Kamis, 03 November 2011

Filosofi Hidup jeny ( bag : 2 )


Sesungguhnya mudah sekali bagi Allah untuk mengabulkan semua permintaan hambaNya yang terucap lewat doa... karena tak ada yang tak mungkin bagi Allah SWT, ketika ia bilang "kun Fayakun" jadi.. maka jadilah..... Tetapi yang harus diperhatikan adalah apakah setiap permintaan hamba Nya itu memang sudah yang terbaik untuk mereka... bukankah Allah mengetahui dan selalu memberikan apa yang paling Terbaik untuk semua HambaNya.. meski terkadang memang tidak terlihat seperti itu..... 

Setelah menonton film Kungfu Panda 2, ada pesan moral yang dalam banget dari film tersebut.. yaitu : " Setiap manusia memiliki masa lalu, tetapi jangan sampai masa lalu itu menghalangi kita untuk menjadi lebih baik... karena Kita yang memilih takdir kita sendiri , mau jadi siapakah dan apakah kita dimasa depan?" 

Zaman memang sudah berubah.. dan pola asuh orangtua dalam keluarga mulai beradaptasi dengan keadaan, tetapi hakikat kebenaran dalam norma agama tidak pernah bergeser sesentipun..................

Ketika aku jatuh dan terpuruk, maka aku akan benar benar jatuh dan sangat terpuruk.. tapi jangan khawatir, karena ketika aku bangkit lagi aku akan lebih TEGAR dan KUAT dari Batu karang.. Sekarang aku siap bangkit dan menantang dunia yang selalu membuat aku kalah dan menyerah.... 

Manusia harus  berhenti mencintai untuk berhenti dari merasakan, rasa sakit akan kehilangan.........." ( Penggalan Cerpen Perempuan yang menangis tanpa air mata) 

Hanya manusia BODOH yang berdiam diri menunggu nasib bisa merubah hidupnya jadi lebih baik... berlindung dibalik kata SABAR tapi tidak pernah melakukan satu usaha pun untuk membuat hidupnya jadi lebih baik... bukan seperti itu cara menjalani Hidup..... dan aku tidak simpati sama orang tipe macam itu... 

"Terkadang ada banyak hal di dunia ini yang tidak dapat kita mengerti dengan baik tetapi tetap harus kita lalui dan jalankan....." (By : CS ) 

kebiasaan buruk itu mungkin tidak bisa diubah oleh apapun dan karena siapapun dan keadaan apapun...karena orang itu tidak mau MENGAKUI kalau itu kebiasaan buruk..... ( bisa jadi menurutnya itu adalah hal yang biasa....) Gawat!!!!! 

Saya tidak tahu... apakah saya bisa membuat keadaan menjadi lebih baik? yang saya tahu hanya bahwa saya bisa menjadikan diri saya SEDIKIT lebih baik tentunya.. 

Kebodohan manusia itu adalah suka banget menginteropeksi diri orang lain... tapi g pernah menginteropeksi diri sendiri....

Selasa, 17 Mei 2011

permasalahan pendidikan di indonesia

A. Latar Belakang Penulisan

Kita lihat Fenomena Anak Jalanan, Prostitusi atau kasus kriminalitas yang melibatkan anak-anak. Sebagian besar kasus terjadi di masyarakat kalangan bawah dengan tingkat ekonomi pendidikan dan keimanan yang rendah. Jangan salahkan orangtua, mereka terpaksa, mana ada sih di dunia ini orangtua yang tega menjual atau mempekerjakan anaknya. Benar, semua ini karena beban ekonomi yang sedemikian berat, jangankan untuk menyekolahkan anak agar berguna bagi masa depan bangsa untuk memenuhi kebutuhan pangannya saja sangat sulit. Sehingga wajar bila banyak anak-anak usia sekolah yang terpaksa putus sekolah akibat masalah dana. Sebanyak 8 juta siswa SD sampai SLTP di seluruh Indonesia terancam putus sekolah. Jumlah tersebut setara 20% hingga 40% siswa SD-SMP saat ini, yaitu sekitar 40 juta siswa.
Ini kisah nyata tentang nasib anak-anak usia sekolah di Indonesia yang hidupnya kurang mampu/miskin dengan kondisi mereka yang sangat memperihatinkan pada akhirnya mereka terpaksa meninggalkan bangku sekolah.
Masalah ini sangat erat kaitannya dengan penerus generasi bangsa dimasa yang akan datang. Bagaimana tidak? Turunnya kemampuan orangtua untuk membiayai pendidikan anaknya-terutama pada masyarakat lapisan kelas bawah, menurut proyeksi itu, masih menjadi penyebab utama tingginya jumlah anak yang putus sekolah. Gejala ini memberi dampak negatif, yaitu semakin banyaknya anak usia sekolah yang harus bekerja pada berbagai lapangan pekerjaan. Tak bisa dimungkiri, kualitas angkatan kerja yang masih didominasi oleh lulusan SD ke bawah ini menyebabkan profesionalitas sumber daya manusia Indonesia tergolong rendah dan sulit bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Ini adalah Potret buram permasalahan pendidikan di indonesia.
Mudah-mudahan dengan semakin banyak saudara-saudari kita yang peduli terhadap nasib-nasib anak-anak tersebut terutama memberikan bantuan berupa dana pendidikan insya Allah problematika-problematika tersebut akan ditemukan solusinya.

B. Analisa Kajian

1. Perpespektif Pedagogis
Melihat begitu banyak permasalahan pendidikan di indonesia yang salah satunya adalah anak anak yang putus sekolah dan tidak dapat mengenyam pendidikan karena harus bekerja sebagai penjual somay seperti yang dialami asep, sehingga ia mempertegas niatnya untuk melupakan saja bersekolah.
Padahal Pendidikan memegang peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Rousseau (Emile, 1762), tujuan utama pendidikan adalah memberi kemampuan pada manusia untuk hidup di masyarakat. Kemampuan ini berupa pengetahuan dan/atau keterampilan, serta prilaku yang diterima masyarakat.
Dengan semakin banyaknya anak yang putus sekolah dan tidak bisa merasakan pendidikan di Indonesia, ini akan berdampak anak indonesia tidak dapat menjadi manusia yang seutuhnya karena kita mengetahui bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
Begitupun menurut tokoh aliran Pragmatisme antara lain John Dewey dan Williams James Dewey dalam bukunya Democracy and Education menekankan pentingnya pendidikan karena berdasarkan tiga pokok pemikiran, yaitu;
(1) pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup, adalah karena adanya anggapan bahwa selain pendidikan sebagai alat, melainkan juga berfungsi sebagai pembaharu hidup atau renewal of life.
(2) pendidikan sebagai pertumbuhan, kebelum matangan si anak, akan tetapi dalam kebelummatangan itu terdapat potensi tersembunyi yang disebut potensialitas pertumbuhan.
(3)pendidikan sebagai fungsi sosial. karena sebagai individu anak juga sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan individu lainnya.
Sehingga dengan bersekolah anak anak dari keluarga kalangan bawah memiliki harapan untuk bisa memperbaiki kehidupan keluarganya dimasa yang akan datang. Karena dengan bersekolahlah anak Indonesia mampu mendapatkan pendidikan sehingga dapat menjadi warga masyarakat yang diharapkan.

2. Perspektif Psikologi
Havinghurst menyusun fase-fase perkembangan sebagai berikut (Mulyani, 1988) :
 Tugas perkembangan masa kanak-kanak
 Tugas perkembangan masa anak
 Tugas perkembangan masa remaja
 Tugas perkembangan masa dewasa awal
 Tugas perkembangan masa setengah baya
 Tugas perkembangan orang tua
Setiap fase perkembangan kehidupan, masa kanak-kanak Masa pemuda dan masa dewasa, semuanya adalah fase pendidikan, semua yang dipelajari pada fase-fase tersebut mempunyai arti sebagai pengalaman belajar, pengalaman pendidikan.
Perkembangan anak merupakan salah satu sasaran utama dalam kegiatan pendidikan atau pembelajaran diberbagai satuan, jenis dan jenjang pendidikan. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan harus memperhatikan berbagai aspek/dimensi, Tahapan dan karakteristik perkembangan anak yang menjadi subjek didik.
Dengan bersekolah anak indonesia mampu menunaikan tugas perkembangannya yaitu mendapatkan pendidikan yang bisa mengembangkan dan mengoptimalkan potensi potensi yang ada pada dirinya, dan berbagai perkembangan yang terjadi pada anak diperoleh melalui kematangan dan belajar.
Disekolah anak dapat belajar beradaptasi dengan berbagai situasi lingkungan dimana terjadi interaksi anak dengan manusia (orang dewasa, teman dan adik) dan dengan lingkungan alam sekitar. Ini membuat anak menjadi dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri untuk memasuki masa depannya. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri, dan dengan begitu banyaknya anak yang tidak dapat bersekolah di Indonesia, maka akan berdampak anak tidak memiliki keterampilan yang bisa dijadikan suatu modal dalam memperbaiki masa depannya.

3. Perspektif Yuridis
Bangsa Indonesia telah membuat catatan sejarah baru dalam upaya perlindungan anak dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002. Dalam undang-undang nomor 23 ditegaskan beberapa poin penting sebagai berikut :
 Pasal 4 mengungkapkan bahwa Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diksriminasi.
 Pasal 9 mengungkapkan dua hal pokok satu diantaranya yaitu :
(1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Ini Berarti Anak Indonesia harus bersekolah sesuai dengan UUD No 23 Tahun 2002. Meski pada kenyataannya masih banyak sekali anak anak yang putus sekolah karena masalah ekonomi dan mahalnya biaya pendidikan.
Bagaimana peran pemerintah? Program wajib belajar 9 tahun dan sekolah gratis yang sudah berjalan harus lebih diperhatikan lagi. Pada kenyataannya sekolah gratis yang benar-benar gratis belum sepenuhnya menjadi kenyataan. Memang untuk masuk bangku SD dan SMP sekarang tidak ada lagi kewajiban untuk membayar SPP, tapi setelah masuk orang tua tetap dibebani dengan kewajiban untuk pengadaan buku paket pelajaran. Dan pahitnya lagi buku yang sudah di beli dan di gunakan oleh si anak tidak bisa dipakai lagi (diwariskan) oleh adiknya nanti karena tiap tahun kurikulum (apapun namanya) selalu berganti, termasuk adanya perbedaan antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam hal Penerbit buku pelajaran. Dalam hal ini selain menggratis-kan masuk sekolah pemerintah juga seharusnya menyediakan buku pelajaran gratis yang baku dan seragam serta mewajibkan semua sekolah untuk menggunakannya. Pengadaan buku penunjang lain selain buku paket pokok harus benar benar hanya sebagai referensi.
Bukankah ini sangat ironis sekali bukan?!
4. Perspektif Agama
“ …..Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat……” (Qs. {58} Almujadalah : 11)
Ini berarti Agama Islam menghendaki umatnya memiliki ilmu pengetahuan, agar manusia bisa memahami syariat Allah yaitu beribadah kepada-Nya. Pelaksanaan syariat ini menuntut adanya pendidikan manusia, sehingga manusia pantas memikul amanat dan menjalankan peran sebagai khalifah-Nya.
“Menjadi Khalifatullah fil ardi” (Albaqoroh : 30)
Pendidikan yang dimaksud di sini adalah pendidikan Islam. Syariat Islam hanya dapat dilaksanakan dengan mendidik diri, generasi, dan masyarakat supaya beriman dan tunduk kepada Allah semata serta selalu mengingat-Nya.
Dengan mengenyam bangku sekolah maka anak tidak hanya diajari tentang bagaimana syariat islam, tetapi juga moral dan ahlaq, bagaimana cara berinteraksi dengan manusia lainnya dan ilmu pengetahuan. seperti hadist dibawah ini:
“Berinteraksilah dengan manusia dengan akhlaq yang baik.” [HR. Bukhari].
“ Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan Fitrah. Maka keduaorangtuanyalah yang dapat mengarahkannya atau menjadikannya sebagai seorang yahudi, Nasrani atau Majusi “ (HR. Bukhari)
Sehingga ketika anak tidak bersekolah dan tidak mendapatkan pendidikan yang layak, bagaimana mungkin, anak anak kita bisa menjadi khalifah dibumi? dimana ia diamanahkan menjadi sosok penegak, penerus, pemimpin dalam melaksanakan ajaran Allah SWT.

5. Perspektif Pendidikan karakter bangsa
Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena turut menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa emas namun kritis bagi pembentukan karakter seseorang.
Dengan bersekolah maka anak anak Indonesia mempunyai banyak celah pelajaran mengenai karakter bangsanya dan dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan sehari hari.
Karena pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai.
Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan.
Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu:
(1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis;
(2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembang-kan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
(3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
Apabila anak anak Indonesia tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak di sekolah karena ketidakmampuan orangtua dalam membiayai anak sekolah, maka bagaimana mungkin pendidikan karakter yang merupakan pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dapat dirasakan dan diaplikasikan dalam kehidupan.
Jangan jangan dengan begitu banyaknya anak yang putus sekolah di Indonesia ini merupakan ancaman lunturnya karakter bangsa Indonesia dimasa yang akan datang.


C. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan berfungsi sebagai lembaga sosial atau dapat dipandang sebagai lembaga ekonomi non profit. Sebagai lembaga sosial, sekolah memberikan pelayanan kebutuhan pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat, sedangkan sebagai lembaga ekonomi, sekolah menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi ekonomi untuk hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Hal ini dilihat dari hasil pendidikan yang memiliki dampak sosial dan ekonomi kepada masyarakat. Dampak ekonomi dapat dilihat dari peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dampak sosial dapat dilihat pada kehidupan bermasyarakat yang tenteram, aman, dan sentosa. Etika moral dan akhlak mulia masyarakat dapat dibangun melalui pendidikan, untuk memberi ketenteraman kepada masyarakat. Kesejahteraan masyarakat tidak hanya bersifat material tetapi juga sosial.
Oleh karena itu membangun Anak Indonesia Sebagai Harapan Masa Depan harus dimulai dari sekarang. Masalah Ekploitasi (anak yang harus bekerja) anak sebagai salah satu hal yang dapat menghambat pembentukan kepribadian dan Masa Depan Anak Indonesia harus dicarikan jalan keluarnya. Pembangunan di bidang Pendidikan harus menjadi porsi yang lebih besar. Pemerintah harus membuat tenang orangtua dalam menyekolahkan anaknya tidak lagi dipusingkan dengan beratnya biaya pendidikan. Dengan demikian tidak ada lagi kasus ekploitasi anak ( anak bekerja) yang dilakukan orangtua dan anak bisa benar-benar mendapatkan haknya atas pendidikan. Masyarakat juga harus sadar diri bahwa ditangannya ada tanggung jawab moral dalam pembentukan kepribadian bangsa, bahwa sebagian besar anak-anak indonesia tidak dapat merasakan pendidikan, maka hak mereka atas pendidikan juga harus diperhatikan.
Pemerintah, orangtua dan masyarakat adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam pembentukan kepribadian Anak Indonesia Sebagai Harapan Masa Depan. Bukankah kita dapat meramalakan masa depan negara ini, apabila kita mengetahui dan membiarkan bibit bibit generasi bangsa, tumbuh tanpa arahan, tumbuh tanpa pendidikan, dan tumbuh tanpa bersekolah. Bila semua tidak Sadar diri harapan akan terbentuknya sebuah generasi yang tangguh dan membanggakan tidak akan terwujud. Maka mulai dari sekarang mari kita semua sadar diri.


2. Saran
 Untuk Pemerintah :
Hanya dengan generasi penerus yang terdidik dan cerdas serta bermoral, maka hari depan bangsa bisa dibayangkan titik terangnya. Namun pendidikan di Indonesia semakin lama semakin mahal. Program pendidikan gratis yang diterapkan pemerintah pun masih dianggap belum efektif dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia.
Program wajib belajar 9 tahun dan sekolah gratis yang sudah berjalan harus lebih diperhatikan lagi. Pada kenyataannya sekolah gratis yang benar-benar gratis belum sepenuhnya menjadi kenyataan. Memang untuk masuk bangku SD dan SMP sekarang tidak ada lagi kewajiban untuk membayar SPP, tapi setelah masuk orang tua tetap dibebani dengan kewajiban untuk pengadaan buku paket pelajaran. Dan pahitnya lagi buku yang sudah di beli dan di gunakan oleh si anak tidak bisa dipakai lagi (diwariskan) oleh adiknya nanti karena tiap tahun kurikulum (apapun namanya) selalu berganti, termasuk adanya perbedaan antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam hal Penerbit buku pelajaran. Dalam hal ini selain menggratis-kan masuk sekolah pemerintah juga seharusnya menyediakan buku pelajaran gratis yang baku dan seragam serta mewajibkan semua sekolah untuk menggunakannya. Pengadaan buku penunjang lain selain buku paket pokok harus bersifat opsional.
 Untuk orang tua :
Orang tua, seharus memberikan kesempatan yang sama dan tidak membeda-bedakan antara hak anak laki-laki dan perempuan dalam memperoleh akses pendidikan. Karena krisis ekonomi yang berkepanjangan menjadikan orangtua mengutamakan anak laki-laki dari pada anak perempuan untuk bersekolah. Akibatnya, memperbanyak anak perempuan tidak bersekolah, buta huruf atau drop out di pendidikan dasar. Selanjutnya mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga, buruh tani dan kebun, buruh serabutan dan ada yang terlibat prostitusi.
Sebisa mungkin jangan biarkan anak bekerja karena awalnya pekerja anak tersebut hanya untuk membantu perekonomian orangtua, tetapi lama kelamaan banyak anak yang terjebak sebagai pekerja permanen. Mereka akhirnya menikmati hasil pendapatan dan berakibat anak lebih sering bolos sekolah dan kemudian drop out .
 Untuk Guru dan Sekolah
Untuk para pengambil keputusan bidang pendidikan, kepala sekolah, pengawas, dan para guru untuk menekankan pentingnya pembelajaran yang menarik, menyenangkan, inspiratif. Agar anak-anak senang belajar dan dapat menarik anak yang bekerja agar kembali ke sekolah.
Yang paling penting adalah agar PGRI provinsi memberikan beasiswa serta juga meminta pihak sekolah agar membebaskan anak dari segala pungutan. Ini membuka kesempatan anak anak yang orangtuanya tidak mampu membiayai sekolah dapat kembali mengenyam bangku sekolahan.
 Masyarakat
Seharusnya masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim jangan hanya menyerahkan sepenuhnya pendidikan kepada lembaga pendidikan. Namun, keluarga-keluarga Muslim juga harus memberikan kontribusinya, yaitu dengan memberi bekal pendidikan dari rumah, baik pengetahuan umum maupun agama. Keluarga Muslim menjadi benteng bagi anak-anaknya.Apalagi, sekarang ini semakin besar tantangan yang harus dihadapi keluarga Muslim. Ini harus menjadi perhatian umat Islam. Selain pendidikan, hal lain yang perlu diperhatikan adalah keterlibatan institusi atau ormas Islam dalam melakukan pembinaan terhadap umat.
Masyarakat juga bertanggung jawab untuk membentuk moral anak anak indonesia. Jadi, anak anak nantinya akan berperilaku baik dan berakhlak mulia tak hanya saat berada di rumah atau masjid, tapi juga dalam kehidupan social.

Kamis, 05 Mei 2011

Filosofi hidup ( Vilia Jeny W)

Bagaimana Jeny memandang hidup?

Aku tak pernah bisa merubah masalalu... tapi aku bisa memperbaiki masa depan!! dan akan aku lakukan mulai detik ini....

Aku idealis...,

tapi yg pasti meski Idealis sumber referensi berfikir aku adalah Alquran dan Al hadist so mudah mudahan g melenceng....
Aku... g suka mengorbankan sesuatu yg aku yakini hanya demi seonggok (yg kta...nya) emas... heheh

Dalam hidup ini, aku tak pernah terlalu lama menoleh kebelakang. Rasa ingin tahu tentang masa depan membuat aku harus berfikir maju untuk mencari pintu yang menuju kearah Nya.... Sampai pada waktunya.... aku akan menemukan kunci yang tepat!

Ada satu hikmah dibalik doa seorang hamba yang belum terkabul, hal ini bisa jadi karena Allah Menunda doa hambaNya itu, atau Allah mengganti doa hambaNya dengan yang lebih baik karena Allah tahu yang terbaik untuk hambaNya. Tapi ada satu lagi yang tidak kita sadari alasan kenapa doa kita belum dikabulkan Allah, karena mungkin doa kita berkaitan dengan takdir milik orang lain..

Suatu ketika,di dalam angkot aku mendengar seorang ayah bicara pada anaknya tentang masa depan, dia begitu semangat membicarakan bagaimana mempersiapkan masa depan. Aku tersenyum dalam hati " Bagaimana mungkin kita bisa sampai dimasa depan tanpa kita melewati hari ini.." sempat menarik napas sedikit.
"Seharusnya kita selalu mempersiapk...an hari ini dengan sebaik baiknya, karena sesungguhnya masa depan adalah hari ini....

Seandainya aku bisa melompati takdir untuk sampai pada tujuan hidupku, maka akan aku lakukan itu, tapi sayangnya aku tak mampu! sehingga aku harus berjalan setapak demi setapak untuk tiba dihari itu, sungguh! ini teramat melelahkan.. tapi aku yakin aku bisa.......

Ternyata kalau ada orang yang menyakiti hati kita itu, mungkin karena kita juga pernah menyakiti hati orang lain! Hanya saja terkadang kita g menyadarinya saja. Makanya mulai sekarang kalau ada yang menyakiti hati kita, jangan langsung marah, tapi intropeksi diri dulu, mungkin kita juga pernah melakukan itu..

Setiap manusia memerlukan prinsip dalam hidup, hal ini ( IDEALISME ) bisa dijadikan sebuah tameng dari perbudakan orang orang yang mengaku memiliki kedudukan. Sebab tak selamanya mereka yang memiliki gelar dan jabatan bisa luput dari kesalahan........., harus diingat prinsip perlu diiringi oleh idealisme..... Asal jangan menTuhankan Idealisme diatas sebuah ke Egoisan manusia.............


Membangun image yang baik terkadang dibutuhkan dalam bersosialisasi. Tetapi yang terpenting adalah Image tersebut dibangun karena kita memang INGIN berbuat baik, bukan karena INGIN DIANGGAP baik! karena itu adah dua hal yang berbeda.....

Tidak ada kebebabasan yang benar benar bebas! karena kebebasan sejati pada hakikatnya adalah kebebasan yang dibatasi oleh norma agama dan nilai nilai Islami. dan atas nama hak asasi manusia maka sudah sepatutnya kebebasan dibelenggu oleh hal hal yang bersifat agamis! Universal..

mencari sebuah kebenaran! bukan dari pembenaran banyak orang! kebenaran akan selalu ada sebab ia tak pernh hilang! ia hanya bersembunyi untuk sementara, hingga saatnya tiba...


Bagaimana Jeny Memandang seseorang?


ada sebuah pertanyaan mengapa seseorang yang telah menjadi 'Seseorang' terkadang suka bersembunyi dibalik status demi sebuah image yang dibangun diatas kepurapuraan? sementara seseorang yang 'Bukan Siapa siapa?' dapat enjoy menikmati hidup dan menjadi diri sendiri? pertanyaan kedua? apakah image hars sinkron dengan status seseorang???

Ketika seseorang terlalu tinggi memberikan standar untuk dirinya, sementara dia tidak melihat seberapa besar potensi yang dimiliki, maka jangan kecewa bila tidak mampu mencapai titik kesempurnaan... Terlebih untuk orang2 yang mengharapkan kesempurnaan dalam hidup dan memandang orang lain dengan sebelah mata...


Meskipun terkadang seseorang merasa bahwa dirinya memiliki selfconcept yg baik. Hal ini tidak bisa dijadikan alasan kalau orang lain tidak berhak memberi saran, kritik, bahkan mencaci sekalipun. Semua ini karna tak ad mansia yg lupt dr hukum aksi dan reaksi...

Hanya seorang yang pemarah yang bisa betul-betul bersabar. Seseorang yang tidak bisa merasa marah tidak bisa disebut penyabar, karena dia hanya tidak bisa marah. Dan bila kita mengatakan bahwa untuk bersabar itu sulit, itu sangat tepat, karena kesabaran kita diukur dari kekuatan kita untuk tetap mendahulukan yang benar dalam perasaan yang membuat kita seolah-olah berhak untuk berlaku melampaui batas.

Selasa, 03 Mei 2011

Pandangan Psikologi tentang Cara belajar anak

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia dini (0-8 thn) merupakan usia yang sangat menentukan, dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi pengembangan intelegensi permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi.
Informasi tentang potensi yang dimiliki anak usia itu, sudah banyak diketengahkan di media massa dan media elektronik lainnya. Bahkan sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan, pada usia itu memiliki kemampuan intelegensi yang sangat tinggi.
Tetapi kenyataannya, sebagian besar orang tua dan guru tidak memahami akan potensi luar biasa yang dimiliki anak-anak pada usia itu. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki orang tua dan guru, menyebabkan potensi yang dimiliki anak tidak berkembang. Selain itu, ada juga guru dan orang tua dari anak usia dini yang tidak tahu bagaimana caranya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak.
Sebenarnya pengembangan potensi yang dimiliki oleh anak usia dini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara dan metode. Cara dan metode tersebut harus bertitik tolak dari sifat dan karakteristik dari anak yang bersifat unik. Selain itu juga harus memperhatikan perkembangan anak yang meliputi: perkembangan fisik dan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial emosional, dan perkembangan bahasa. Bidang-bidang tersebut di atas harus dikembangkan secara menyeluruh (holistik) dan tidak menekankan pada salah satu bidang pengembangan saja. Walaupun nantinya anak akan mengalami perkembangan yang berbeda dari setiap aspek perkembangannya.
Pengembangan potensi yang dimiliki anak termasuk di dalamnya pengembangan kognitif (pengembangn pembelajaran bidang sains) memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan. Kesadaran akan pentingnya pembekalan sains pada anak akan semakin tinggi apabila menyadari bahwa manusia hidup di dunia yang dinamis, berkembang dan berubah secara terus menerus bahkan makin menuju masa depan, semakin komplek ruang lingkupnya, dan tentunya akan semakin memerlukan sains. Hakekat sains perlu dikaji, diteliti dan ditekuni. Anak-anak sebagai generasi yang dipersiapkan untuk masa depan yang diduga akan semakin rumit, berat, dan banya problemanya perlu dibekali dengan penguasaan sains yang memadai, tepat, bermakna, dan fungsional. Dengan prediksi masa depan yang demikian, pembekalan sains bagi mereka menjadi mutlak, sehingga sains pada diri mereka muncul sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran dalam kehidupan kelak.
B. Rumusan Masalah
Berhasil tidaknya proses dan hasil suatu bidang pengembangan (terutama sains) bagi anak usia dini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antara faktor yang fundamental yang turut berpengaruh adalah para pengajar dan pendidik sains. Agar pembekalan sains pada anak berjalan secara optimal, hendaknya orang-orang yang terlibat dalam pendidikan sains betul-betul memahami hakekat sains secara benar, memahami hakekat anak secara benar, dan tentu saja model dan media pembelajaran yang benar pula.
Maka rumusan masalah yang akan kami bahas adalah :
1. Bagaimana Pandangan Psikologis mengenai Cara belajar anak?
2. Bagaimana hubungan antara Anak, Belajar dan Sains?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar bisa membantu para pendidik dan orangtua memahami berbagai macam cara belajar anak dan juga membantu guru untuk mengembangkan program sains yang sesuai dengan bagaimana cara anak dalam mempelajari sains.





BAB II
PANDANGAN PSIKOLOGIS TENTANG CARA BELAJAR ANAK

A. Pandangan Kaum kognitifitas tentang belajar anak
Kaum kognitifitas memandang bahwa cara belajar anak lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. kelompok ini juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah akan menghilangkan makna belajar. kelompok ini juga berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain. (Asri, 2005 : 34). Belajar adalah aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar di sini antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima (faktor eksternal) dan menyesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah terbentuk di dalam pikiran seseorang (background knowledge) berdasarkan menekankan pada struktur internal pembelajar dan lebih memberi perhatian pada bagaimana seseorang menerima, menyimpan, dan mengingat kembali informasi dari perbendaharaan ingatan. Ada beberapa kelompok penganut kognitifitas, namun fokus dari penganut teori ini sama yaitu pada soal bekerjanya pikiran manusia (Mukminan, 1998:53).
Banyak ahli telah memberikan pandangan menganai cara belajar anak kognitif. Berikut ini beberapa pandangan tentang cara belajar anak menurut para tokoh aliran kognitif:
1. Jerome Bruner
Bruner menganggap manusia sebagai pengolah informasi, pemikir dan pencipta. Dari hasil penelitiannya manusia bukanlah seperti mesin yaitu mengasosiasikan respon khusus dengan stimulus khusus. Individu cenderung melakukan peran untuk mentranformasikan belajarnya kepada berbagai persoalan. Baginya Individu bukan hanya aktif tetapi juga fungsional.
Dua hal yang penting terkait dengan sains yaitu :
a) Sains atau pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses aktif
b) Manusia aktif membangun pengetahuannya melalui hubungan informasi yang yang diperoleh kedalam frame psikologisnya.
Secara lebih luas lagi ini berarti pengembangan program sains untuk anak usia dini haruslah dikemas dengan pilihan pilihan kegiatan yang dapat mengaktifkan anak dalam menggalinya.
Bruner juga berpendapat bahwa terdapat lima tujuan pendidikan yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur arah pengembangan program sains yang dapat dibuat oleh para guru. Yaitu
1. Membawa siswa untuk menemukan nilai dan kemampuanya dalam menduga permasalahan, pendekatan terhadap masalah dan merealisasikan aktivitas pemecahannya.
2. Mengembangkan kepercayaan diri akan kemampuan memecahkan masalahnya dengan menggunakan pikirannya sendiri.
3. Membantu siwa agar memiliki dorongan dalam diri untuk menggunakan kemampuannya dalam menghadapi berbagai mata pelajaran.
4. Mengembnagkan cara berfikir ekonomis melalui pengembangan belajar yang mendorong mencari relevansi dan stuktur dari apa yang di pelajari.
5. Mengembangkan kejujuran intelektual yakni kesadaran menggunakan peralatan dan bahan bahan dari pengetahuan untuk menilai dan menguji suatu pemecahan masalah.
Jadi, menurut Bruner tujuan pendidikan sains hendaklah melatih siswa dalam menggunakan pikirannya, kekuatannya serta kejujurannya serta teknik teknik yang dimilikinya dengan percaya diri. Karena itulah guru harus bisa mengembangkan program sains yang dapat mengeksplorasi dan berinteraksi sains dan rekannya secara optimal. Prinsipnya pembelajaran sains, yaitu cara memberi tahu dan cara berbuat, akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam sekitarnya dengan mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian dalam interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lainnya.
Hal ini berarti, belajar sains tidak hanya belajar dalam wujud pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, tetapi juga belajar tentang pengetahuan prosedural berupa cara memperoleh informasi, cara sains dan teknologi bekerja, kebiasaan bekerja ilmiah, dan keterampilan berpikir. Belajar sains memfokuskan kegiatan pada penemuan dan pengolahan informasi melalui kegiatan mengamati, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi, memecahkan masalah, dan sebagainya.
Bruner yakin anak belajar berdasarkan perkembangannya sehingga anak dapat di intervensi dengan program yang sesuai dengan perkembangannya.
2. Piaget
Menurut pandangan Piaget anak anak berkembang secara kognitif melalui keterlibatan aktif dengan lingkungannya, dan setiap tahapan perkembangan salin terjalin dan terintergrasi satu sama lain.
Tahap perkembangan Kognitif yaitu :
a. Tahap Sensori (0 – 2 tahun)
1) Refleks ketika baru lahir, seperti refleks menghisap, menggenggam.
2) Gerakan gerakan sederhana yang merupakan kebiasaan sudah dapat dilakukan oleh anak, tetapi hanya terbatas pada adanya reaksi dari lingkungan dalam situasi tertentu.
3) Gerakan gerakan yang berulang yang dilakukan anak bertujuan untuk mendapatkan efek yang menyenangkan bagi anak dari dunia sekitarnya.
4) Rangkaian aksi yang dilakukan memiliki tujuan, tetapi dilakukan atas dasar adanya suatu aksi yang mendahului.
5) Penjelajahan barang-barang atau objek atas dasar tingkah laku yang mereka lakukan dengan cara mereka sendiri.
6) Adanya gambaran internal terhadap objek objek yang menghilang dan kejadian dimasa lalu.

b. Tahap Pra Operasional ( 2-7 tahun)
1) Egosentris, anak yang berada pada tahap ini menganggap bahwa anak anak lain uga dapat merasakan, berpikir dan merasa sama seperti diri mereka sendiri.
2) Animistis, anak yang berada pada tahap ini mengganggap bahwa benda –benda yang mati memiliki kehidupan.
3) Persepsi lompatan pemikiran, anak yang berada dalam tahap ini selalu membuat penilaian dengan terburu buru, berdasarkan penampilan dari objek tersebut.
4) Pemusatan pemikiran pada satu aspek, anak yng berada pada tahapan ini cenderung hanya memperhatikan pusat dari suatu aspek dalam suatu situasi dan mengabaikan hal – hal lain yang lebih penting.
5) Alasan Transduktif, anak yang berada pada tahap ini kurang dapat memperhatikan keterangan yang didasarkan fakta fakta.
6) Tidak dapat mengklasifikasikan secara hierarkis, anak pada tahap ini memiliki kesulita dalam mengelompokan benda benda berdasarkan kelas kelas dan sub sub kelasnya.

c. Konkret Operasional (7-12 tahun)
1) Penyimpanan, anak yang berada dalam tahap ini, menyadari bahwa beberapa karakteristik fisik tertentu dari suatu benda ternyata adalah sama bahkan ketika penampilan luarnya berbeda.
2) Mulai berfikir dengan banyak aspek, anakn yang berada dalam tahap ini dapat mengkoordinasikan penampilan luar yang penting dari suatu objek, bahkan lebih baik daripada memusatkan perhatian hanya pada persepsi dominan saja.
3) Pembalikan, anak yang berada dalam tahap ini dapat berpikir dengan cara yang berurutan tentang suatu masalah, lalu mundur kembali kebagian awal.
4) Pengklasifikasian secara hierarkis, anak yang berada pada tahap ini dapat menggabungkan dan memisahkan benda benda secara fleksibel menurut hierarki pembagian berdasarkan kelas-kelas dan sub-sub kelas.
5) Pengaturan, anak yang berada pada tahap ini dipimpin oleh rencana yang menyeluruh ketika mereka mengatur benda benda dalam suatu urutan.
6) Operasi mengenai ruang, anak yang berada pada tahap ini mulai dapat menghemat jarak,sudah memahami hubungan antara jarak, waktu dan kecepatan dan menciptakan peta berpikir dari lingkungan yang sudah dikenalnya.
7) Horizontal decalage, konsep-konsep logika diajarkan terus menerus dengan latihan didalam lingkuangan kehidupan anak.

d. Formal Operasional (12 tahun keatas)
1) Hipotesis-alasan deduktif, mulai dapat menduga duga dan memikirkan tentang semua factor yang memungkinkan.
2) Sebab-akibat,dapat berpikir sebab akibat.
3) Dalil pemikiran, dapat mengecaluasi pernyataan pernyataan logis dengan mengemukakan pertanyaan mereka sendiri.

Kegiatan murid dalam membentuk pengetahuannya sendiri menjadi hal yang sangat penting dalam sistem Piaget ini. Proses belajar harus dapat membantu dan memungkinkan murid mengkonstruksi pengetahuannya. Oleh sebab itu kegiatan belajar harus memungkinkan murid mengalami berbagai pengalaman itu dan bertindak terhadap pengalaman-pengalaman tersebut.Berdasarkan tahapan tahapan itu maka menurut piaget anak dalam melakukan pembelajaran sains harulah melalui praktek langsung sehingga lebih dapat dipahami dan oleh anak secara bermakna. Pembelajaran sains selain harus lebih bermakna juga harus memberi peluang kepada siswa untuk melakukan percobaan sendiri dari pada harus mendengarkan lebih banyak dari hasil ceramah dari guru. Guru harus mampu menghadirkan materi pelajaran yang membawa murid kepada suatu kesadaran untuk mencari pengetahuan baru .

3. Robert Gagne
Robert Gagne mengembangkan suatu pendekatan tingkah laku . Gagne mengusulkan bahwa perlu melakukan analisis yang seksama mengenai setiap situasi latihan dan pendidikan untuk menentukan tugas tugas macam apa yang harus dilibatkan, baik dalam tujuan akhir maupun dalam tujuan tambahan. Menurutnya pengetahuan psikologi dapat digunakan dalam para pealtih dan pendidik dalam berbagai tipe belajar, asalkan anak diatur dalam klasifikasi atau taksonomi analisis tugas, perpindahan tugas, pencapaian tugas dan pengaturannya, karena psikologis memiliki tujuan menyelidiki kondisi dimana belajar itu akan terjadi dan dapat melukiskan syarat syarat secara objektif. Aspek penting dari seorang anak menurutnya adalah perasaannya, pusat susunan syaraf dan urat uratnya. Kelenjar , motif, tujuan dan maksud dan harapan dari anak dan pengertiannya sehubungan dengan hal hal tersebut mempunyai nilai yang bermakna untuk selanjutnya.
Oleh karena itu program sains yang yang akan diberikan pada anak usia dini hendaklah telah melalui suatu proses analisis tugas dan kemampuan anak, atas pertimbangan berbagai macam variasi kegiatan yang dimintai dan dapat merangsang anak, serta sesuai dengan aspek anak sebagai invidu yang unik. Jadi segala sesuatu yang akan diperkenalkan pada anak termasuk bidang sains harus memawal pertimbangkan potensi anak, tetapi aspek lingkungan juga harus dipertimbangkan sehingga terjadi keseimbangan dalam mempertimbangkan kondisi anak sebelum memasuki proses belajar. Selanjutnya, bahan kajian sains yang berkaitan dengan pemahaman konsep dan penerapannya adalah :
1. Percobaan-percobaan dengan menggunakan magnet(permainan memancing, bermain magnet di bak pasir);
2. Percobaan-percobaan sains yang berkaitan dengan warna
3. Percobaan-percobaan tentang berat benda dalam air, baik itu air tawar atau air yang mengandung garam.
4. Percobaan-percobaan lainya, seperti mengenal benda kasar dan halus yang ada disekitar kita.


4. Ausubel
Menurut Ausubel ada empat bentuk dalam belajar yaitu :
1. Belajar menghafal (rote learning) VS Belajar bermakna (meaningful learning)
2. Belajar menerima VS belajar Diskaveri ( Inquiri )
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur penertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar .Belajar bermakma terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru dengan konsep yang telah ada sebelumnya.. Dalam belajar bermakna sesuatu dipelajari dari makna, makna dapat terjadi karena :
1) ada hubungan antara sesuatu fakta atau pengetahuan dengan fakta atau pengetahuan lainnya.
2) Ada hubungan antara sesuatu pengetahuan dengan penggunaannya.
Bila konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal Belajar menghafal ini perlu bila seseoarang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahui sebelumnya.
Belajar menerima adalah suatu bentuk kegiatan belajar, dengan peranan siswa lebih pasif, mereka lebih banyak menerima apa yang disampaikan oleh guru. Pengertian menerima atau pasif lebih banyak menyangkut proses mental terutama berfikir. Bentuk belajar menerima biasanya mendengarkanpenjelasan atau ceramah.
Belajar Diskaveri juga disebut belajar inquirí, karena belajar dan ini bersifat aktif karena ada sejumlah proses mental yang dilakukan siswa, belajar diskaveri lebih banyak menuntut aktivitas berfikir dan bahkan tidak jarang menuntut sejumlah aktivitas fisik. Adapun bentuk belajar diskavery adalah melakukan tanya jawab, melakukan diskusi, observasi, percobaan , wawancara nara sumber.
Percobaan sains merupakan bentuk dari belajar diskaveri karena selain berisi kegiatan bermain belajar, kegiatan percobaan sains ini juga dapat mengembangkan berbagai kreativitas yang dimiliki oleh anak didik, dengan kegiatan ini anak mencoba menemukan sesuatu yang baru belum pernah diketahui sebelumnya melalui eksperimen-eksperimen yang sederhana dimana anak melakukan tanya jawab, melakukan diskusi, observasi, percobaan , wawancara nara sumber

B. Pandangan Kaum Behavioral tentang belajar anak
Kaum Behavioral biasa juga disebut “S-R Psychologis”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya.
Guru yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa tingkah laku murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan segenap tingkah laku adalah merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.
Prinsip-prinsip pandangan cara belajar anak kaum behaviorisme adalah :
1. Obyek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek
3. Mementingkan pembentukan kebiasaan
Berikut ini beberapa pandangan tentang cara belajar anak menurut para tokoh aliran Behavioralisme:
1. Edward Edward Lee Thorndike (1874-(1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum, yaitu :

a. Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
b. Hukum latihan
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
c. Hukum akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.
2. BF Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.
Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan dan Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
b. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Ada Beberapa prinsip belajar yang dapat digunakan berdasarkan aliran ini yaitu :
1. Perlu adanya tujuan yang jelas tingkah laku apa yang yang diharapkan dicapai oleh anak.
2. Memberikan tekanan pada kemajuan individu sesuai dengan kesanggupannya.
3. Pentingnya penilaian yang kontinyu untuk menetapkan tingkat kemajuan yang dicapainya.
4. Prosedur pengajaran perlu dilakukan melalui modifikasi atas dasar hasil evaluasi dan kemajuan yang dicapainya.
5. Hendaknya menggunakan positiv reinforcment
6. Menggunakan Prinsip belajar Tuntas
7. Program remedial untuk siswa yang membutuhkannya
8. Peranan guru sebagai arsitek dan pembentuk tingkah laku.

B. Anak, Belajar dan Sains
 Karakteristik Anak Usia Dini menurut Richard D. Kellough (1996) adalah :
1. Egosentris
Ia cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri.
2. Memiliki Curriosity yang tinggi
Anak mengira dunia ini penuh dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Bagi anak, apapun yang dijumpai adalah istimewa dalam persepsinya.
3. Makhluk sosial
Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial di sekolah. Karena sekolah adalah tempat terlama anak berada. Di sana ia akan membangun kepuasan melalui penghargaan diri.
4. The Unique Person
Setiap anak berbeda. Mereka memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang sangat berbeda satu sama lainnya. Sehingga penanganan pada setiap anak berbeda pula caranya.
5. Kaya dengan fantasi
Mereka senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada umumnya mereka kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun. Hal ini disebabkan imajinasi anak berkembang melebihi apa yang dilihatnya.
6. Daya konsentrasi yang pendek
Menurut Berg (1988) disebutkan bahwa sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya perhatian yang pendek membuat ia masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama, kecuali terhadap hal-hal yang menyenangkan.
7. Masa usia dini merupakan masa belajar yang paling potensial
Masa anak usia dini disebut sebagai masa ‘golden age’ atau magic years (Petterson). Pada periode ini hamper seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Oleh karena itu, pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya.

Hakikat pembelajaran Sains (Puskur, 2003) adalah pembelajaran yang mampu merangsang kemampuan berfikir siswa meliputi empat unsur utama (1) sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah;
Berdasarkan hakikat pembelajaran sains diatas, sesungguhnya fungsi dari pembelajaran sains yang dapat meumbuhkan berfikir logis, berfikir rasional , analitis dan kritis dapat berkontribusi secara signifikan dalam pembentukan potensi anak usia dini, sesuai dengan karakteristik anak usia dini diatas.
Ada beberapa cara anak belajar sains dapat dilatihkan pada anak usia dini yang sesuai dengan pandangan kaum kognitif yaitu Pertama, mengamati. Caranya, ajak anak-anak mengamati fenomena alam yang terjadi di sekeliling kita. Dimulai dari yang paling sederhana. Misalnya, mengapa es bisa mencair? Mengapa ada siang dan malam, dan sebagainya.
Kedua, mengelompokkan. Dalam hal ini, anak diminta untuk menggolongkan benda sesuai kategori masing-masing. Misalnya kelompok bunga-bungaan, kelompok biji-jian, kelompok warna yang sama, dan lain sebagainya.
Ketiga, memprediksi. Misalnya, berapa lama es akan mencair, berapa lama lilin akan meleleh, berapa lama air yang panas akan menjadi dingin, dan seterusnya. Keempat, menghitung. Kita mendorong anak untuk menghitung benda-benda yang ada di sekeliling, kemudian mengenalkan bentuk-bentuk benda kepadanya.
Pembelajaran sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung. Dengan demikian, siswa perlu dibantu untuk mampu mengembangkan sejumlah pengetahuan yang menyangkut kerja ilmiah dan pemahaman konsep serta aplikasinya. Bahan kajian kerja ilmiah adalah :
1. mampu menggali pengetahuan melalui penyelidikan/ penelitian,
2. mampu mengkomunikasikan pengetahuannya,
3. mampu mengembangkan keterampilan berpikir,
4. mampu mengembangkan sikap dan nilai ilmiah.
Dibawah ini adalah sebab mengapa anak anak dapat dan penting dalam penguasaan pengembangan sains serta kaitannya dengan peluang peluang dalam proses pembelajaran dan penerapannya pada anak anak :

1. Anak memiliki bakat dan potensi yang menakjubkan.
Diantara bakat dan potensi yang paling mendasar terkait dengan sains adalah setiap anak sejak kelahirannya dipenuhi rasa ingin tahu yang tinggi untuk mengenal dunianya. Mereka senang menjelajah, memiliki keinginan untuk bergerak, tertarik pada suatu hal yang baru. Itu merupakan landasan pengembangan sains yang berharga.
2. Anak adalah makhluk individu.
Anak merupakan individu yang karakteristik dan kesiapan untuk dikembangkan pada fokus tertentu dan menarik baginya, kadang anak memiliki cara tersendiri, dan berbeda dengan yang lainya untuk mencoba sesuatu.
3. Anak adalah Pelajar.
Cara cara memfasilitasi anak yang tepat, dapat membangun pengalaman belajarnya yang bermakna bagi setiap anak, sehingga sumber belajar utama dalam pembelajaran sains adalah pengalaman pengalaman belajar langsung.
4. Anak adalah Pelaku dan perencana
Maksudnya anak sebagai pealku dan perencana adalah pembelajaran dianggap tepat apabila anak juga dilibatkan dalam kegiatan pengembangan perencanaan sains. Pelibatan lebih dimaksudkan sebagai membawa anak untuk mengenal rangkaian pemahaman sains yang sedang dipelajarinya secara utuh, dari proses awal hingga akhir.
5. Anak adalah peka dan Pengindra
Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.
6. Anak adalah Pemikir.
Setiap peralatan diotak anak dilengkapi kemampuan berfikir dan dalam otak setiap anak terdapat model awal scientifik yakni kemampuan dan kepekaan cara cara mengorganisasikan pengetahuan yang ia ketahui tentang dunianya. Model awal saintifik tersebut merupakan jalan awal untuk mengindentifikasikan perbedaan, menemukan jawaban jawaban menemukan jawaban atas permasalahan.













BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kaum kognitifitas memandang bahwa cara belajar anak lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. kelompok ini juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah akan menghilangkan makna belajar. kelompok ini juga berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain.
2. Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
3. Anak, Belajar dan Sains
anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.
Anak usia dini masih sulit menghubungkan sebab akibat yang tidak terlihat secara langsung karena pikiran mereka yang bersifat transduktif. Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara langsung. Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan kegiatan yang melatih anak menghubungkan sebab akibat.
B. Saran
1. Pembelajaran sains untuk anak harus menggunakan metode yang menyenangkan dan merangsang rasa ingin tahu anak .
2. Kegiatan bermain belajar adalah metode kegiatan percobaan sains yang dapat mengembangkan berbagai kreativitas yang dimiliki oleh anak didik, dengan kegiatan ini anak mencoba menemukan sesuatu yang baru belum pernah diketahui sebelumnya melalui eksperimen-eksperimen yang sederhana.
3. Harus ada keragaman media memfasilitasi beragamnya cara belajar anak dalam pembelajaran sains
4. Mengenalkan sains dan matematika pada anak bukan berarti mengenalkan rumus-rumus. Suasana harus fun, sehingga anak dalam kondisi ceria akan bertanya mengapa bisa demikian? Apakah kejadian selanjutnya? Dan sebagainya.
5. Perlu diingat, mengenalkan sains pada anak harus sesuai dengan tahapan umur dan perkembangannya. Sebagian besar waktu dari anak usia dini dihabiskan bersama orang tua. Maka yang perlu dilakukan orang tua adalah meluangkan sedikit waktu untuk bermain dengan anak. Dalam situasi bermain itulah kita dapat melakukan eksperimen sains dan mengenalkan matematika.






DAFTAR PUSTAKA

1. Dave Meier , The Accelereted Learning : Kaifa, tahun 2002
2. Bobbi DePorter dan Mike Hernacki .Quantum Learning. Kaifa, tahun 1992
3. Drs. Ali Nugraha, Pengembangan pembelajaran Sains Pada anak usia dini. Dept. Pendk Nasional. Jakarta 2005

























Selasa, 19 April 2011

Pandangan Psikologi tentang gaya belajar anak

Belajar adalah suatu proses. Artinya kegiatan belajar terjadi secara dinamis dan terus-menerus yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan (knowledge) atau perilaku (behavior).
Dua anak yang tumbuh dalam kondisi dan lingkungan yang sama dan meskipun mendapat perlakuan yang sama, belum tentu akan memiliki pemahanan, pemikiran dan pandangan yang sama terhadap dunia sekitarnya. Masing-masing memiliki cara pandang sendiri terhadap setiap peristiwa yang dilihat dan dialaminya. Cara pandang inilah yang kita kenal sebagai “Gaya Belajar”.
Belajar sebenarnya mengandung arti bagaimana kita menerima informasi dari dunia sekitar kita dan bagaimana kita memproses dan menggunakan informasi tersebut. Mengingat setiap individu memiliki keunikan tersendiri dan tidak pernah ada dua orang yang memiliki pengalaman hidup yang sama persis, hampir dipastikan bahwa “Gaya Belajar” masing-masing orang berbeda satu dengan yang lain. Namun, di tengah segala keragaman “Gaya Belajar” tersebut, banyak ahli mencoba menggunakan klasifikasi atau pengelompokan “Gaya Belajar” untuk memudahkan kita semua, khususnya para guru, dalam menjalankan tugas pendidikan dengan lebih strategis.

Selain itu juga gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).
Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pebelajar. Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan (Nunan, 1991: 168).
Keanekaragaman Gaya belajar mahasiswa perlu diketahui pada awal permulaannya diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani. Hal ini akan memudahkan bagi pembelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Pembelajar akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan pembelajar dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat. Meningkatkan kemampuan intelegensinya (Kolb 1984 ), yang sangat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan mahasiswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar.
Belajar di bidang formal tidak selalu menyenangkan. Apalagi jika belajar dengan terpaksa . Menghadapi keterpaksaan untuk belajar jelas bukan hal yang menyenangkan. Tidak akan mudah bagi seseorang untuk berkonsentrasi belajar jika ia merasa terpaksa. Oleh karena itu, diperlukan jalan bagaimana agar belajar menjadi hal yang menyenangkan, atau …. walaupun tetap terpaksa, tapi dapat menjadi lebih mudah dan efektif.
Para ahli di bidang pendidikan mencoba mengembangkan teori mengenai gaya belajar sebagai cara untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang mudah dan menyenangkan. Sebagaimana kita ketahui, belajar membutuhkan konsentrasi. Situasi dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar. Jika kita mengenali gaya belajar, maka kita dapat mengelola pembelajaran pada kondisi apa, dimana, kapan dan bagaimana cara pembelajaran yang baik dan efektif.

Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan . Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah.
Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat kita menjadi lebih pandai. Tapi dengan mengenali gaya belajar, kita akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Anda tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat optimal.

B. Macam-macam Gaya Belajar berdasarkan pandangan Psikologis
 Gaya Belajar Menurut David Kolb
Tanpa disadari dan direncanakan sebelumnya, setiap anak memiliki cara belajarnya sendiri. Mencoba mengenali “Gaya Belajar” anak, dan tentunya setelah guru mengenali “Gaya Belajar”nya sendiri, akan membuat proses belajar-mengajar jauh lebih efektif.Dari sekian banyak teori atau temuan mengenai “Gaya Belajar”, dalam kesempatan ini akan membahas sebuah model yang dikemukakan oleh David Kolb (Styles of Learning Inventory, 1981).
David Kolb mengemukakan adanya empat kutub (a-d) kecenderungan seseorang dalam proses belajar, kutub-kutub tersebut antara lain:
a). Kutub Perasaan/FEELING (Concrete Experience)
Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Dalam proses belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang dihadapinya.
b) Kutub Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization)
Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Dalam proses belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta mengembangkan teori dan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
c) Kutub Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation)
Anak belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Dalam proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk opini/pendapat.
d) Kutub Tindakan/DOING (Active Experimentation)
Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Dalam proses belajar, anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya.
Menurut Kolb, tidak ada individu yang gaya belajarnya secara mutlak didominasi oleh salah satu saja dari kutub tadi. Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari dua kutub dan membentuk satu kecenderungan atau orientasi belajar.
Empat kutub di atas membentuk empat kombinasi gaya belajar.
Pada model di atas, empat kombinasi gaya belajar diwakili oleh angka 1 hingga 4, dengan penjelasan seperti di bawah ini:
1. Gaya Divergir
Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching). Anak dengan tipe Diverger unggul dalam melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah “mengamati” dan bukan “bertindak”. Anak seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide (brainstorming), biasanya juga menyukai isu budaya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi. (Vigotsky)
2. Gaya Assimillator
Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching). Anak dengan tipe Assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe ini kurang perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak, mereka juga cenderung lebih teoritis. (Piaget)
3. Gaya Converger
Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak dengan tipe Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antar pribadi. (Ausubel)
4. Gaya Accomodator.
Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak dengan tipe Accommodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi / dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan / informasi) dibanding analisa teknis. (Guilford)
Menyimak berbagai gaya belajar di atas, sebagai guru perlu kiranya kita tetap sensitif terhadap strategi belajar kita sendiri, yang mungkin sama atau sama sekali berbeda dengan orientasi belajar peserta didik di kelas. Perbedaan itu dapat menimbulkan kesulitan dalam kegiatan belajar-mengajar (dalam interaksi, komunikasi, kerjasama, dan penilaian).
Jika mengajar kita pahami sebagai kesempatan membantu peserta didik untuk belajar, maka kita harus berusaha membantu mereka memahami “Style of Learning”nya, dengan tujuan meningkatkan segi-segi yang kuat dan memperbaiki sisi-sisi yang lemah dari padanya.
 Gaya menurut Bobbi DePorter bersama Mike Hernacki didalam bukunya ”Quantum Learning”
Gaya belajar ada 3 dengan Karakteristik sebagai berikut :
1. Visual (Belajar dengan cara melihat)
Gaya, Belajar melalui pengamatan: mengamati peragaan.
Membaca, Menyukai deskripsi, sehingga seringkali ditengah-tengah membaca berhenti untuk membayangkan apa yang dibacanya.
Mengeja, Mengenali huruf melalui rangkaian kata yang tertulis ,
Menulis, Hasil tulisan cenderung baik, terbaca jekas dan rapi.
Ingatan, Ingat muka lupa nama, selalu menulis apa saja.
Imajinasi, Memiliki imajinasi kuat dengan melihat detil dari gambar yang ada. Distraktibilitas, Lebih mudah terpecah perhatiannya jika ada gambar.
Pemecahan, Menulis semua hal yang dipikirkan dalam suatu daftar.
Respons terhadap periode kosong aktivitas, Jalan-jalan melihat sesuatu yang dapat dilihat. Respon untuk situasi baru, Melihat sekeliling dengan mengamati struktur.
Emosi, Mudah menangis dan marah, tampil ekspresif,
Komunikasi, Tenang tak banyak bicara panjang, tak sabaran mendengar, lebih banyak mengamati. Penampilan, Rapi, paduan warna senada, dan suka urutan.
Respon terhadap seni, Apresiasi terhadap seni apa saja yang dilihatnya secara mendalam dengan detil dan komponen, daripada karya secara keseluruhan.

2. Auditori (Belajar dengan cara Mendengar)
Gaya, belajar melalui instruksi dari orang lain, Membaca, Menikmati percakapan dan tidak memperdulikan ilustrasi yang ada, Mengeja, Menggunakan pendekatan melalui bunyi kata, Menulis, Hasil tulisan cenderung tipis, seadanya.
Ingatan, ingat nama lupa muka,ingatan melaui pengulangan.
Imajinasi, Tak mengutamakan detil, lebih berpikir mengandalkan pendengaran.
Distraktibilitas(Mudah terpecah perhatiannya dengan suara.)
Pemecahan yaitu Pemecahan masalah melalui lisan.
Respons terhadap periode kosong aktivitas dengan ngobrol atau bicara sendiri.
Respon untuk situasi baru, Bicara tentang pro dan kontra.
Emosi, Berteriak kalau bahagia, mudah meledak tapi cepat reda, emosi tergambar jelas melalui perubahan besarnya nada suara, dan tinggi rendahnya nada.
Komunikasi, Senang mendengar dan cenderung repetitif dalam menjelaskan.
Penampilan, Tak memperhatikan harmonisasi paduan warna dalam penampilan.
Respon terhadap seni, Lebih memilih musik. Kurang tertarik seni visual, namun siap berdiskusi sebagai karya secara keseluruhan,tidak berbicara secara detil dan komponen yang dilihatnya.
3. Kinestetik (Belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Gaya, Belajar melalui melakukan sesuatu secara langsung.
Membaca, Lebih memiliki bacaan yang sejak awal sudah menunjukkan adanya aksi. Mengeja, Sulit mengeja sehingga cenderung menulis kata untuk memastikannya. Menulis, Hasil tulisan “nembus” dan ada tekanan kuat pada alat tulis sehingga menjadi sangat jelas terbaca.
Ingatan, Lebih ingat apa yang sudah dilakukan, daripada apa yang baru saja dilihat atau dikatakan. Imajinasi, Imajinasi tak terlalu penting, lebih mengutamakan tindakan/kegiatan. Distraktibilitas, Perhatian terpecah melalui pendengaran
Pemecahan, Pemecahan masalah melalui kegiatan fisik dan aktivitas.
Respons terhadap periode kosong aktivitas yaitu dengan mencari kegiatan fisik bergerak. Respon untuk situasi baru, Mencoba segala sesuatu dengan meraba, merasakan dan memanipulasi. Emosi, Melompat-lompat kalau gembira, memeluk, menepuk, dan gerakan tubuh keseluruhan sebagai luapan emosi.
Komunikasi, Menggunakan gerakan kalau bicara, kurang mampu mendengar dengan baik.
Penampilan, Rapi, namun cepat berantakan karena aktivitas yang dilakukan
Respon terhadap seni, Respons terhadap musik melalui gerakan. Lebih memiliki patung, melukis yang melibatkan aktivitas gerakan.
 Gaya belajar menurut Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning. Gaya belajar menurut Dave Meier dikenal dengan sebutan pendekatan SAVI
1. Belajar ”Somatis”
”Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam psikosomatis). Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.
2. Belajar ”Auditori”
Belajar Auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran. Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari seseorang mampu membuat beberapa area penting didalam otak menjadi aktif.
3. Belajar ”Visual”
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lain. Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat ”melihat” apa yang sedang dibicarakan seseorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer dan lain-lain. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata.
4. Belajar ”Intelektual”
Kata ”Intelektual” menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenung suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. ”Intelektual” adalah bagian dari merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna.
Intelektual (menurut Dave meier) adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk ”berfikir”, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosiaonal dan intuitif tubuh untuk membuat makana baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman diharapkan menjadi kearifan.

 Gaya Belajar menurut Depdiknas (Tujuh Gaya Belajar Efektif)
Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Berikut adalah tujuh gaya belajar yang mungkin bisa kita ambil :
1. Bermain dengan kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.
2. Bermain dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiaop kali muncuil jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil yang paling akhirnya atau kesimpulan.
3. Bermain dengan gambar.
Anda sementar orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu. Jika Anda termasuk kelompok ini, tak salah bila Anda mencoba mengikutinya.
4. Bermain dengan musik.
Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara menginat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergelitik bagaimana lagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.
5. Bermain dengan bergerak.
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.
6. Bermain dengan bersosialisasi.
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.
7. Bermain dengan Kesendirian.
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.

Jumat, 15 April 2011

Ungkapan cinta dari lubuk hati seorang ibu ( yang gagal)

Saya tak pernah merasa sudah menjadi ibu yang baik untuk anak saya, semakin saya berusaha menjadi seorang ibu yang baik, maka saat itulah saya sungguh menyadari betapa jauh diri saya dari sosok ibu yang baik...

Saya terkadang sulit mengimplementasikan ilmu yang saya pelajari pada kehidupan nyata, ya khususnya untuk anak saya tercinta yang bernama Jihan yang saat ini 23 maret 2011 usianya sudah 4 tahun.

Sungguh dari lubuk hati saya yang paling dalam saya ingin sekali bisa melihat perkembangannya..... dari yang tidak bisa menjadi bisa.... tapi keadaan saya yang harus mengajar dan kuliah dari pagi hingga sore tak memungkinkah itu semua.
tapi saya pernah membaca suatu artikel bahwa kualitas pertemuan adalah yang terpenting..tapi yang menyedihkannya saya tak pernah menggunakan waktu itu dengan sebaik baiknya.

Saya selalu menebus kesalahan saya dengan membelikan segala keperluan dia yang dibutuhkan ataupun yang tidak dibutuhkan... tapi semakin saya membelikan jihan barang, maka saya semakin menangisi ini, karena setiap barang yang saya belikan adalah tebusan kesalahan saya dan semakin banyak barang yang saya belikan itu menandakan begitu banyak kesalahan yang telah saya buat...
Merampas Hak nya untuk kasih sayang yang harus ia dapatkan..

terkadang karena terlalu lelah dan tugas saya banyak, saya bahkan tak sempat untuk menemaninya tidur ( karena harus didepan komputer sampai malam ). saya sedih... dan menangis dalam hati... yang membuat saya bisa menjalani ini hanya 1 " Jihan... sungguh yang mama lakukan ini semua hanya untuk kamu, dan demi kebaikan kamu dimasa depan ...."

Apabila aku pulang cepat dari mengajar dan tidak langsung kuliah maka dia akan dengan amat senang memelukku dan selalu berkata " Mama... mama jangan pergi lagi ya? aku kan kangen sama mama..."
padahal 2 jam lgi aku harus pergi kuliah...
oh ini dilema...
atau ketika 1 minggu penuh aku selalu pulang jam 7 malam, maka ia berkata
" Mama... kenapa mama kerja terus sih.... aku kan jadi gak ketemu sama mama..."

Tiba tiba aku merindukan masa masa ketika aku hanya jadi ibu rumah tangga saja, tak bekerja dan tak perlu sekolah lagi... dan pastinya punya waktu yang banyak untuk melihatnya berkembang menjadi sosok anak yang Sholeh

sayang waktu tak pernah bisa kembali... saya menangisi pilihan saya menjadi ibu yang bekerja.... tapi saya tak ingin menyesalinya...


pernah ada suatu kejadian yang membuat saya semakin yakin kalau saya bukan ibu yang baik.suatu ketika saya baru saja pulang kerumah, tiba tiba jihan mendekati saya dan berkata " mama.... mama boleh kok marahin aku..."
aku sedikit kaget ketika ia berkata begitu, tapi ketika aku masuk kamar dan melihat lemari bajunya berantakan aku baru sadar ia berfikir kalau aku akan memarahi dia karena dia telah melakukan suatu kesalahan, mengacak ngacak lemari baju hingga baju berceceran dimana mana....
sungguh aku sedih...apakah aku begitu menakutkan dimatanya....

Jihan... mama sayang kamu... mama tak pernah ingin kamu jadi anak yang baik karena Jihan takut sama mama...

Saya memang belum bisa jadi ibu yang baik... tapi percayalah Jihan mama akan berusaha jadi mama yang baik....

Untuk Jihan:

ibu tuliskan isi hati dalam sebuah puisi
hanya sederhana, sama sekali tak indah.

tapi tahukah, Nak?
ini tentang cinta...
cinta abadi yang kan selalu mengalir
memenuhi jiwa kalian yang kadang kan meringkih

ini cinta ibu, Nak...
dia selalu dapat menguatkan hatimu

... meski kelak ibu tak dapat menemani.


Bekasi, 23 maret 2011
Aku yang telah gagal menjadi ibu yang baik untukmu





Selasa, 05 April 2011

Ketika Seseorang pergi meninggalkan.................................

Datang.......
kemudian pergi......
lalu kembali lagi...
dan pergi lagi..

Saya pikir itu adalah hal yang lumrah dalam kehidupan ini, setiap orang boleh datang sesuka hati mereka ketempat yang mereka sukai ( luas ) dan seseorang juga berhak pergi meninggalkan sesuatu yang tidak mereka sukai, yang mereka benci, bahkan sekalipun harus meninggalkan Seseorang yang mereka cintai....

Ketika seseorang pergi meninggalkan sesuatu dalam bentuk apapun, bahkan seseorang sekalipun... sesungguhnya seseorang itu tidak pernah benar benar pergi meninggalkan sesuatu ataupun seseorang yang ditinggalkannya....

Ada.... suatu tapak tilas, jejak jejak langkah masa lalu yang ditinggalkan seseorang yang pergi meninggalkan....apakah itu nanti akan menjadi sebuah kenangan baik ataupun menjadi sebuah kenangan buruk.....
semua tergantung dari seseorang yang pergi meninggalkannya...

Saya pikir tak ada seorangpun yang mau pergi meninggalkan sesuatu ataupun seseorang dengan meninggalkan kesan yang tidak baik....
bukan... ini bukan dimaksudkan supaya seseorang yang pergi meninggalkan sesuatu ataupun seseorang ini agar dikenang... atau tujuan riya
tetapi hal yang seharusnya/ yang wajib dilakukan ( meninggalkan kesan baik) memang harus dilakukan, ini menjaga untuk menghindari fitnah.

Tetapi.... sebenarnya apa masalahnya ketika seseorang pergi meninggalkan sesuatu ataupun seseorang???

Tidak pernah menjadi masalah ketika seseorang pergi meninggalkan sesuatu ataupun seseorang!!! Bahkan dengan alasan yang sangat jujur meski terasa sangat mengecewakan bagi sesuatu ataupun seeorang yang ditinggalkannya itu....

Yang menjadi suatu masalah itu bukan KENAPA seseorang itu pergi meninggalkan sesuatu ataupun seseorang? Tapi BAGAIMANA CARA seseorang itu pergi meninggalkan...
Bukankah HARIMAU MATI MENINGGALKAN BELANG, DAN MANUSIA PERGI MENINGGALKAN SEBUAH NAMA.....


lalu terlepas dari alasan kenapa seseorang pergi meninggalan sesuatu ataupun seseorang?
bagaimana dengan tangung jawab yang ditinggalkannya...
tanggungjawab moral terhadap dirinya sendiri bukan kepada manusia... tapi nanti kepada Allah SWT....

Bukankah sangat disayangkan sekali seorang yang baik dengan segala jasa jasanya dan kerendahan hatinya yang bermoral berakhlak baik...harus pergi meninggalkan kesan yang tidak baik hanya karena salah caranya..

ini seperti pepatah mengatakan KARENA NILA SETITIK RUSAK SUSU SEBELANGA....
Menyedihkan......


tak alasan apapun yang bisa bisa dijadikan landasan sebuah kebenaran atas suatu hal yang tidak pantas dilakukan....
terlebih untuk orang orang yang mengetahui hakikat kebenaran itu sendiri.

Saya teringat ucapan dosen saya yang mengatakan
" setiap manusia memiliki hati nurani yang berfungsi untuk memberitahukan hal yang benar... dan ketika seseorang berbuat salah maka sesungguhnya dia tahu telah melakukan kesalahan... tetapi rasa egoisitasya yang tinggi membutakan itu semua... dia bisa saja tersenyum dalam kesalahannya ... tetapi sesungguhnya hatinya menangisi kesalahannya....."

saya tidak tahu apakah ini bermanfaat.....


untuk seseorang yang pergi meninggalkan dan untuk orang orang yang ditinggalkannya
Dalam sebuah kesunyian


bekasi 6 april 2011

Karakteristik kognitif anak usia dini 3-5 tahun

KARAKTERISTIK KOGNITIF ANAK USIA 3-6 TAHUN



A. Berpikir secara simbolik
Anak Usia 3-5 Tahun, adalah anak pada masa Pra operasional Kongkrit, artinya bahwa mereka memilik kemampuan menghadirkan secra mental atau simbolis objek kongrit atau nyata, tindakan, dan peristiwa. Mereka hanya percaya pada kinerja konkret objek bukan gagasan.

B. Memahami kelestarian Bilangan
Kelestarian adalah kemampuan untuk memahami bahwa zat zat dan benda benda itu tetap sama terlepas dari perubahan bentuk atau perubahan susunan dalam ruang.

C. Berpikir Semi Logis.
Pemikiran dan penalaran anak anak pada usia ini adalah semi logis karena penalaran logika mereka terbatas.Anak anak usia 3 – 5 tahun tidak mampu mengingat lebih dari pada satu hubungan dalam suatu waktu.

Karakteristik kognitif anak usia 3-6 tahun
1. Anak dapat menyebut bilangan tanpa salah 1-10.
2. Anak dapat menghubungkan lambang bilangan dengan benda (1-10)
3. Anak dapat menentukan penyebab bau bauan.
4. Anak dapat menentukan penyebab rasa.
5. Anak dapat memecahkan masalah sederhana berdasarkan hubungan sebab akibat.
6. Anak dapat merumuskan hipotesa ( jika...... maka...)
7. Anak dapat melakukan operasi hitung.
8. Anak dapat mengestimasi jumlah berkurang atau bertambah.
9. Anak dapat mengestimasi hasil pemanasan ( gula mencair, air mendidih )
10. Anak dapat mengestimasi hasil pendinginan ( air membeku)
11. Anak dapat menunjukan posisi benda ( di atas, di bawah, di depan, di belakang)
12. Anak dapat mengelompokan benda ( berdasarkan, bentuk dan warna)
13. Anak dapat menyebutkan 4 –7 bentuk benda ( Bujur sangkar, persegi, segitiga, lingkaran )
14. Anak dapat membedakan besar-kecil, panjang pendek, berat-ringan.
15. Anak dapat mengelompokan lebih dari 5 warna.
16. Anak dapat membedakan Luas dan sempit.
17. Anak dapat menjelaskan tentang sebuah kejadian.
18. Anak dapat mengetahui bagian bagian huruf.
19. Anak dapat menyelesaikan puzle (4 – 7 keping)
20. Anak bisa menyebutkan kegunaan benda , misalnya apa gunanya piring?
21. Anak bisa membedakan konsep penuh dan kosong.
22. Anak bisa menyebutkan nama hari, dan nama bulan dalam 1 tahun.
23. Anak dapat menyebutkan macam macam alat transportasi.
24. Anak dapat mengenal berbagai macam Profesi.
25. Anak dapat membedakan Pagi, siang, sore, dan malam hari.
26. Anak dapat mampu memadankan bentuk benda dengan objek nyata, misal bentuk persegi sama dengan bentuk televisi.
27. Anak dapat mampu mengetahui dan menyebutkan usianya.
28. Sengaja menumpuk kotak atau gelang sesuai dengan ukurannya.
29. Anak dapat membedakan berat benda dengan timbangan.
30. Anak dapat mengisi dan menyebutkan isi wadah.
31. Anak dapat meniru pola dengan menggunakan berbagai media.
32. Anak dapat mengungkapkan asal mula sesuatu.
33. Anak dapat menyusun balok membentuk sebuah bangunan.
34. Anak dapat meronce secara terpola.
35. Anak dapat mencari jejak jalan pada gambar.

Membaca dan Psikolinguistik

Bab I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Membaca merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan untuk mendukung kemampuan berbahasa. Syarat seorang bisa membaca adalah pemahaman atas tulisan yang digambarkan melalui beberapa symbol. Symbol tersebut harus dikenali terlebih dahulu bentuk terkait dengan penulisan dan kemudian bagaimana pelafalannya. Sehingga hal yang perlu diketahui sebelum membaca adalah tulisan, grafem dan fonem, serta elemen.
Meskipun kemampuan membaca bukalnlah suatu hal kodrati. Dalam arti seseorang tidak harus bisa membaca untuk mempertahankan hidupnya.Tetapi bagaimanapun itu, membaca merupakan suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa dan dipelajari oleh anak.

B.TUJUAN
Membaca adalah suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa dan dipelajari oleh anak. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum mengajarkan membaca pada anak. Penulis akan menjelaskan tentang beberapa tahapan dalam membaca yaitu :
1. tahap tahap perkembangan membaca
2. Menjelaskan kemampuan dan tanda tanda kesiapan membaca
3. menjelaskan faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
Namun, sebelumnya penulis juga akan menjelaskan tentang sejarah tulisan yang kemudian membuat seseorang harus menterjemahkan simbol simbol tersebut dengan cara membacanya.
Selain itu makalah ini di buat juga untuk memperoleh nilai kelompok dari Tugas mata kuliah PSIKOLINGUISTIK.

C. METODE PENULISAN
Metode yang penulis pakai dalam membuat makalah ini adalah metode Literature yang mengunakan sumber dari majalah artikel dan lain lain.

D. SUMBER MAKALAH
Penulis mendapatkan sumber dari berbagai macam buku yang berhubungan dengan keaksaraan juga artikel artikel yang didapat dari internet .

BAB II
SEJARAH TULISAN


A. SEJARAH TULISAN
1. Cuneiform
Huruf alfabetis yang sekarang kita kenal telah melalui beberapa perkembangan. Tulisan awalnya dapat ditelusuri ke tahun 3100 sebelum masehi pada bangsa sumeria yang hidup di Mesopotamia purba diantara sungai tigris dan Euphrates ( soenjono ;wolf dkk). Mereka menggunakan cuneiform yaitu gambar yang melambangkan benda atau konsep dan digoreskan pada tanah liat. Bentuk cuneiform sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi makin abstrak, menjauh dari perwujudan benda tersebut Lihat gambar.

ini adalah Cuineform.
Sementara itu di mesir system tulisan yang dikembangkan adalah gambar yang dikenal sebagai hieroglyph, dan di Cina dikembangkan ideologram yaitu gambar gambar yang menyimbulkan objek, kemudian ideologram ini berkembang kembali menajdi logo gram yaitu wujud simbol yang mewakili masing masing kata.
2. Syllabary
Perkembangan selanjutnya adalah syllabary, yang mewakili sebuah suku kata. Contoh yang bisa kita lihat adalah tulisan bahasa jepang dan bahasa Jawa.

3. Alphabet
Perkembangan terakhir adalah huruf alphabet. Asal-usul sumber huruf alafabet yang kita kenal sekarang masih banyak menjadi perdebatan, yaitu masuk ke Italia dari Akadia atau Etrusca. Tulisan dalam huruf alphabet berubah-rubah arahnya, dimulai dari kanan ke kiri hingga menjadi dari kiri ke kanan pada abad ke 7. Penyebaran alphabet Latin ini seiring dengan kekuasaaan kerajaaan Romawi. Alfabet Latin ini pun dikenal di Indonesia karena dibawa oleh Belanda.

B. GRAFEM DAN FONEM
Grafem adalah satuan unit terkecil sebagai pembeda dalam sebuah sistem aksara (huruf). Satu grafem dapat dipetakan tepat pada satu fonem, meskipun cukup banyak sistem ejaan yang memetakan beberapa grafem untuk satu fonem (misalnya grafem dan untuk fonem /ŋ/) atau sebaliknya, satu grafem untuk beberapa fonem (misalnya grafem untuk fonem /e/ dan /ə/). Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti atau makna (Gleason,1961: 9). Bisa juga diartikan sebagai lafalan/pengucapan.
Suatu system tulisan yang ideal adalah jika satu fonem diwakili oleh satu grafem. Pada bahasa Indonesia EYD secara keseluruhan sudah baik walaupun masih ada dua grafem yang mewakili satu fonem, yaitu untuk fonem (/ŋ/). Dalam kaitannya dengan membaca, korelasi antara grafem dan fonem memegang peranan penting karena makin besar korelasinya maka makin bisa dipastikan dapat memudahkan orang untuk membaca.

C. ELEMEN PADA HURUF
Huruf alphabet latin yang kita kenal sebenarnya mempunyai elemen unik pada setiap hurufnya sehingga bisa dibedakan antara satu sama lain. Misalnya pada huruf p, q, b, dan d sama-sama terdapat elemen garis dan setengah lingkaran. Yang membedakan hanyalah letak setengah lingkaran pada garis. Namun terkadang bentuk huruf tidak selalu sama, yang paling jelas adalah perbedaan bentuk huruf kecil dan huruf capital contoh A dan a, E dan e, G dan g. Selain itu juga perbedaan gaya tulisan, seperti :
A A A A
B B B B
Namun itu hanyalah gaya yang tidak akan mengubah bunyi ataupun arti dari huruf tersebut.















BAB III
MEMBACA

A. DEFINISI MEMBACA
1. Menurut Andersron dkk :
“ suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan.”
2. Menurut Hari ( 1970: 3)
“ Membaca merupakan interprestasi yang bermakna dari simbol verbal yang tertulis /tercetak”
Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali atau penafsiaran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf , kata, ungkapan, frase, kalimat, dan wacana dan menghubungkannya denganbunyi dan maknanya.
Jadi Kesimpulannya Membaca adalah kemampuan bahasa tulis yang bersifat reseptif , yaitu kemampuan yang meliputi kegiatan kompleks dan melibatkan keterampilan. Jadi kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan dari maksud bacaan.

B.TAHAPAN DALAM MEMBACA
Ada 4 tahapan dalam berbahasa yang hingga sampai saat ini masih diangap benar, yaitu :
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. membaca
4. Menulis
Dua tahap pertama adalah bahasa lisan, sedangkan dua tahap terakhir adalah bahasa tulisan. Tahap tahap yang dimunculkan dalam psikolinguistik sebelum lahir ini ternyata merupakan landasan psikolinguistik yang kuat, karena ternyata dari apa yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya, bahwa kompherensi lebih dahulu dari pada produksi. Maksudnya adalah bahwa dalam tahapan bahasa anak terlebih dahulu menangkap atau memahami apa yang orang lain katakan sebelum ia bisa berkata seperti apa yang kita katakan.
Anak mulai berbahasa dengan mendengarkan terlebih dahulu baru kemudian membaca dan menulis. Tetapi dua tahapan terkahir ini bukanlah merupakan persyaratan hidup, karena tanpa membaca dan menulis manusia masih bisa mempertahan kan hidupnya. Namun demikian dalam pandangan masyarkat modern, membaca (dan menulis) merupakan bagian yang tidak dapat dikesampingkan, karena tanpa dua kemampuan ini, kita hanya akan terbatas pada apa yang ada disekitar kita saja. Oleh sebab itu manusia modern umumnya bisa membaca dan menulis.
Dalam membaca ada dua tahapan, yaitu :
1. Tahapan Pemula
2. Tahapan Lanjut

1. TAHAPAN PEMULA
Dalam tahap ini yang perlu dicapai adalah dari tidak bisa membaca jadi bisa membaca. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah keteraturan bentuk dan pola gabungan huruf. Untuk keteraturan bentuk dan pola gabungan huruf diperlukan kemampuan anak dari segi psikologi dan neurologis.

Sebelum mengajarkan membaca pada anak, dasar dasar kemampuan membaca atau kesiapan membaca perlu dikuasai oleh anak.
1.1 Psikologi
a. Kemampuan Membedakan auditoral
Dari segi psikologinya anak perlu mengembangkan kemampuan kognitifnya dalam membedakan bentuk sehingga diperlukan bekal atensi dan motivasi. Anak anak harus belajar memahami suara suara umum dilinngkungan mereka dan mampu membedakan suara suara tersebut. Mereka harus memahami kosep volume, rangkaian, tekanan , tempo, pengulangan dan kontras huruf dalam alfabet. Terutama suara suara yang dihasilkan konsonan awal dalam kata. ( Mis: suara huruf D dan suara T, huruf M dan N )
Beberapa contoh kegiatan untuk membedakan auditoral misalnya : guru bisa meminta anak anak untuk memberi nama sesuatu yang dimulai dengan suara yang sama dengan namanya.

b. Kemampuan diskriminasi Visual
Anak anak harus bisa belajar memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar gambar pada foto, lukisan dan pantomim. Mereka harus belajar mengidentifikasi bentuk , warna warna dasar, menggabungkan objek objek berdasarkan warna, bentuk atau ukuran.
Beberapa contoh kegiatan ini misalnya: guru bisa meminta menyalin bentuk bentuk geometris seperti lingkaran , bujur sangkar, segitig dan busur.

c. Kemampuan membuat hubungan suara dengan simbol
Pada akhirnya anak harus bisa mengkaitkan huruf besar dan huruf kecil dengan nama mereka dan dengan suara yang mereka representasikan. Ia harus tahu bahwa d disebut de dan menetapkan suara pada awal kata ”daging ”

d. Kemampuan perseptual Motoris
Mereka harus melatih kemampuan ini dengan cara menyusun puzzle sederhana, lukisan dengan tangan , membentuk tanah lihat dan keamampuan yang berhubungan dengan motorik halus. Hal ini perlu untuk menyalin huruf dan kata untuk menulis nama mereka yang memadukan suara.
Selain itu diperlukan kemampuan asosiatif yang mengaitkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam hal ini adalah membaca dengan menyimbolkan apa yang dia suarakan ke dalam bentuk tulisan (simbolisasi).

1.2. Neurologi
Dari segi neurologinya, anak akan dapat membaca jika neuro-loginya telah memungkinkan. Maksudnya adalah membaca dapat dilakukan jika memang anak dapat berbicara dan memenuhi prasyarat-prasyaratnya, yaitu penguasaan system fonologi bahasa mereka, kemampuan sintaksis, dan kemampuan semantik.
Anak anak sebelum bisa menulis dan membaca memiliki kemapuan subtansial yaitu berbicara dan mendengarkan, meskipun demikian kemampuan ini harus ditingkatkan dan diperbaiki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa membaca hanya dapat dilakukan oleh anak yang sudah memiliki prasyarat tertentu dalam berbicara.
a. Kemampuan penguasaan system fonologi bahasa mereka
Adalah kemampuan membedakan bunyi bunyian yang adalam dalam kata kata dalam bahasa mereka. Artinya anak Amerika tentunya akan sadar bahwa tulisan mboten dan nguping bukanlah kata dalam bahasa Inggris (fonologi). Maksudnya mereka akan sadar bahwa bunyi bunyi tertentu tidak ada dalam bahasa dia.

b. Kemampuan Sintaksis
adalah kemampuan dimana seorang anak mampu memahami tata bahasa didalam bahasanya, maksudnya seorang anak akan menyadari bagaimana pola sebuah kalimat itu harus ada pelaku, perbuatan, dan yang terkena perbuatan (sintaksis). Dalam bahasa Inggris maupun Indonesia urutannya adalah Subjek + Verb ( kata kerja / predikat) + Objek.

c. Kemampuan Semantik
Adalah kemampuan anak untuk membedakan kata secara terpisah ataupun gabungan. Contohnya : anak akan dapat membedakan makna kata sapu dan saputangan.



2. TAHAP LANJUTAN
Pada tahap ini membaca dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk menganalisa input yang berupa bahan tertulis dan menghsailkan output yang berupa pemahaman atas bahan tersebut.
Pada tahap lanjut, yang perlu dicapai adalah pemahaman makna melalui beberapa pemenuhan prasyarat. Yaitu :
a. kemampuan pemrosesan kata dan kalimat.
Jadi bagaimana makna kata terkait dengan makna kata yang lain (sapu lidi vs sapu lidi), apa yang menjadi referen pada anaphora (hendrik datang, kemudian dia pergi vs dia datang, kemudian hendrik pergi), pengudaraan kata-kata yang ambigu dari konteks, peran tanda baca (“Istriku, yang tinggal di Tangerang, cantik” versus istriku yang tinggal di tangerang cantik), dan untuk bahas-bahasa yang mempunyai perbedaan akibat waktu (tenses) (Yes, I love him vs Yes, I loved him).
b. kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dalam bacaan
Seorang penulis terkadang tidak selamanya menyatakan sesuatu secara ekspilit. Karena itu pembaca dalam tahap ini harus bisa memahami apa yang tersirat dalam bacaan. Misalnya penulis memberikan gambaran tentang kota besar yang suka macet dan banyak terjadi kejahatan. Ini bisa merupakan makna tersirat dari tinggal di kota besar itu tidak menyenagkan.

c. kemampuan untuk menangani ihwal yang baru
Terkadang ketika kita membaca kita akan menemukan kata yang tidak biasa kita dengar atau pemakaian berbeda pada yang biasa kita dengar. contoh kata kilir, jika biasanya digunakan untuk tangan dan kaki. Namun kata kilir juga bisa dipadankan dengan kata lidah, yang berarti keliru dalam berbicara.
d. kemampuan untuk memilih
Setiap orang membaca karena ada tujuannya, sehingga dua orang yang membaca satu bacaan yang sama akan menhgasilkan komprehensi yang berbeda juga bila tujuan membacanya berbeda. Misalnya membaca sejarah Pangeran Diponogoro, pembaca A bertujuan mengetahui kapan terjadinya perang tersebut, dan pembaca B ingin mengetahui tokoh tokoh yang ada dalam perang tersebut.

C.TANDA TANDA KESIAPAN MEMBACA
Setelah kita mengetahui tahap tahap dalam membaca, maka sebelum kita mengajarkan anak membaca dan menulis tentunya kita harus mengetahui tanda kalau anak tersebut telah siap untuk diajarkan membaca.
Tanda tanda kesiapan membaca pada anak adalah :
1. Anak sudah mampu memahami bahasa lisan. Kemampuan ini dapat kita lihat ketika kita bercakap cakap atau memberikan suatu perintah atau petunjuk.
2. Anak dapat mengujarkan kata kata denga jelas. Kemampuan ini bisa dilihat ketika ia mengatakan kata misalnya Kuping dengan benar, kata meja dengan benar.
3. Anak sudah mampu mengingat kata kata dengan baik. Kemampuan ini bisa dilihat dengan menanyakan “ ini apa? “ sambil memegang rambut. Anak itu menjawa “ rambut”. Esoknya tanyakan hal yang sama pada adan tersebut, jika anak itu menjawab dengan jawaban yang sama berarti anak tersebut sudah mampu mengingat dengan baik.
4. Anak sudah menunjukan minat membaca. Kemampuan ini bisa dilihat bila anak itusudah mulai sering membuka buka buku cerita bergambar, mencorat coret kertas.




D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA
Proses mental anak ketika belajar membaca juga akan tertolong jika didukung oleh bahan bacaan yang tepat. Bahan bacaan yang tepat untuk tahap pemula adalah jika dilandaskan pada ilmu linguistic, psikologi, dan pendidikan. Dari segi ilmu linguistic, bahan ajar memperhatikan keteraturan bentuk,misalnya dengan menyajikan huruf p dan d, dalam kata papa dan dada. Papa adalah orang tua dan dada adalah bagian tubuh. Padahal huruf yang mengikuti yaitu p dan d sama-sama dibentuk dengan garis dan setengah lingkaran hanya berbeda pada letak setengah lingkaran pada garis.
Dari segi ilmu psikologi dan pendidikan, seseorang akan dapat menyerap sesuatu dengan lebih mudah apabila orang itu senang melakukannya. Sehingga atmosfir dalam belajar harus dibuat menyenangkan, misalnya dengan tokoh kartun, seperti Sesame Street, dengan kata lain mencipatakan bermain sambil belajar.

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kemampuan membaca pada seorang anak, yaitu :
1. Motivasi, maksudnya adalah seorang anak yang memiliki motovasi yang kuat untuk membaca akan giat untuk belajar membaca tanpa disuruh, sehingga siswa memiliki hasil belajar yang lebih baik.
2. Lingkungan keluarga, berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa pembaca dini ( yang telah pandai membaca sebelum masuk sekolah) berasal dari keluarga yang orangtuanya sering membaca , sehingga membuat anak gemar membaca.
3. Bahan bacaan. Cerita yang mudah dipahami akan membuat seorang anak menyukai isi ceritanya dan meningkatkan minat mereka untuk terus membaca. Bahan bacaan terkait dengan dua hal topik dan isi. Anak anak harus di perkenalkan dengan topik yang berbeda tetapi bisa menarik minat mereka untuk membaca.



Bab IV
METODE MEMBACA


A. METODE PENGAJARAN MEMBACA
Secara umum ada dua metode pengajaran membaca, yaitu proses membaca mulai dari bawah ke atas dan proses membaca mulai dari atas ke bawah. Metode yang biasa digunakan adalah metode dari bawah ke atas, yaitu dimulai dari huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Atau biasa dikenal dengan metode eja. Sedangkan metode dari atas ke bawah adalah dimulai dari sebuah kalimat,kata, suku kata, dan kata. Metode ini jika dikembangkan untuk pengajaran anak biasanya akan dipadankan dengan gambar yang dideksripsikan oleh kalimat tersebut.

B. MODEL MEMBACA
Ada beberapa model membaca, yaitu :
1. Model Atas ke Bawah (MMAB)
MMAB sering juga dinamakan model berdasar konteks, jadi mengasumsikan bahwa informasi tentang konteks dapat secara langsung mempengaruhi caranya kata dipersepsi dan di interprestasi. Informasi dari konteks ini menyangkut beberapa hal, yaitu :
a. Pembaca memulai tahapan membacanya dengan membaca prediksi-prediksi, hipotesis-hipotesis, dugaan-dugaan berkenaan dengan apa yang mungkin ada dalam bacaan, bermodalkan pengetahuan tentang isi dan bahasa yang dimilikinya. Pengetahuan ini bisa bersifat umum misalnya pengetahuan yang dimiliki siapapun tentang roda yang berbentuk lingkaran, dan api itu bersifat panas. Sedangkan pengetahuan yang bersifat khusus itu misalnnya tentang pengetahuan terhadap suatu berita tertentu.
b. pembaca menggunakan strategi yang didasarkan pada penggunaan petunjuk semantik dan sintaksis, artinya untuk mendapatkan makna bacaan, pembaca dapat menggunakan petunjuk tambahan yang berupa kompetensi berbahasa yang ia miliki. Misalnya pada sintaksis seperti menghilangkan prefiks Men pada kalimat pasif atau pada semantik seperti kalimat orang yang mengawini dan menceraikan pada bahasa indonesia itu sudah pasti subjeknya pria.
Jadi menurut model membaca atas-bawah dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, pengalaman dan kecerdasan pembaca diperlukan sebagai dasar dalam memahami bacaan. Model membaca atas bawah ini berpijak pada teori psikolinguistik, mengenai interaksi antara pikiran dan bahasa.

2. Model Bawah ke Atas (MMBA)
Landasan dasar untuk model bawah ke atas sering disebut juga sebagai model yang berdasarkan stimulus, adalah bahwa rekognisi (pengenalan) kata tergantung terutama pada informasi yang ada pada kata itu, bukan pada konteksnya. Karena itu pengenalan kata terjadi secara diskrit( kata itu sendiri) dan hierarki ( bertahap).
Dalam MMBA ada tiga tahap yaitu :
a. Tahap Sensori yaitu : kita mengkaji fitur visual kata itu bentuk bentuk hurufnya.
b. Tahap Rekognisi yaitu : pengakuan apakah paduan huruf huruf dari kata tersebut sudah memenuhi aturan fonotatik bahasa indonesia sehingga bentuk itu bisa disebut sebagai kata. maksudnya bunyinya memang merupakan bunyi dari fonotatik bahasa indonesia. Dari pengetahuan ini kita bisa tahu bahwa kata Oiva bukanlah kata dari kata indonesia, karena bunyi ( ) tidak ada pada bahasa kita.
c. Tahap Interprestasi yaitu : Proses pemahaman makna dari sebuah kata. Contohnya Padi kita paham makna dari kata padi itu.
Jelaslah bahwa menurut MMBA teks bacaan itu diproses oleh pembaca tanpa informasi yang mendahuluinya, tanpa ada hubungannya dengan isi bacaan. Tapi tentu saja membaca bukan berhenti pada rekognisi kata demi kata saja , tetapi mencakup keterkaitan antar satu kata dengan kata yang lain .








BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu memahami bahasa akan memungkinkan peneliti untuk memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia. Ada 4 tahapan dalam berbahasa yang hingga sampai saat ini masih diangap benar, yaitu :
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. membaca
4. Menulis
Membaca adalah kemampuan bahasa tulis yang bersifat reseptif , yaitu kemampuan yang meliputi kegiatan kompleks dan melibatkan keterampilan. Jadi kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan dari maksud bacaan.
Secara umum ada dua metode pengajaran membaca, yaitu proses membaca mulai dari bawah ke atas dan proses membaca mulai dari atas ke bawah. Metode yang biasa digunakan adalah metode dari bawah ke atas, yaitu dimulai dari huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Atau biasa dikenal dengan metode eja. Sedangkan metode dari atas ke bawah adalah dimulai dari sebuah kalimat,kata, suku kata, dan kata. Metode ini jika dikembangkan untuk pengajaran anak biasanya akan dipadankan dengan gambar yang dideksripsikan oleh kalimat tersebut.

B. SARAN
Kemampuan membaca pada anak sama dengan keterampilan menulis, dimana untuk memiliki keterampilan membaca tersebut diperlukan pelatihan, praktek dan pembiasaan. Oleh sebab itu kita perlu memiliki strategi pengembangan kemampuan membaca untuk tahap anak usia dini agar proses pembelajarannya tidak mengadopsi dari proses pembelajaran yang berlaku di SD.
Apabila Hal ini tidak ditindaklanjuti dengan benar, maka akibatnya taman kanak kanak tidak lagi menjadi tempat bermain , bersosialisasi dan mendapatkan teman yang banyak, melainkan menjadialih fungsi sebagai sekolah TAMAN KANAK KANAK yang menyekolahkan anak secara dini dan instan.
Karena itu penulis memberikan saran berbagai macam metode yang bisa dikembangkan untuk kemampuan menulis dan membaca yang sesuai dengan karakteristik anak Taman kanak kanak, yaitu :
1. Pendekatan pengalaman berbahasa yaitu guru menggunakan kata kata anak sendiri untuk membantunya belajar membaca. Kata kata ini dapat berupa penjelasan suatu gambar atau suatu cerita pendek yang dimasukan kedalam buku.
2. metode Fonik yaitu mengandalkan pelajaran alphabet yang terlebih dahulu kepada anak anak, mempelajari nama nama huruf dan bunyinya.
3. Lihat dan katakan, yaitu : Anak belajar mengenali kata kata atau kalimat kalimat keseluruhan, bukan bunyi bunyi individu. Mereka memandangi kata kata, mereka mendengar kata itu diucapkan dan kemudian mereka mengulangi ucapan itu.
4. Metode pendukung konteks, yaitu : gunakanlah buku yang benar benar menarik bagi mereka, buku dengan dua versi cerita bergambar yang isi ceritanya panjang danm satu ceritany lagi lebih ringkas.







DAFTAR PUSTAKA

http://ilmucomputer2.blogspot.com/2009/09/model-membaca-atas-bawah-mmab.html
http://daudp65.byethost4.com/baca2/baca31.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Grafem
http://id.wikipedia.org/wiki/Fonem
Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:2003. Yayasan Obor Indonesia
Dhieni, Nurbiana dkk. Metode pengembangan Bahasa Jakarta Universitas terbuka