis nama mereka yang memadukan suara.
Selain itu diperlukan kemampuan asosiatif yang mengaitkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam hal ini adalah membaca dengan menyimbolkan apa yang dia suarakan ke dalam bentuk tulisan (simbolisasi).

1.2. Neurologi
Dari segi neurologinya, anak akan dapat membaca jika neuro-loginya telah memungkinkan. Maksudnya adalah membaca dapat dilakukan jika memang anak dapat berbicara dan memenuhi prasyarat-prasyaratnya, yaitu penguasaan system fonologi bahasa mereka, kemampuan sintaksis, dan kemampuan semantik.
Anak anak sebelum bisa menulis dan membaca memiliki kemapuan subtansial yaitu berbicara dan mendengarkan, meskipun demikian kemampuan ini harus ditingkatkan dan diperbaiki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa membaca hanya dapat dilakukan oleh anak yang sudah memiliki prasyarat tertentu dalam berbicara.
a. Kemampuan penguasaan system fonologi bahasa mereka
Adalah kemampuan membedakan bunyi bunyian yang adalam dalam kata kata dalam bahasa mereka. Artinya anak Amerika tentunya akan sadar bahwa tulisan mboten dan nguping bukanlah kata dalam bahasa Inggris (fonologi). Maksudnya mereka akan sadar bahwa bunyi bunyi tertentu tidak ada dalam bahasa dia.

b. Kemampuan Sintaksis
adalah kemampuan dimana seorang anak mampu memahami tata bahasa didalam bahasanya, maksudnya seorang anak akan menyadari bagaimana pola sebuah kalimat itu harus ada pelaku, perbuatan, dan yang terkena perbuatan (sintaksis). Dalam bahasa Inggris maupun Indonesia urutannya adalah Subjek + Verb ( kata kerja / predikat) + Objek.

c. Kemampuan Semantik
Adalah kemampuan anak untuk membedakan kata secara terpisah ataupun gabungan. Contohnya : anak akan dapat membedakan makna kata sapu dan saputangan.



2. TAHAP LANJUTAN
Pada tahap ini membaca dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk menganalisa input yang berupa bahan tertulis dan menghsailkan output yang berupa pemahaman atas bahan tersebut.
Pada tahap lanjut, yang perlu dicapai adalah pemahaman makna melalui beberapa pemenuhan prasyarat. Yaitu :
a. kemampuan pemrosesan kata dan kalimat.
Jadi bagaimana makna kata terkait dengan makna kata yang lain (sapu lidi vs sapu lidi), apa yang menjadi referen pada anaphora (hendrik datang, kemudian dia pergi vs dia datang, kemudian hendrik pergi), pengudaraan kata-kata yang ambigu dari konteks, peran tanda baca (“Istriku, yang tinggal di Tangerang, cantik” versus istriku yang tinggal di tangerang cantik), dan untuk bahas-bahasa yang mempunyai perbedaan akibat waktu (tenses) (Yes, I love him vs Yes, I loved him).
b. kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dalam bacaan
Seorang penulis terkadang tidak selamanya menyatakan sesuatu secara ekspilit. Karena itu pembaca dalam tahap ini harus bisa memahami apa yang tersirat dalam bacaan. Misalnya penulis memberikan gambaran tentang kota besar yang suka macet dan banyak terjadi kejahatan. Ini bisa merupakan makna tersirat dari tinggal di kota besar itu tidak menyenagkan.

c. kemampuan untuk menangani ihwal yang baru
Terkadang ketika kita membaca kita akan menemukan kata yang tidak biasa kita dengar atau pemakaian berbeda pada yang biasa kita dengar. contoh kata kilir, jika biasanya digunakan untuk tangan dan kaki. Namun kata kilir juga bisa dipadankan dengan kata lidah, yang berarti keliru dalam berbicara.
d. kemampuan untuk memilih
Setiap orang membaca karena ada tujuannya, sehingga dua orang yang membaca satu bacaan yang sama akan menhgasilkan komprehensi yang berbeda juga bila tujuan membacanya berbeda. Misalnya membaca sejarah Pangeran Diponogoro, pembaca A bertujuan mengetahui kapan terjadinya perang tersebut, dan pembaca B ingin mengetahui tokoh tokoh yang ada dalam perang tersebut.

C.TANDA TANDA KESIAPAN MEMBACA
Setelah kita mengetahui tahap tahap dalam membaca, maka sebelum kita mengajarkan anak membaca dan menulis tentunya kita harus mengetahui tanda kalau anak tersebut telah siap untuk diajarkan membaca.
Tanda tanda kesiapan membaca pada anak adalah :
1. Anak sudah mampu memahami bahasa lisan. Kemampuan ini dapat kita lihat ketika kita bercakap cakap atau memberikan suatu perintah atau petunjuk.
2. Anak dapat mengujarkan kata kata denga jelas. Kemampuan ini bisa dilihat ketika ia mengatakan kata misalnya Kuping dengan benar, kata meja dengan benar.
3. Anak sudah mampu mengingat kata kata dengan baik. Kemampuan ini bisa dilihat dengan menanyakan “ ini apa? “ sambil memegang rambut. Anak itu menjawa “ rambut”. Esoknya tanyakan hal yang sama pada adan tersebut, jika anak itu menjawab dengan jawaban yang sama berarti anak tersebut sudah mampu mengingat dengan baik.
4. Anak sudah menunjukan minat membaca. Kemampuan ini bisa dilihat bila anak itusudah mulai sering membuka buka buku cerita bergambar, mencorat coret kertas.




D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA
Proses mental anak ketika belajar membaca juga akan tertolong jika didukung oleh bahan bacaan yang tepat. Bahan bacaan yang tepat untuk tahap pemula adalah jika dilandaskan pada ilmu linguistic, psikologi, dan pendidikan. Dari segi ilmu linguistic, bahan ajar memperhatikan keteraturan bentuk,misalnya dengan menyajikan huruf p dan d, dalam kata papa dan dada. Papa adalah orang tua dan dada adalah bagian tubuh. Padahal huruf yang mengikuti yaitu p dan d sama-sama dibentuk dengan garis dan setengah lingkaran hanya berbeda pada letak setengah lingkaran pada garis.
Dari segi ilmu psikologi dan pendidikan, seseorang akan dapat menyerap sesuatu dengan lebih mudah apabila orang itu senang melakukannya. Sehingga atmosfir dalam belajar harus dibuat menyenangkan, misalnya dengan tokoh kartun, seperti Sesame Street, dengan kata lain mencipatakan bermain sambil belajar.

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kemampuan membaca pada seorang anak, yaitu :
1. Motivasi, maksudnya adalah seorang anak yang memiliki motovasi yang kuat untuk membaca akan giat untuk belajar membaca tanpa disuruh, sehingga siswa memiliki hasil belajar yang lebih baik.
2. Lingkungan keluarga, berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa pembaca dini ( yang telah pandai membaca sebelum masuk sekolah) berasal dari keluarga yang orangtuanya sering membaca , sehingga membuat anak gemar membaca.
3. Bahan bacaan. Cerita yang mudah dipahami akan membuat seorang anak menyukai isi ceritanya dan meningkatkan minat mereka untuk terus membaca. Bahan bacaan terkait dengan dua hal topik dan isi. Anak anak harus di perkenalkan dengan topik yang berbeda tetapi bisa menarik minat mereka untuk membaca.



Bab IV
METODE MEMBACA


A. METODE PENGAJARAN MEMBACA
Secara umum ada dua metode pengajaran membaca, yaitu proses membaca mulai dari bawah ke atas dan proses membaca mulai dari atas ke bawah. Metode yang biasa digunakan adalah metode dari bawah ke atas, yaitu dimulai dari huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Atau biasa dikenal dengan metode eja. Sedangkan metode dari atas ke bawah adalah dimulai dari sebuah kalimat,kata, suku kata, dan kata. Metode ini jika dikembangkan untuk pengajaran anak biasanya akan dipadankan dengan gambar yang dideksripsikan oleh kalimat tersebut.

B. MODEL MEMBACA
Ada beberapa model membaca, yaitu :
1. Model Atas ke Bawah (MMAB)
MMAB sering juga dinamakan model berdasar konteks, jadi mengasumsikan bahwa informasi tentang konteks dapat secara langsung mempengaruhi caranya kata dipersepsi dan di interprestasi. Informasi dari konteks ini menyangkut beberapa hal, yaitu :
a. Pembaca memulai tahapan membacanya dengan membaca prediksi-prediksi, hipotesis-hipotesis, dugaan-dugaan berkenaan dengan apa yang mungkin ada dalam bacaan, bermodalkan pengetahuan tentang isi dan bahasa yang dimilikinya. Pengetahuan ini bisa bersifat umum misalnya pengetahuan yang dimiliki siapapun tentang roda yang berbentuk lingkaran, dan api itu bersifat panas. Sedangkan pengetahuan yang bersifat khusus itu misalnnya tentang pengetahuan terhadap suatu berita tertentu.
b. pembaca menggunakan strategi yang didasarkan pada penggunaan petunjuk semantik dan sintaksis, artinya untuk mendapatkan makna bacaan, pembaca dapat menggunakan petunjuk tambahan yang berupa kompetensi berbahasa yang ia miliki. Misalnya pada sintaksis seperti menghilangkan prefiks Men pada kalimat pasif atau pada semantik seperti kalimat orang yang mengawini dan menceraikan pada bahasa indonesia itu sudah pasti subjeknya pria.
Jadi menurut model membaca atas-bawah dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, pengalaman dan kecerdasan pembaca diperlukan sebagai dasar dalam memahami bacaan. Model membaca atas bawah ini berpijak pada teori psikolinguistik, mengenai interaksi antara pikiran dan bahasa.

2. Model Bawah ke Atas (MMBA)
Landasan dasar untuk model bawah ke atas sering disebut juga sebagai model yang berdasarkan stimulus, adalah bahwa rekognisi (pengenalan) kata tergantung terutama pada informasi yang ada pada kata itu, bukan pada konteksnya. Karena itu pengenalan kata terjadi secara diskrit( kata itu sendiri) dan hierarki ( bertahap).
Dalam MMBA ada tiga tahap yaitu :
a. Tahap Sensori yaitu : kita mengkaji fitur visual kata itu bentuk bentuk hurufnya.
b. Tahap Rekognisi yaitu : pengakuan apakah paduan huruf huruf dari kata tersebut sudah memenuhi aturan fonotatik bahasa indonesia sehingga bentuk itu bisa disebut sebagai kata. maksudnya bunyinya memang merupakan bunyi dari fonotatik bahasa indonesia. Dari pengetahuan ini kita bisa tahu bahwa kata Oiva bukanlah kata dari kata indonesia, karena bunyi ( ) tidak ada pada bahasa kita.
c. Tahap Interprestasi yaitu : Proses pemahaman makna dari sebuah kata. Contohnya Padi kita paham makna dari kata padi itu.
Jelaslah bahwa menurut MMBA teks bacaan itu diproses oleh pembaca tanpa informasi yang mendahuluinya, tanpa ada hubungannya dengan isi bacaan. Tapi tentu saja membaca bukan berhenti pada rekognisi kata demi kata saja , tetapi mencakup keterkaitan antar satu kata dengan kata yang lain .








BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu memahami bahasa akan memungkinkan peneliti untuk memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia. Ada 4 tahapan dalam berbahasa yang hingga sampai saat ini masih diangap benar, yaitu :
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. membaca
4. Menulis
Membaca adalah kemampuan bahasa tulis yang bersifat reseptif , yaitu kemampuan yang meliputi kegiatan kompleks dan melibatkan keterampilan. Jadi kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan dari maksud bacaan.
Secara umum ada dua metode pengajaran membaca, yaitu proses membaca mulai dari bawah ke atas dan proses membaca mulai dari atas ke bawah. Metode yang biasa digunakan adalah metode dari bawah ke atas, yaitu dimulai dari huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Atau biasa dikenal dengan metode eja. Sedangkan metode dari atas ke bawah adalah dimulai dari sebuah kalimat,kata, suku kata, dan kata. Metode ini jika dikembangkan untuk pengajaran anak biasanya akan dipadankan dengan gambar yang dideksripsikan oleh kalimat tersebut.

B. SARAN
Kemampuan membaca pada anak sama dengan keterampilan menulis, dimana untuk memiliki keterampilan membaca tersebut diperlukan pelatihan, praktek dan pembiasaan. Oleh sebab itu kita perlu memiliki strategi pengembangan kemampuan membaca untuk tahap anak usia dini agar proses pembelajarannya tidak mengadopsi dari proses pembelajaran yang berlaku di SD.
Apabila Hal ini tidak ditindaklanjuti dengan benar, maka akibatnya taman kanak kanak tidak lagi menjadi tempat bermain , bersosialisasi dan mendapatkan teman yang banyak, melainkan menjadialih fungsi sebagai sekolah TAMAN KANAK KANAK yang menyekolahkan anak secara dini dan instan.
Karena itu penulis memberikan saran berbagai macam metode yang bisa dikembangkan untuk kemampuan menulis dan membaca yang sesuai dengan karakteristik anak Taman kanak kanak, yaitu :
1. Pendekatan pengalaman berbahasa yaitu guru menggunakan kata kata anak sendiri untuk membantunya belajar membaca. Kata kata ini dapat berupa penjelasan suatu gambar atau suatu cerita pendek yang dimasukan kedalam buku.
2. metode Fonik yaitu mengandalkan pelajaran alphabet yang terlebih dahulu kepada anak anak, mempelajari nama nama huruf dan bunyinya.
3. Lihat dan katakan, yaitu : Anak belajar mengenali kata kata atau kalimat kalimat keseluruhan, bukan bunyi bunyi individu. Mereka memandangi kata kata, mereka mendengar kata itu diucapkan dan kemudian mereka mengulangi ucapan itu.
4. Metode pendukung konteks, yaitu : gunakanlah buku yang benar benar menarik bagi mereka, buku dengan dua versi cerita bergambar yang isi ceritanya panjang danm satu ceritany lagi lebih ringkas.







DAFTAR PUSTAKA

http://ilmucomputer2.blogspot.com/2009/09/model-membaca-atas-bawah-mmab.html
http://daudp65.byethost4.com/baca2/baca31.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Grafem
http://id.wikipedia.org/wiki/Fonem
Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:2003. Yayasan Obor Indonesia
Dhieni, Nurbiana dkk. Metode pengembangan Bahasa Jakarta Universitas terbuka

Wanita itu menangis tanpa air mata

Aku tahu dia menangis dalam hatinya….
Meski ketika aku menatap keduabola matanya,
Tak pernah tampak berkaca kaca, sedikitpun…
Tapi aku tahu dia menangis dalam hatinya, karena setiap aku memandangnya dia selalu membuang wajahnya….

Entah…, apa yang ada dalam benaknya?
Atau apa yang tersembunyi dalam hatinya…..,

Aku selalu merasakan sakit yang teramat sangat, setiap kali melihatnya tersenyum
Senyuman aneh diwajahnya yang terlihat amat sangat sedih…
Sungguh memilukan hati, karena aku tahu dia sangat bersedih….
Meski dia tak pernah terlihat menangis!

Aku memandangnya jauh dari sini,
Tapi meski bukan seorang yang memiliki empati yang tinggi
Aku merasakannya….
Aku merasakannya saat dia kehilangan semua orang yang dia cintai…
Saudaraku….,
“ jangan bersedih! Bukankah mereka mati dalam keadaan syahid?”
Meski begitu… aku tak pernah bisa menjawab ketika seseorang bertanya
“ Bagaimana kalau kau menjadi dia?”
Sungguh! Jawaban itu tak kan pernah ada……

Sebuah elegi seorangn raya

Dear Diana
Apa kabar, Di? Aku harap kau bahagia. Aku selalu berdo’a untukmu. Aku hanya ingin mengatakan satuhal padamu kalau apa yang kau katakan itu benar, dan kau selalu benar! Aku memang tak seharusnya selalu berlari dari kenyataan , ya kenyataan yang paling pahit sekalipun! Tapi, Di. Saat itu aku memang tak punya plihan, semua buntu dihatiku.
Luke terlalu menciptakan sebuah elegi dihatiku, menjadikannya orang yang aku cintai setelah sekian lama aku mencarinya. Meski aku tahu Luke tak sesempurna yang aku bayangkan, hingga akhirnya kisah cinta itu terulang lagi. Aku patah hati, Di. Lagi! Seperti saat Ivan meninggalkanku dulu.
Aku jadi benci dengan cinta, dan aku tahu aku takkan pernah bisa jatuh cinta lagi. Dan itu semua bukan karena aku takut atau aku tidak mau…., tapi ternyata karena aku belum siap untuk patah hati lagi, ini semua terlalu mempengaruhi kehidupanku sebagai seorang manusia biasa.
Tapi, Di.., seandainya aku masih diberi satu kali kesempatan untuk menunggunya, aku pasti akan tetap menunggunya, karena aku tak perduli berapa lampun aku menunggu, asal yang aku tunggu datang. Hanya saja aku tak diberi waktu yang banyak untuk menunggunya lebih lama lagi. Lagipula orang yang aku tunggu memang tak akan pernah datang.
Terima kasih, Di.
You are the best I ever had
Raya Dewanti

Minggu, 03 April 2011

SENI RUPA

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Dapatkah dibayangkan apabila dunia ini tanpa seni? Tanpa lukisan, ukiran, musik, tari? Seni telah hadir sejak awal kehidupan manusia. Manusia kuno yang hidup di gua-gua telah meninggalkan bukti berupa artifact seni rupa (lukisan) pada dinding gua. Mungkin zaman itu mereka tidak menyadari, bahwa apa yang dibuatnya mengandung keindahan, mungkin mereka lebih menyadari bahwa tanda pada dinding gua yang dibuatnya tersebut adalah memiliki kegunaan yang berhubungan dengan keyakinan mereka yang bersifat spiritual. Sehubungan dengan itu, seni selama berabad-abad sangat dekat hubungannya dengan sistem kepercayaan atau religi suatu kelompok masyarakat atau bangsa. Pada perkembangan selanjutnya, seni tidak lagi hanya berkaitan dengan religi bahkan berperan hampir di setiap kegiatan dalam kehidupan manusia.
Pengajaran seni rupa dewasa ini sudah menjadi bagian dari program pendidikan umum di sekolah-sekolah. Dasar landasan dan sasaran pengajaran melalui kegiatan seni rupa adalah membantu siswa untuk dapat mengungkapkan gagasan, sikap, perasaan, nilai dan imajinasi yang melibatkan pertumbuhan pribadinya. Selain itu dalam perkembangan siswa dapat memperoleh pemahaman mengenai warisan budaya dan peranan seniman serta perajin pada anak usia dini. Anak-anak kecil belajar dengan menciptakan kembali pengalaman mereka sendiri. Seni seperti lakon, menolong anak-anak untuk memahami dunia mereka.

B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini antara lain sebagai berikut.
 Memberikan penjelasan mengenai pengertian seni rupa.
 Memaparkan beberapa jenis seni rupa.
 Memberikan penjelasan mengenai pendidikan seni rupa pada anak usia dini.
 Mengetahui hubungan seni rupa dengan pendidikan anak usia dini.


C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari seni rupa?
2. Apa saja jenis-jenis seni rupa?
3. Bagaimana pendidikan seni rupa pada anak usia dini?
4. Apakah manfaat pendidikan seni rupa bagi anak usia dini?

BAB II
SENI

A. Pengertian Seni

Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik.
Cilpacastra yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang.
Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif.
Pengertian menurut para ahli budaya:
 Drs. Popo Iskandar berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok.
 Ahdian karta miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohaninya penerimanya.
 Ki Hajar Dewantara, seni adalah ….segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah, hingga menggerakan jiwa perasaan manusia .
 Plato dan Reuseau berpendapat, seni adalah hasil peniruan dari alam dengan segala seginya

B. Wawasan Seni
Wawasan seni adalah pandangan, sikap, pendekatan dan pengertian tentang prinsip berkesenian terhadap karya seni. Wawasan seni penting kita ketahui karena merupakan sikap dan pandangan kita terhadap masalah kesenian. Disini akan diuraikan masalah wawasan seni yang dikaitkan dengan menghayati pengertian seni, fungsi seni, tujuan seni, perkembangan seni dan media seni.

C. Sejarah Perkembangan Seni
Pada masa lampau tidak ada perbedaan yang tegas antara seniman dan kriawan, antara artists dan craftsman. Charles Batteaux (1713-1780) membedakan seni menjadi dua, yaitu:
1. Seni murni (fine art/ pure art)
2. Seni terapan (useful art/ applied art)
Dengan timbulnya istilah seni murni (fine art) dalam abad 18 mulailah terjadi perbedaan yang mendasar tentang seni murni dan seni pakai.
Seni berkembang terus, dan pada abad 19 ada usaha untuk menyatukan kembali antara seni dan kria, dalam sejarah senirupa, kita mengenal lahirnya Werkstatte di Austria dan Bauhaus di Jerman merupakan suatu usaha untuk menyatukan kembali seni murni dan seni pakai. Lahirlah istilah yang kita kenal sekarang dengan sebutan disain industri.
Namun demikian, perkembangan senirupa sejak tahun 60an sampai sekarang telah menunjukkan suatu perkembangan yang berbaur dengan berbagai disiplin seni, seperti munculnya seni Happening, seni Instalasi, Multimedia dan lain-lain, juga batasan antara seni kria yang betul-betul memiliki kemahiran teknik (buatan tangan) dengan campuran yang menggunakan alat industri, juga perkembangan teknologi fotografi yang demikian maju.

BAB III
SENI RUPA

A. Pengertian Seni Rupa
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
B. Macam Macam Seni Rupa
 Seni Modern
Seni modern juga dikenal dengan istilah avant-garde merupakan istilah dimana aturan-aturan dalam seni tradisional dikesampingkan dalam rangka mengembangkan ide-ide baru dan semangat percobaan. Seni modern dapat dirujuk terhadap karya-karya yang tercipta kira-kira dari tahun 1860 sampai 1970 walaupun beberapa ahli tidak setuju. Seni modern mengedepankan ide-ide dan cara berpikir baru terhadap bermacam-macam hal. Seni modern yang karyanya mucul lebih baru disebut seni kontemporer. Kontribusi terpenting dari bentuk seni abad ke-20 adalah ditemukannya abstraksi yaitu seni yang tidak meniru benda-benda, teknik-teknik material artistik dan bahkan ruang lingkup dan definisi dari seni itu sendiri.
Ciri Khusus :
1. Cenderung terdapat abstraksi
2. Bahan-bahan pembuatan beragam, tidak terikat hanya pada minyak kanvas.
3. Merupakan sarana ekspresi diri senimannya
4. Tidak mengatasnamakan institusi politik ataupun religius, walaupun ada tapi sedikit.
5. Selalu mengutamakan orisinalitas
6. Terdapat hubungan dengan teknologi modern.



 Seni Tradisional
Seni tradisional, dapat disebut dengan seni rakyat merupakan bentuk seni yang diproduksi oleh suatu kebudayaan tertentu oleh rakyat jelata, pekerja atau orang lain. Seni tradisional dibuat utamanya untuk kegunaan, lebih dari estetika. Seni tradisional biasanya hanya mengacu pada suatu kebudayaan tertentu dan berbeda antara satu dengan yang lain, walaupun terkadang bisa sama karena pengaruh kebudayaan. Keragaman lokasi geografis dan keragaman jenis seni tradisional tidak memungkinkan untuk mendeskripsikannya secara keseluruhan.
Seni tradisional kian menghilang dikarenakan modernisasi, industrialisasi ataupun pengaruh luar. Hal tersebut dianggap sebagai fenomena bagi kalangan tertentu.
Ciri khusus:
1. Bersifat distinktif, antara kebudayaan satu dengan yang lain berbeda
2. Mengutamakan kegunaan, lebih dari estetika
3. Dianggap naïf karena tidak mengindahkan kaidah seni
4. Bersifat impulsif, hanya spontanitas saja
5. Tidak terpengaruh aliran dalam akademisi dan ruang lingkup seni murni.
 Seni Kontemporer
Seni kontemporer atau seni masa kini merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mengelompokkan gaya-gaya seni rupa yang sezaman dengan pengamat atau yang menjadi kecenderungan populer dan dipilih oleh para seniman dalam rentang waktu 50 tahun terakhir. Istilah tersebut juga dapat merujuk kepada karya-karya seni rupa yang tercipta pada zaman sekarang
Secara garis besar, seni kontemporer dapat dibagi 2 yaitu pop art dan optic art:
1. Pop art : Popular art diaplikasikan dalam berbagai hal diantaranya kaleng minuman, bungkus makanan, poster film, komik, mainan, barang-barang industri, dll.
2. Optic art : Optic art menekankan oada permainan ilusi optic dari mata si pengamat, optic art berkembang pada paruh kedua abad ke-20.

BAB IV
UNSUR UNSUR SENI RUPA

A. Unsur-unsur seni rupa
Unsur-unsur fisik dalam sebuah karya seni rupa pada dasarnya meliputi semua unsur fisik yang terdapat pada sebuah benda. Dengan demikian pengamatan terhadap unsur-unsur visual pada karya seni rupa ini tidak berbeda dengan pengamatan terhadap benda-benda yang ada di sekeliling kita. Semakin baik pengenalan terhadap unsur-unsur visual ini akan semakin baik pula pengamartan seseorang terhadap segala sesuatu yang dilihatnya. Unsur-unsur seni rupa atau unsur-unsur visual tersebut umumnya dikelompokan sebagai berikut:
1. GARIS (line)
Garis merupakan unsur mendasar dan unsur penting dalam mewujudkan sebuah karya seni rupa. Perwujudan karya seni rupa pada umumnya diawali dengan coretan garis sebagai rancangannya.
Garis memiliki 2 dimensi memanjang dan mempunyai arah serta sifat-sifat khusus seperti: pendek, panjang, vertikal, horizontal, lurus, melengkung, berombak dan seterusnya. Garis dapat terjadi karena titik yang bergerak dan membekaskan jejaknya pada sebuah permukaan benda. Sejak kecil kita telah mengenal dan menggunakan garis, baik dalam bermain, menggambar maupun ketika belajar menulis dan membuat angka. Garis menjadi batas dari berbagai bentuk dan bidang.
Dalam seni gambar (drawing), bentuk garis dapat segera dikenali dengan mudah karena garis dalam karya drawing bersifat aktual. Sedangkan pada karya seni lainnya seperti seni patung misalnya, garis mungkin bersifat maya yang terbentuk dari perbedaan letak dan bentuk permukaan patung tersebut. Dalam sebuah karya seni rupa garis dapat juga digunakan sebagai simbol ekspresi. Garis tebal tegak lurus misalnya, memberi kesan kuat dan tegas, sedangkan garis tipis melengkung, memberi kesan lemah dan ringkih. Karakter garis yang dihasilkan oleh alat yang berbeda akan menghasilkan karakter yang berbeda pula. Coba bendingkan karakter garis yang dihasilkan oleh jejak spidol pada white board dan jejak kapur pada papan tulis.

Gambar 1
Macam-macam bentuk Garis


2. RAUT (Bidang dan Bentuk)
Raut merupakan tampak, potongan atau bentuk dari suatu objek. Raut dapat terbentuk dari garis yang mencakup ukuran luas tertentu yang membentuk bidang. Raut juga dapat berarti perwujudan dari sebuah objek atau sering disebut bidang. Raut dalam pengertian yang luas dapat berarti bidang atau bangun. Walaupun demikian ada pula yang mencoba membedakan kedua pengertian tersebut dengan menyebutkan bidang untuk menunjuk bentuk yang cenderung pipih atau datar sedangkan bangun lebih menunjukkan kepada bentuk benda yang memiliki volume (mass) Dalam pengertian yang kedua ini, “bidang” diartikan sebagai unsur seni rupa yang terbentuk dari pertemuan ujung sebuah garis atau perpotongan beberapa buah garis. Bidang dapat pula ditimbulkan dan dibentuk oleh pulasan warna atau nada gelap-terang.


Gambar
Unsur bidang pada karya seni rupa

Bentuk atau bangun, yaitu unsur yang selalu berkaitan dengan benda, baik benda alami maupun buatan. Bantuk atau bangun benda dapat berupa bangun beraturan seperti lingkaran, segi empat segi tiga atau tidak beraturan. Selain berupa bangun, benda juga memiliki bentuk palstis. Sebuah kotak kayu memiliki 4
bangun persegi empat, tetapi adanya tekstur dan kesan gelap terang membuat pengamat dapat melihat bentuk plastisnya.

Gambar Berbagai Bentuk dan Bangun
3. RUANG.
Unsur keruangan dari sebuah karya seni rupa menunjukan dimensi dari karya seni rupa tersebut. Ruang dua dimensi hanya menunjukan ukuran (dimensi) panjang dan lebar sedangkan ruang pada karya seni rupa tiga dimensi terbentuk karena adanya volume yang memberikan kesan kedalaman. Walaupun demikian, seniman lukis atau grafis yang membuat karya dua dimensi dapat juga menghadirkan kesan tiga dimensi atau kesan ruang pada karyanya denganpengolahan unsur-unsur kerupaan lainnya seperti perbedaan intensitas warna, terang-gelap, atau menggunakan teknik menggambar perspektif untuk menciptakan ruang semu (khayal).
Berbeda dengan pematung, arsitektur atau desainer interior, ruang tiga dimensi pada karya-karya mereka adalah ruang yang sebenarnya. Kesan tiga dimensional ini secara visual terlihat secara manipulatif bahwa objek yang dekat dengan mata pengamat berukuran lebih besar dari objek 5 sejenis yang letaknya lebih jauh. Pada beberapa karya seni rupa dua dimensi usaha untuk menmpilkan kesan ruang seringkali ditunjukkan pula dengan penumpukan objek atau penempatan objek yang dekat dengan pengamat di bagian bawah dan objek yang lebih jauh pada bagian atas.

Gambar Gambar benda-benda yang memiliki unsur keruangan


4. TEKSTUR.
Unsur tekstur atau barik adalah kualitas taktil dari suatu permukaan. Taktil artinya dapat diraba atau yang berkaitan dengan indra peraba. Disamping itu, tekstur juga dapat dimaknai sebagai penggambaran struktur permukaan suatu objek baik halus maupun kasar.
Berdasarkan wujudnya, tekstur dapat dibedakan atas tekstur asli dan tekstur buatan. Tekstur asli adalah perbedaan ketinggian permukaan objek yang nyata dan dapat diraba, sedangkan tekstur buatan adalah kesan permukaan objek 6 yang timbul pada suatu benda karena pengolahan garis, warna, ruang, terang-gelap dsb.

Pemanfaatan tekstur pada karya seni gambar

5. WARNA,
Warna pada dasarnya merupakan kesan yang ditimbulkan akibat pantulan cahaya yang mengenai permukaan suatu benda. Pada karya seni rupa, warna dapat berwujud garis, bidang, ruang dan nada gelap terang. Menurut teori warna Brewster, semua warna yang ada berasal dari tiga warna pokok (primer) yaitu merah, kuning dan biru. Pencampuran dua warna primer akan menghasilkan warna sekunder dan bila dua warna sekunder digabungkan akan menghasilkan warna tersier.
Dalam karya seni rupa terdapat beberapa macam penggunaan warna, yaitu harmonis, heraldis dan murni. Penggunaan warna disebut harmonis jika penerapannya sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Sedangkan heraldis atau simbolis adalah pengunaan warna untuk menunjukkan tanda atau simbol tertentu.
seperti hitam untuk melambangkan duka cita, merah untuk melambangkan amarah, hijau untuk melambangkan kesuburan dsb. Adapun penggunaan warna secara murni adalah penerapan warna yang tidak terikat pada kenyataan objek atau simbol tertentu.
Dalam pewarnaan sebuah karya seni dikenal juga istilah polikromatik dan monokromatik. Pewarnaan atau penggunaan secara monokromatik menunjukkan kecenderungan penggunaan satu jenis warna. Perbedaan untuk menunjukkan efek kedalaman dalam pewarnaan secara monokromatik umumnya dilakukan dengan mengurangi atau menambahkan intensitas warna tersebut. Sedangkan polikromatik menunjukkan penggunaan lebih dari satu jenis warna . Dengan kata lain polikromatik merupakan kebalikan dari monokromatik.

Gambar Lingkaran Warna



6. GELAP-TERANG.
Unsur gelap terang timbul karena adanya perbedaan intensitas cahaya yang jatuh pada permukaan benda. Perbedaan ini menyebabkan munculnya tingkat nada warna (value) yang berbeda. Perbedaan unsur nada gelap terang memberikan kesan permukaan yang sempit, lebar, arah dan efek keruangan. Ruang yang gelap seringkali memberikan kesan sempit dan berat sedangkan ruang yang terang memberikan kesan ringan, luas dan lapang.


gambar Unsur gelap terang dalam karya seni gambar

BAB V
PRINSIP PRINSIP SENI RUPA

A. Prinsip-prinsip Seni Rupa
Prinsip-prinsip seni rupa adalah unsur non fisik dalam karya seni rupa berupa kaidah atau aturan baku yang diyakini oleh beberapa seniman secara konvensional dapat membentuk sebuah karya seni yang baik dan indah. Kaidah atau aturan baku ini disebut komposisi, berasal dari bahasa latin compositio yang artinya menyusun atau menggabungkan menjadi satu.
Komposisi mencakup tiga bagian pokok yaitu: kesatuan (unity); keseimbangan (balance) dan irama (rhythm), penekanan, proporsi dan keselarasan.
1. Kesatuan (unity),
dalam karya seni rupa menunjukkan keterpaduan berbagai unsur (fisik dan non fisik) dengan karakter yang berbeda dalam sebuah karya. Unsur yang berpadu dan saling mangisi akan mendukung terwujudnya karya seni yang indah. Prinsip komposisi ini sering pula ditunjukkan dengan penataan berbagai objek yang terdapat dalam sebuah karya seni.

Gambar
Komposisi yang membentuk kesatuan

2. Keseimbangan (balance)
adalah penyusunan unsur-unsur yang berbeda atau berlawanan tetapi memiliki keterpaduan dan saling mengisi atau menyeimbangkan. Keseimbangan ini ada yang simetris, yaitu menunjukkan atau menggambarkan beberapa unsur yang sama diletakkan dalam susunan yang sama (kiri-kanan, atas-bawah, dll.) dan ada pula yang asimetris yaitu penyusunan unsurnya tidak ditempatkan secara sama namun tetap menunjukkan kesan keseimbangan.



Gambar Keseimbangan simetris dan A-simetris

3. Irama (rhythm)
tidak hanya dikenal dalam seni musik. Dalam seni rupa, irama merupakan kesan gerak yang timbul dari penyusunan atau perpaduan unsur-unsur seni dalam sebuah komposisi. Kesan gerak dalam irama tersebut dapat bersifat harmoni dan kontras, pengulangan (repetisi) atau variasi.

Gambar Contoh penataan unsur visual yang berirama























BAB VI
SENI RUPA BERDASARKAN FUNGSI & DIMENSINYA


A. Bedasarkan Fungsi
Berdasarkan tujuan perwujudan karya rupa, fungsi seni rupa dikategorikan atas :

1. Seri Rupa Murni (Fine Art)
Seri Rupa Murni, yakni karya seni rupa yang dibuat hanya untuk kepentingan estetis saja
lebih mementingkan kejujuranfaktor individu / karakter perseorangan lebih diutamakan
bebas bereksperimen atas media yang digunakanberusaha menciptakan suatu hal/ kejutan-kejutan baru bahkan faktor kegunaan diabaikan.
Ciri cirri :
 Seni rupa murni lebih mengkhususkan diri pada proses penciptaan
 karya seninya bertujuan untuk memenuhi kepuasan batin seniman nya.
 Seni murni diciptakan berdasarkan kreativitas,ekspresi yang sangat pribadi

karya : (Alm) Affandisebebas apapun dalam berkarya, nilai estetika harus dipertimbangkan
 Pembagian Seni Murni :
1. Seni Lukis
2. Seni Patung
3. Seni Grafis
4. seni photografi
1. Seni Lukis
Seni lukis merupakan kegiatan pengolahan unsur-unsur seni rupa seperti garis, bidang, warna dan tekstur pada bidang dua dimensi. Kegiatan yang menyerupai seni lukis sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi penamaan atau istilah seni lukis merupakan istilah yang datang dari Barat. Kegiatan yang menyerupai seni lukis itu dapat juga disebut seni lukis tradisonal. Beberapa contoh dari karya seni lukis tradisional dapat kita lihat di berbagai daerah di Indonesia seperti seni lukis kaca di Cirebon, seni lukis Kamasan di Bali, lukisan pada kulit kayu yang dibuat masyarakat di Irian Jaya dsb. Adapun seni lukis yang kita kenal saat ini dibuat pada kanvas, dapat disebut seni lukis modern.
Beberapa 4 seniman seni lukis modern Indonesia yang namanya sudah dikenal di mancanegara diantaranya Affandi, Popo Iskandar, Fajar Sidik, Nanna Banna dsb.


karya : contoh lukisan


2. Seni Patung
Karya seni patung diwujudkan melalui pengolahan unsur-unsur seni rupa pada bidang tiga dimensi. Bahan dan teknik perwujudan pada karya seni patung beraneka ragam. Bahan yang digunakan dapat berupa bahan alami seperti kayu dan batu, bahan logam seperti besi dan perunggu atau bahan sintetis seperti plastik resin dan fibre glass (serat kaca). Sedangkan teknik yang digunakan disesuaikan dengan bahan yang dipakai seperti teknik pahat, ukir, cor dsb. Seperti halnya seni lukis, seni patung juga sudah dikenal di Indonesia sejak zaman prasejarah. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi pembuatan karya seni patung.
Pada masyarakat tradisional, pembuatan karya patung seringkali dihubungkan dengan kegiatan religi seperti pemujaan kepada 5 dewa atau arwah nenek moyang. Pada karya-karya seni patung modern, pembuatan karya seni patung merupakan ekspresi individu seorang seniman. Beberapa seniman patung modern Indonesia diantaranya: Sunaryo, Sidharta, dan Nyoman Nuarta.



Contoh karya seni patung
3. Seni Grafis (Cetak)
Seni grafis adalah cabang seni rupa yang tergolong ke dalam bentuk dua dimensi. Berbeda dengan seni lukis yang umumnya merupakan karya-karya tunggal, kekhasan dari karya grafis adalah sifatnya yang bisa direproduksi atau diperbanyak. Pada awalnya Seni grafis merupakan keterampilan untuk mencetak atau memperbanyak tulisan. Sesuai dengan proses pencetakannya karya seni grafis terbagi menjadi empat jenis:
a. Cetak tinggi
Prinsip cetak ini adalah bagian yang bertinta adalah bagian yang paling tinggi. Bagian ini bila diterakan atau dicetakkan, tinta atau gambar akan berpindah ke atas permukaan kertas. Berdasarkan bahan dan alat yang dipergunakan dalam cetak tinggi dikenal beberapa jenis cetakan seperti cukil kayu (wood cut), cukilan 6 lino (lino cut), tera kayu (wood engraving) serta cukilan bahan lain seperti karet atau plastik.
b. Cetak dalam
Prinsip cetak dalam adalah hasil cetakan yang diperoleh dari celah garis bagian dalam dari plat klisenya bukan bagian tingginya seperti stempel atau cap. Teknik cetak ini merupakan kebalikan dari teknik cetak tinggi. Acuan cetak yang dipergunakan adalah lempengan tembaga atau seng yang ditoreh atau diberi kedalaman untuk tempat tinta. Kedalaman dibuat menggunakan alat penoreh yang tajam dan kuat dan atau menggunakan zat kimiawi. Beberapa jenis cetak yang termasuk cetak dalam: goresan langsung (drypoint), akuatin (aquatint), dan mezzotin (mezzotint engraving). Seorang penggrafis kadang-kadang memadukan berbagai teknik sekaligus dalam proses pembuatannya untuk memperoleh efek khusus yang diinginkannya.



karya seni grafis yang dihasilkan dengan teknik cetak dalam

c. Cetak saring
Cetak saring disebut juga serigrafi atau sablon. Sesuai dengan namanya prinsip cetak ini adalah mencetak gambar melalui saringan yang diberi batasan-batasan tertentu. Cetak saring dikenal luas di masyarakat melalui benda-benda yang sering dijumpai sehari hari seperti aplikasinya pada pembuatan kaos, spanduk, bendera, dsb.
d. Cetak datar
Proses cetak datar atau planografi adalah memanfaatkan perbedaan sifat minyak dan air serta acuan cetakan yang terbuat dari batu (litografi) atau seng. Tinta hanya terkumpul pada bagian cetakan yang sudah digambari dengan pinsil berlemak dan pemindahan gambar dilakukan dengan alat khusus. Teknik litografi inilah yang mengilhami prinsip dasar mesin cetak modern.

4.Seni Photographi
Seni Melukis dengan menggunakan media cahaya dengan alat kamera. Contohnya adalah :


2. Seni Rupa Terapan (Applied Art)
Seni Rupa Terapan, yakni karya rupa yang dibuat selain harus mempunyai nilai estetis, karya tersebut memiliki nilai kegunaan dalam kehidupan sehari-hari (seni pakai). Karya seni rupa terapan dikategorikan atas desain, kria, dekorasi, ilustrasi,reklame.
 Desain
Desain merupakan kegiatan reka letak atau perancangan. Hampir semua karya seni rupa melalui proses perancangan sebelum diproduksi atau diwujudkan dalam bentuk jadi yang sesungguhnya. Tetapi, pengertian desain saat ini lebih sering digunakan untuk menunjukkan proses perancangan karya-karya seni rupa terapan (useful art). Beberapa jenis desain yang dikenal di Indonesia antara lain:
a. Desain Komunikasi Visual
Desain ini awalnya lebih dikenal dengan istilah desain grafis, yaitu kegiatan seni rupa yang menyusun unsur-unsur grafis pada sebuah benda pakai. Karena lingkupnya yang dirasakan terbatas, pada perkembangan selanjutnya seni grafis menjadi bagian dari kegiatan desain komunikasi visual, yaitu kegiatan perancangan pada media komunikasi baik media cetak sederhana seperti buku, poster atau majalah maupun media elektronik seperti televisi, neon sign dan sebagainya. Unsur-unsur grafis yang menjadi perhatian dalam desain komunikasi visual diantaranya tipografi (huruf), garis, logo, warna, ilustrasi dan foto.

Contoh karya desain komunikasi visual berupa cover buku


b. Desain Interior
Desain interior adalah kegiatan merancang tata letak sebuah ruangan atau eksterior bangunan. Kegiatan perancangan ini dimaksudkan agar sebuah ruangan selain sesuai dengan fungsinya juga menjadi indah dan nyaman. Benda-benda yang ada dalam ruangan tersebut dipilih dan ditata sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan, serasi dan harmonis. Yang menjadi perhatian dalam perancangan interior berdasarkan fungsinya, termasuk juga pemilihan warna dinding, hiasan-hiasan yang menempel di dinding, mebelair (kursi, meja, tempat tidur dsb.), lampu (pencahayaan), akustik (suara), lantai, langit-langit dan lain sebagainya.


Contoh karya desain interior


Design Grafis
2. Seni Kria
Seni kria adalah hasil kebudayaan fisik yang lahir karena adanya tantangan dari lingkungan dan diri kriawan. Seni kria diartikan sebagai hasil daya cipta manusia melalui keterampilan tangan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya, serta umumnya dibuat dari bahan-bahan alam.

Seni Kriya dibagi menjadi 3 bagian :
 Tektil
 Kayu, kulit, logam
 Rotan / anyam


Kria Tektile

Kriya kayu


Kriya Anyaman

3. Seni Dekorasi
Seni menghias suatu benda atau tempat. Seni dekorasi ini terbagi menjadi 2 yaitu :
 Dekorasi dua dimensi
 Dekorasi tiga dimensi


Contoh dekorasi 3 dimensi
4. Ilustrasi
Membantu menjelaskan suatu karya tulis atau karya sastra baik berupa cover ataupun isi. Ilustrasi ini terbagi menjadi 3 yaitu :
 Gambar sketsa

 Gambar kartun



 Gambar karikatur



5. Reklame
Cabang seni rupa yang bertujuan mempromosikan suatu produk barang atau jasa dengan kata kata dan gambar. Cabang reklame terbagi menjadi 6 yaitu :

 Brosur : berbahan dasar kertas, berbentuk lipatan 2 atau lebih dan berisi suatu badan usaha atau lembaga pendidikan


 Poster : Berbahan dasar kertas, berisi ajakan dan berukuran A1,A2,A3 dan berbentuk lembaran




 Spanduk :Berbahan dasar kain , berisi pesan atau ajakan dan berukuran besar berbentuk memanjang dan lebar 90 cm , 120 cm.



 Baliho :berbahan dasar triplek atau fronlite,berukuran besar sampai 6 m,ditempatkan ditepi jalan yang strategis,bersifat sementara, dan berisi promosi produk atau acara.



 Bilboard : berbahan dasar plat baja, berukuran raksasa,, dipasang diatas jalan atau gedung,bersifat permanen dan berisikan promosi suatu produk.



 Merchandise :merupakan suatu alat promosi suatu perusahaan, berbentuk benda seperti paying, jam dinding, gelas , dsb..



B. Berdasarkan Dimensinya
Berdasarkan dimensinya, karya seni rupa terbagi dua yaitu, karya dua dimensi dan karya tiga dimensi. Karya seni rupa dua dimensi adalah Karya seni rupa yang mempunyai dua ukuran (panjang dan lebar) sedangkan karya seni rupa tiga dimensi mempunyai tiga ukuran (panjang, lebar dan tebal) atau memiliki ruang.


Contoh karya dua dimensi contoh karya tiga dimensi.
BAB VII
SENI RUPA UNTUK ANAK USIA DINI (TK)


A. Pendidikan Seni Rupa pada Anak Usia Dini
Pengertian seni bagi anak usia dini pada dasarnya adalah permainan yang memberikan kesenangan batin (rohani) , baik bagi yang berkarya seni maupun bagi yang menikmatinya. Para pendidik harus memperhatikan kegiatan bermain yang dilakukan anak anak, karena permainan merupakan kegiatan jasmani dan rohani yang dapat membentuk sebagian besar perkembangan kepribadian anak, misalnya sikap mental, emosional, kreativitas, estetika, sosial dan fisik.
Pertama kali anak melakukan kegiatan seni senantiasa diawali dengan kegiatan meniru orang dewasa. Dalam melakukan kegiatan kesenian, tidak selalu anak dilatar belakangi dengan semangat berkesenian, melainkan lebih didorong oleh bagian dari permainan. Dengan demikian, pada umumnya anak yang normal pada usia-usia tertentu suka sekali menggambar. Kepuasan bagi anak berbeda maknanya dengan kepuasan bagi orang dewasa. Anak-anak mampu mengungkapkan emosinya tanpa batas ke dalam bentuk yang indah terutama terdapat pada anak-anak yang menjalani perkembangan normal hingga batas usia tertentu.
Dari berbagai kegiatan berkarya seni, penulis mengambil beberapa kegiatan yang biasa dilakukan anak pada saat pembelajaran, yaitu :
1. Menggambar
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar. Kegiatan. Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiranpikiran atau perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa.
Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar :
 Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.
 Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali.Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
 Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ - 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannyapun sudah lebih Tahap menanamkan coretan merupakan awal yang penting bagi perkembangan berpikir abstrak pada anak. Pada usia 5-6 tahun, seiring dengan perkembangan kemampuan motorik dan konsep-konsep yang dimiliki, gambar anakpun sudah menunjukkan kemiripan dengan obyek yang digambar. Hal ini disebabkan oleh pengalaman hidup mereka yang sudah lebih kaya. Media yang digunakan untuk menggambar yaitu kapur, arang, pensil, tinta pensil warna, karyon, dll.

Tujuan menggambar bagi anak :
 Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
 Mengembangkan daya kreativitas.
 Mengembangkan kemampuan berbahasa.
 Mengembangkan citra diri anak.
 Dengan menggambar anak-anak juga dapat bersosialisasi dengan temannya. Mereka dapat berdiskusi tentang gambar yang mereka buat. Dengan itu dapat melatih sosial pada anak.



2. Finger Painting (Lukisan Jari)
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger painting.
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
 Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil dan kematangan syaraf.
 Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.
 Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier.
 Mengendalkan estetika keindahan warna.Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.

3.Melukis
Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak, dan lain-lain. Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam lukisan.

Lukisan anak TK

4.Mencetak
Mencetak merupakan kegiatan seni rupa yang termasuk seni dua dimensi. Sebenarnya kegiatan mencetak ini tidak asing bagi anak-anak. Mereka sering melakukannya di atas trotoar atau dinding dengan menjejakkan alas sepatu atau tangannya ke atas trotoar dan dinding tersebut. Kadang-kadang mereka menjejakkan kakinya di atas lumpur atau pasir pantai hingga terdapat bekas jejak-jejak kaki tersebut. Kreasi lain sering juga dilakukan dengan membuat goresan dari tongkat ke atas pasir laut, atau tanah. Tanpa disadari kegiatan tersebuat merupakan kegiatan mendesain yang dilakukan berulang-ulang yang merupakan kegiatan mencetak. (Mattil, 1965).

5.Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, lilin, playdog dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk. Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan tanah liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.

6. Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelas biasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahanbahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang
penggunaan warna, ukuran dan bentuk.
Ada beberapa macam kolase yaitu:
 Kolase dengan kertas dan kain
 Kolase dengan tekstur

7. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara. Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia sekitar mereka.
B. Manfaat Pendidikan Seni Rupa pada Anak Usia Dini
Untuk anak usia dini (0 – 8 tahun), ketika belajar tentang seni rupa tidak hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena selain itu juga diharapkan dapat memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional serta kemandirian pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat, seorang anak akan dapat melatih potensi-potensi yang bermanfaat.
Di dalam pembelajaran seni rupa pada anak usia dini selalu dapat mengembangkan kreatifitas pada anak itu sendiri. Mereka selalu mengembangkan imajinasi atau khayalan-khayalan. Itu akan melatih otak dan motoroik mereka. Anak yang kreatif adalah anak yang cerdas dalam segala hal. Jalan pikiran mereka berbeda dengan pemikiran anak yang lain. Kreatifitas tidak hanya tergantung dari timbulnya inspirasi, tetapi menuntut ketekunan, keuletan, waktu dan kerja keras. Dengan kegiatan senirupa dapat memberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif (Torrance, 1979.)
Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan. Dalam kelompok mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasannya. Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang dicapainya perlu mendapat pemahaman/pengertian orang lain.
Waktu berkarya seni rupa selain mendapat kegembiraan, anak-anak akan mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan batin. Hal tersebut dapat diperhatikan dari tingkah laku dan dorongan-dorongan anak, usaha untuk membebaskan diri, keinginan untuk bertanggung jawab dan sebagai imbalan (kompensasi) dari jerih payahnya. Kegiatan seni rupa memberi kesempatan pada anak untuk dapat, melatih mengutarakan keinginannya sesuai isi hatinya. Anak akan memiliki harga diri apabila karyanya diperhatikan atau dihargai, dan ia akan optimis terhadap cita-citanya serta aktif berkarya. Kemudian akan tertanam kepercayaan dan keyakinan terhadap kemampuan diri serta akan bertanggung jawab atas perbuatannya. Hal tersebut dapat terlihat apabila berkarya secara kelompok. Dirinya menjadi bagian dari lingkungan yang aktif bertanggung jawab atas hasil karya bersama.
Berkarya seni rupa dapat membantu anak untuk menghilangkan tekanan jiwa sebagai akibat kegagalan dan ketidakpuasan yang dihadapi sehari-hari. Anak-anak yang merasa dirinya tidak berdaya, pesimis dan takut dapat dibantu pemulihannya melalui kegiatan berkarya seni rupa. Lambat laun mereka akan berubah sifatnya dan akhirnya akan menjadi periang, berani dan aktif kembali.
Dalam bermain anak mendapatkan kegembiraan dan pengalaman-pengalaman seperti keberanian, keriangan, perkembangan kepekaan (sensitif), perkembangan fantasi, berkembang hasrat pembawaannya, perkembangan kreativitasnya, dan masih banyak keuntungan bagi pertumbuhan jasmani maupun perkembangan rohani yang sesuai dengan naluri hidupnya.